Nationalgeographic.co.id—Mulai dari artis hingga politisi, semua menyebut Roma sebagai rumahnya. Terkenal sejak zaman Romawi kuno sampai sekarang, Kota Abadi ini turut berperan dalam penentuan jalan hidup Julius Caesar. Lahir dan meninggal di kota Roma, Caesar merupakan pemimpin militer sekaligus politisi paling cerdik di masanya. Ia memperluas wilayah Romawi dan menjadi diktator yang akhirnya dibunuh oleh para musuhnya. Kematiannya akhirnya membuka jalan bagi sistem kekaisaran. Kisah hidupnya begitu menarik. Maka tidak heran jika napak tilas jejak sang diktator Romawi Julius Caesar di Kota Abadi tidak boleh dilewatkan.
Roma merupakan gudang bagi bangunan ikonik bersejarah peninggalan Romawi. Sebut saja Colosseum, Pantheon, tempat pemandian Caralla, hingga Roman Forum. Berbekal catatan sejarah, Anda bisa berimajinasi saat melakukan napak tilas jejak tokoh sejarah yang penuh kontroversi ini.
Julius Caesar lahir di Roma, pada tanggal 12 atau 13 Juli tahun 100 Sebelum Masehi. Melalui kombinasi kecerdasan politik, karisma, dan suap, ia dengan cepat naik ke tampuk kekuasaan. Tahun 49 Sebelum Masehi, setelah memenangkan perang saudara, Caesar akhirnya menjadi diktator Romawi.
Sebagai diktator, ia melakukan banyak perubahan. Mulai dari menetapkan siapa saja yang dapat dianggap sebagai warga negara Romawi hingga mengubah kalender Romawi. Pemerintahannya yang singkat berakhir dengan pertumpahan darah. Ia ditikam oleh sekelompok senator Romawi di Theatrum Pompeii pada 15 Maret 44 Sebelum Masehi.
Awal yang tidak mudah, lahir di kawasan kumuh Subura
Meski meninggal sebagai orang paling berkuasa di Republik Romawi, hidupnya tidak diawali dengan kemewahan. “Caesar lahir di keluarga miskin di daerah kumuh Romawi di Subura,” tutur Natasha Geiling di laman Smithsonian Magazine. Ia juga menghabiskan masa mudanya di tempat itu.
Kini, wilayah di mana Subura pernah berdiri dikenal sebagai Monti. Tempat ini terletak di antara Via Cavour dan Via Nazionale, di sebelah timur Forum Romawi. Jika Subura menjadi distrik lampu merah ketika Caesar hidup, Monti kini dipenuhi dengan restoran-restoran yang wajib dicoba.
Via Appia Antica, jalan penting yang diperbaiki oleh Julius Caesar
Via Appia Antica, ‘Queen of Roads’, dibangun pada 312 Sebelum Masehi. Seiring berjalannya waktu, jalan ini terus diperpanjang hingga ke Pelabuhan Brindisi. Via Appia Antica menjadi jalan terpenting Romawi dan bahkan mungkin jalan terpenting di dunia. “Via Appia Antica membuka jalan bagi Romawi ke Timur,” Geiling menambahkan.
Pada saat Julius Caesar naik ke tampuk kekuasaan, jalan itu rusak. Merasakan pentingnya jalan menuju kota Roma, ia menjadi kurator Via Appian pada 66 Sebelum Masehi. Sejumlah besar dana negara digunakan untuk memastikan restorasinya. Langkah ini kemudian memberinya dukungan politik, yang terbukti penting dalam memajukan karir politiknya.
Trastevere, rumah kedua sang diktator
Menyeberangi sungai dari pusat kota Roma yang ramai, Anda akan menemukan bangunan indah khas abad pertengahan. Ini merupakan wilayah peninggalan abad pertengahan yang masih terpelihara dengan baik sampai sekarang.
Namun apa hubungan Trastevere dengan Julius Caesar. Rupanya ia pernah menganggap Trastevere sebagai rumah keduanya.
Menurut sejarawan Stacy Schiff, tempat tinggal Caesar dilengkapi dengan jalan lorong bertiang dan taman sepanjang 1,6 km. Di sana ia menyimpan koleksi karya seni yang berharga. Caesar lebih sering tinggal di pusat kota dekat Forum, dengan istri ketiganya, Calpurnia. Tapi di sini, di vilanya Horti Caesaris, Caesar dipercaya menjamu Cleopatra pada tahun 46 Sebelum Masehi.
Menapaki jalan-jalan Trastevere dapat membawa Anda seakan berada di zaman Romawi. Kunjungi Basilica di Santa Maria abad ke-12. Anda juga bisa menikmati keindahan Villa Farnesina, vila era Renaisans dengan lukisan dinding karya seniman seperti Raphael.
Theatrum Marcelli yang menandingi Theatrum Pompeii
Ketika Caesar mengalahkan saingannya, Pompeius, dia mulai membangun teater yang akan mengerdilkan Theatrum Pompeii. Sayangnya, ia tidak pernah melihat teater itu berdiri dengan kokoh karena dibunuh hanya saat proyek sedang berjalan. Teater itu selesai dibangun pada 13 Sebelum Masehi, dan memenuhi harapan Caesar.
Mengalahkan Theatrum Pompeii, teater impian Caesar menjadi teater terbesar di Kekaisaran Romawi. Hari ini, reruntuhan teater dapat dilihat di Via del Teatro di Marcello.
Forum, pusat kekuasaan politik di mana Julius Caesar menghabiskan banyak waktunya
Sebelum Romawi menjadi salah satu republik paling terkenal di dunia kuno, Roma diperintah oleh raja-raja Etruria. Mereka meletakkan kekuasaan di rawa-rawa di antara tiga bukit Romawi. Dengan membangun selokan untuk mengeringkan rawa-rawa, raja-raja itu memperoleh tanah yang berharga antara bukit Palatine, Capitoline dan Esquiline.
Setelah menjadi Romawi menjadi republik, daerah ini menjadi pusat kekuasaan politik. Tempat ini berisi bangunan-bangunan dan kuil-kuil yang merupakan titik pusat kehidupan politik Romawi. Sejak saat itu, bahkan sampai sekarang, tempat itu dikenal sebagai Roman Forum.
Caesar, sebagai anggota integral dari kehidupan politik Romawi, menghabiskan banyak waktunya di di Forum. Setelah meraih tampuk kekuasaan, ia bahkan mulai mengubah lanskap Forum. Caesar merencanakan dan membangun beberapa bangunan serta monumen baru.
Salah satu bangunan tersebut adalah Basilika Julia, yang pembangunannya dimulai pada tahun 54 Sebelum Masehi. Caesar mengatur ulang Forum untuk membuka jalan bagi basilika megah ini yang dibuat untuk menghormatinya. Bangunan itu hancur dua kali dalam kebakaran. Kedua kali, basilika dibangun kembali, hanya untuk dihancurkan sepenuhnya selama kejatuhan Romawi. Reruntuhan bangunan masih terlihat dan denah basilika dapat dengan mudah diidentifikasi.
Largo de Torre Argentina, tewasnya pemimpin yang jadi ancaman republik
Kematian Caesar hampir sama legendarisnya dengan hidupnya yang penuh kontroversi. Setelah mengalahkan Pompeius dan mengangkat dirinya sendiri sebagai diktator Romawi, ia terus mengonsolidasikan kekuatan pribadinya. “Tindakannya ini membuat marah orang-orang Romawi yang menganggapnya sebagai ancaman,” imbuh Geiling.
Saat Caesar menyatakan dirinya diktator seumur hidup, faksi-faksi di Senat berbalik melawannya. Mereka memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk menjaga kelangsungan republik adalah dengan membunuh sang diktator.
Seperti yang dikatakan legenda, Caesar mengabaikan beberapa pertanda yang mungkin bisa membantu menghindari pembunuhan. Ia pun mengabaikan permohonan dari istrinya untuk tetap di rumah pada hari naas itu. Mengabaikan semua pertanda, dia pergi ke Senat. Di sana sekelompok pria, termasuk temannya Brutus, sudah menunggunya. Di Theatrum Pompeii, pada 15 Maret 44 Sebelum Masehi, para konspirator menikam Caesar sampai mati.
Theatrum Pompeii sudah lama hilang. Reruntuhan digabungkan dengan struktur lain, sehingga tidak mungkin untuk benar-benar menentukan di mana teater itu. Namun alun-alun Largo de Torre Argentina, tempat berdirinya Theatrum Pompeii, masih bisa dikunjungi.
Pada 2012, para arkeolog menemukan bukti fisik yang pasti dari Theatrum Pompeii. Dalam bentuk struktur beton, mereka mengungkapkan bahwa Theatrum Pompeii memang pernah berdiri di alun-alun. Meski tidak bisa masuk hingga ke dalam alun-alun, Anda bisa menikmati tempat ini dari pinggiran. Bayangkan suasana ketika orang-orang berebut untuk menusuk Julius Caesar tanpa ampun.