Spesies Baru Tumbuhan Karnivora Bawah Tanah Ditemukan di Kalimantan

By Ricky Jenihansen, Minggu, 3 Juli 2022 | 11:00 WIB
Nepenthes pudica. (Martin Dančák)

 Baca Juga: Seperti Manusia, Orangutan Juga Belajar dari Sosok Panutannya

 Baca Juga: Hilang 125 Tahun, Burung Hantu Bermata Oranye Terlihat Lagi di Borneo

Tanaman ini membentuk tunas bawah tanah khusus dengan daun yang sepenuhnya putih dan tidak memiliki klorofil. Selain kekurangan pigmentasi hijau normalnya, daun yang menopang kantong dikecilkan menjadi sebagian kecil dari ukuran normalnya. Kantong, bagaimanapun, mempertahankan ukurannya dan seringkali juga berwarna kemerahan.

"Menariknya, kami menemukan banyak organisme yang hidup di dalam kantong, termasuk larva nyamuk, nematoda, dan spesies cacing yang juga digambarkan sebagai spesies baru," jelas Václav ermák dari University of Mendel di Brno, Republik Ceko, yang juga bagian dari tim peneliti.

Spesies yang baru ditemukan ini tumbuh di puncak punggung bukit yang relatif kering pada ketinggian 1.100-1.300 mdpl. Menurut penemunya, ini mungkin mengapa ia berevolusi untuk memindahkan perangkapnya ke bawah tanah.

"Kami berhipotesis bahwa rongga bawah tanah memiliki kondisi lingkungan yang lebih stabil, termasuk kelembaban, dan mungkin juga ada lebih banyak mangsa potensial selama periode kering," tambah Michal Golos dari Bristol University, Inggris, yang juga mengerjakan tanaman aneh ini.

Perangkap Nepenthes pudica berada di dalam tanah. (Martin Dančák)

Nepenthes pudica adalah endemik Kalimantan dan hanya diketahui dari beberapa daerah yang berdekatan di bagian barat kecamatan Mentarang Hulu provinsi Kalimantan Utara Indonesia. Karena distribusinya yang terbatas, ukuran populasi yang kecil dan kemungkinan hilangnya habitat, spesies ini memenuhi syarat untuk ditetapkan status konservasi awal sebagai Sangat Terancam Punah berdasarkan kategori dan kriteria Daftar Merah IUCN.

"Penemuan ini penting untuk konservasi alam di Kalimantan Indonesia, karena menekankan pentingnya sebagai hotspot keanekaragaman hayati dunia," kata Wewin Tjiasmanto, peneliti di Yayasan Konservasi Biota Lahan Basah yang membantu menemukan spesies baru ini.

"Kami berharap penemuan tanaman karnivora yang unik ini dapat membantu melindungi hutan hujan Kalimantan, terutama mencegah atau setidaknya memperlambat konversi hutan asli menjadi perkebunan kelapa sawit."