Nationalgeographic.co.id—Di zaman modern, stigma negatif melekat kuat pada praktik prostitusi. Tidak jarang, pelakunya dipandang sebagai orang yang penuh dosa dan memalukan. Namun lain halnya dengan prostitusi di zaman Romawi kuno. Tampaknya orang di masa itu memiliki pandangan yang berbeda dengan orang modern. Praktik prostitusi dapat diterima secara sosial. Faktanya, rumah bordil merupakan “makanan pokok” di kota-kota liburan seperti Pompeii dan Herculaneum. Bahkan praktik ini mendorong terciptanya koin khusus. Untuk bertransaksi di rumah bordil, orang Romawi gunakan koin khusus yang disebut spintria.
Spintria digunakan pada periode Abad Pertengahan. Prevalensi prostitusi dalam budaya Romawi disorot melalui peredaran koin-koin ini. Sejumlah besar koin ini ditemukan di Pompeii dan Herculaneum.
Prostitusi: pilihan karier di zaman Romawi kuno
Jika kini prostitusi dianggap negatif, di zaman Romawi, prostitusi merupakan “pilihan karier” yang dapat diterima.
Stigma prostitusi saat ini telah merusak reputasi dari apa yang dianggap banyak orang sebagai pekerjaan tertua dalam sejarah.
Sejarawan Romawi Livy dan Tacitus mengungkapkan bahwa pelacur sering kali memiliki reputasi positif. Bahkan tidak sedikit yang berasal dari keluarga baik-baik.
Kaisar Augustus mendorong aktivitas tersebut dan membuatnya jadi legal. “Sebenarnya bukan hal yang aneh bagi seorang wanita kelas atas yang berpikiran independen untuk menjadi pelacur,” tambah Winters. Augustus memutuskan untuk mendorong jumlah kelahiran di kelas atas dengan mengenakan pajak pada bangsawan dewasa yang belum menikah. Sehingga banyak wanita menjadi pelacur agar terhindar dari paksaan menikah.
Munculnya koin atau token Romawi menunjukkan kenyataan bahwa prostitusi adalah bidang yang sangat dihormati untuk waktu yang lama.
Koin khusus untuk bertransaksi di rumah bordil
Token perunggu atau kuningan berukuran kecil kemungkinan digunakan di rumah bordil. Hingga saat ini, belum ditemukan literatur tentang spintria dan penggunaannya. Namun para peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan gambar-gambar yang tertera pada token tersebut.
Di satu sisi, terdapat gambar pose atau simbol aktivitas seksual dan angka dalam kisaran I - XVI di sebaliknya. Beberapa menggambarkan lingga, berbentuk penuh dan dengan sayap, kemungkinan menunjukkan kejantanan pria dengan menggunakan koin.
Koin dengan gambar kaisar dilarang untuk digunakan di rumah bordil. Siapapun yang menggunakan mata uang Romawi resmi di tempat seperti itu didakwa.
Tidak jarang pelacur laki-laki memberikan jasanya kepada pelanggan wanita. Namun, sering ditemukan dalam literatur bahwa laki-laki kaya mencari pelacur wanita yang sah atau meretrix.
Token tersebut lebih banyak menggambarkan hubungan laki-laki dengan perempuan daripada hubungan sesama jenis. “Ini kemungkinan menunjukkan bahwa homoseksualitas tidak diterima (secara terbuka) seperti di budaya Yunani kuno,” ungkap Riley Winters di laman Ancient Origins.
Tujuan penggunaan koin khusus
Salah satu teori paling menonjol tentang penciptaan dan tujuan koin adalah untuk menunjukkan biaya layanan seksual.
Selanjutnya, dengan penyerahan koin di antara dua orang, pemberi dan penerima jasa, kerahasiaan terjaga. Ini sangat penting bagi mereka yang berstatus tinggi yang tidak ingin “kesenangannya” diketahui oleh kerabatnya.
Diyakini bahwa layanan seks yang digambarkan pada setiap koin sesuai dengan harga yang tercantum di sisi yang berlawanan. Ini merupakan cara yang cerdas karena membantu mengatasi hambatan bahasa.
Jika teori ini benar, maka koin itu sendiri bukanlah alat pembayaran. Sebaliknya, koin ini lebih mirip dengan slip pesanan. Misalnya ketika Anda memesan makanan di restoran cepat saji dan memilih menu A kemudian membayar di kasir. Para ilmuwan memperkirakan hal yang sama untuk traksaksi di rumah bordil Romawi. Seorang Romawi akan memberikan token dan kemudian membayar sebelum atau sesudah layanan dilakukan.
Temuan yang lebih baru dari token rumah bordil Romawi di London, yang disebut “token Putney”. Seperti yang diketahui orang Romawi memiliki benteng dan kamp militer. Teorinya, koin-koin ini digunakan untuk mengatasi hambatan bahasa. Proses Romanisasi di Britania cukup lambat, demikian pula penyebaran bahasa Romawi. Di sisi lain, gambaran aktivitas seksual dapat dipahami secara universal.
Apakah koin khusus ini digunakan sebagai alat pembayaran?
Ada kemungkinan bahwa token atau koin tersebut digunakan sebagai alat pembayaran. Meskipun hanya beredar di rumah bordil, ada indikasi bahwa koin itu bernilai.
Cassius Dio, seorang sejarawan Romawi, menceritakan tentang peredaran koin bergambar wajah kaisar digunakan di rumah bordil. Ini terjadi di masa pemerintahan Caracalla dan tampaknya dipandang sebagai penghinaan terhadap kaisar. Orang yang menggunakan koin itu pun dijatuhi hukuman mati.
Baca Juga: Orang Romawi Menikmati Pertandingan Gladiator sambil Menyantap Camilan
Baca Juga: Tebarkan Teror, Ahli Pedang Yahudi 'Sicarii' Membunuh Pendukung Romawi
Baca Juga: Proses Aneh Membuat Kulit Putih Lambang Kecantikan Wanita Romawi Kuno
Baca Juga: Damnatio Memoriae, Hukuman Terberat untuk Pengkhianat Bangsa Romawi
“Seorang ksatria muda membawa koin yang memuat gambar kaisar ke dalam rumah bordil dan para informan melaporkannya. Ksatria itu dipenjara dan menunggu eksekusi. Ia kemudian dibebaskan karena kaisar meninggal sementara itu,” catatnya.
Caracalla merupakan salah satu kaisar Romawi yang cukup temperamental. Maka tidak heran jika ia menghukum orang yang menggunakan koin dengan gambarnya untuk aktivitas seks.
Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa sebaiknya koin untuk layanan di rumah bordil dan mata uang kekaisaran dipisahkan.
Meskipun prostitusi tidak pernah diidentikkan sebagai perbuatan terhormat, namun ini dikenal sebagai profesi tertua. Banyak pria mendapatkan kesenangan dari pelacur, oleh karena itu, permintaannya cukup tinggi sejak zaman kuno.
Prostitusi menghasilkan banyak uang karena permintaan yang tinggi menyebabkan kenaikan harga. Ini memiliki pengaruh positif pada ekonomi Romawi. Pasalnya, koin sprintia memungkinkan pemerintah menghasilkan lebih banyak dari “industri” ini. Pemilik rumah bordil menukar sprintia dengan emas dari pemerintah.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo