Ilmuwan Mengidentifikasi Kawah Asal Meteorit Planet Mars yang Terkenal

By Ricky Jenihansen, Senin, 18 Juli 2022 | 16:00 WIB
Ilmuwan planet telah mengidentifikasi asal meteorit Mars Northwest Africa (NWA) 7034, yang lebih dikenal sebagai 'Black Beauty'. (NASA)

Nationalgeographic.co.id—Peneliti planet dari Space Science and Technology Centre di Curtin University telah mengidentifikasi kawah asal meteorit Mars yang terkenal. Analisis mereka menunjukan asal meteorit Mars Northwest Africa (NWA) 7034, yang lebih dikenal sebagai 'Black Beauty'.

Menurut identifikasi mereka, meteorit itu berasal dari kawah di timur laut Provinsi Terra Cimmeria-Sirenum di selatan belahan planet Mars. Meteorit tersebut keluar antara 5 dan 10 miliom tahun yang lalu sebelum mencapai Bumi.

Laporan lengkap studi ini diterbitkan di jurnal Nature Communications dengan judul "Early crustal processes revealed by the ejection site of the oldest martian meteorite" belum lama ini. Publikasi tersebut merupakan akses terbuka yang dapat diperoleh secara daring.

Seperti diketahui, NWA 7034 atau 'Black Beauty'  dengan berat sekitar 320 gram adalah breksi regolit dari Mars  yang ditemukan di gurun Sahara Maroko pada tahun 2011. NWA 7034 berisi materi beku Mars tertua yang pernah ada, berusia sekitar 4,5 miliar tahun.

"Black Beauty adalah satu-satunya sampel breksiasi (zona hancuran) Mars yang tersedia di Bumi, yang berarti mengandung fragmen sudut dari beberapa jenis batuan yang disemen bersama yang berbeda dari semua meteorit Mars lainnya yang mengandung jenis batuan tunggal," kata Anthony Lagain, peneliti Space Science and Technology Centre di Curtin University.

Kesan seniman tentang tempat asteroid menabrak permukaan Mars 5-10 juta tahun yang lalu. (Curtin University)

Untuk pertama kalinya, katanya, mereka dapat mengetahui konteks geologis dari satu-satunya sampel breksiasi Mars yang tersedia di Bumi.

"10 tahun sebelum misi Pengembalian Sampel Mars NASA diatur untuk mengirim kembali sampel yang dikumpulkan oleh penjelajah Perseverance yang saat ini menjelajahi kawah Jezero."

Lagain dan rekan menganalisis volume gambar planet beresolusi tinggi yang sangat besar melalui algoritme pembelajaran mesin untuk mendeteksi kawah tumbukan. Mereka menggunakan superkomputer di Pawsey Supercomputing Research Centre, dan Curtin HIVE (Hub for Immersive Visualization and eResearch).

Distribusi sumber kawah yang paling mungkin untuk meteorit Mars. (Curtin University)

Mereka menemukan bahwa NWA 7034 merupakan milik endapan ejecta kawah Khujirt yang terbentuk 1,5 miliar tahun yang lalu. Meteor itu kemudian terlontar sebagai akibat dari pembentukan kawah Karratha sekitar 5-10 juta tahun yang lalu.

"Menemukan wilayah di mana meteorit 'Black Beauty' berasal sangat penting karena mengandung fragmen Mars tertua yang pernah ditemukan, berusia 4,48 miliar tahun," kata Lagain.

"Dan itu menunjukkan kesamaan antara kerak Mars yang sangat tua, berusia sekitar 4,53 miliar tahun, dan benua Bumi saat ini."

Menurutnya, wilayah yang mereka identifikasi sebagai sumber sampel meteorit Mars yang unik ini merupakan jendela sejati ke lingkungan planet paling awal, "Termasuk Bumi, yang hilang dari planet kita karena tektonik dan erosi lempeng," jelasnya.

   

Baca Juga: Membawa Sampel Planet Mars ke Bumi, Amankah? Beberapa Orang Khawatir

Baca Juga: Reaktor Masa Depan, Menyediakan Oksigen dan Membangun Koloni di Mars

Baca Juga: Selidik Paparan Air Pada Meteorit Mars Berusia 1,3 Miliar Tahun

Baca Juga: Mikroba Jenis Baru Ini Bantu Singkap Pembentukan Makhluk Hidup Mars

    

Sementara itu, Profesor Gretchen Benedix mengatakan, penelitian ini, telah membuka jalan untuk menemukan lokasi lontaran meteorit Mars lainnya. Dan untuk menciptakan pandangan yang paling lengkap dari sejarah geologi Planet Merah.

Benedix adalah seorang peneliti di Space Science and Technology Center di Curtin University dan Departemen Ilmu Bumi dan Planet di Western Australian Museum.

"Kami juga mengadaptasi algoritma yang digunakan untuk menentukan titik ejeksi Black Beauty dari Mars untuk membuka rahasia lain dari Bulan dan Merkurius."

Hasil ini, katanya, akan membantu mengungkap sejarah geologi mereka dan menjawab pertanyaan yang yang akan membantu penyelidikan Tata Surya di masa depan. "Seperti program Artemis untuk mengirim manusia ke Bulan pada akhir dekade ini atau misi BepiColombo, di orbit sekitar Merkurius pada tahun 2025," katanya.

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo