Baku, Monster Pelahap Mimpi Buruk dalam Cerita Rakyat Jepang

By Sysilia Tanhati, Kamis, 4 Agustus 2022 | 13:00 WIB
Baku, monster pelahap mimpi buruk dalam cerita rakyat Jepang. Ia dipanggil setelah seseorang mengalami mimpi buruk. (Hanzo Hattorii)

Nationalgeographic.co.id—Mimpi menjadi bunga tidur yang dialami oleh setiap orang, termasuk mimpi buruk yang membuat gelisah. Dalam mitologi Jepang dan Tiongkok, Baku dikenal sebagai monster pelahap mimpi buruk. Di Jepang, seseorang bahkan bisa memiliki jimat khusus untuk mencegah datangnya mimpi buruk. Namun, seseorang tidak boleh sembarangan memanggil baku. Salah-salah, Baku akan mengonsumsi harapan seseorang jika ia tidak puas.

Asal-usul Baku, si pelahap mimpi buruk

Kisah-kisah baku yang melahap mimpi buruk sebenarnya berasal dari cerita rakyat Tiongkok. Mitologi Tiongkok memiliki tradisi monster hibrida yang dibuat dari bagian-bagian beberapa hewan. Mo dari mitologi Cina adalah monster fantastik yang terdiri dari cakar harimau, ekor sapi, mata badak, dan belalai gajah. Penyair abad ke-9 Bo Juyi memopulerkan gagasan bahwa menggambar binatang hibrida ini dapat menangkal penyakit dan kejahatan.

“Baru kemudian, antara abad ke-14 dan ke-15, makhluk mitologi muncul di Jepang, selama periode Muromachi,” ungkap M. R. Reese di laman Ancient Origins. Mo dalam mitologi Tiongkok dipercaya mampu menangkis nasib buruk. Sedangkan di Jepang sedikit berbeda. Baku dapat membantu seseorang menghindari mimpi buruk saat tidur.

Meski Baku dianggap sebagai makhluk spiritual, ia memiliki penampilan yang jelas. Baku adalah chimera, binatang mitologis yang terdiri dari berbagai bagian dari hewan lain. Biasanya digambarkan dengan tubuh beruang, belalai gajah, cakar harimau, ekor lembu, dan telinga atau mata badak. Menurut legenda Jepang, Baku diciptakan oleh potongan-potongan cadangan yang tersisa ketika dewa selesai menciptakan semua hewan lain.

Kekuatan untuk mengusir mimpi buruk

Deskripsi dan kepercayaan di Baku telah berubah selama bertahun-tahun. Dalam legenda Tiongkok kuno, Mo adalah binatang yang diburu untuk diambil kulitnya. Siapa pun yang membunuh Mo akan menggunakan selimut yang terbuat dari kulit sebagai jimat. Ini dapat melindungi mereka dari roh jahat. Praktek ini berkembang dari waktu ke waktu. Meski bagian tubuhnya tidak digunakan lagi, gambarnya dianggap memiliki kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat.

Sama-sama memiliki kekuatan, namun kemampuan Baku di Jepang sedikit berbeda dengan yang ada di Tiongkok. Dalam legenda, Baku memiliki kekuatan untuk mengonsumsi dan mengusir mimpi buruk. Seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan mengenakan jimat Baku pun muncul. “Tujuannya untuk mencegah munculnya mimpi buruk yang tidak diinginkan,” tambah Reese lagi.

Keyakinan ini berlanjut hingga hari ini. Mitologi Jepang mengeklaim bahwa mereka yang menderita mimpi buruk harus meminta bantuan kepada Baku.

Pada pergantian abad ke-20, anak-anak di Jepang biasanya tidur dengan jimat Baku di samping tempat tidurnya. Anak-anak yang menderita mimpi buruk akan dibangunkan. Mereka diminta untuk mengulangi kalimat berikut tiga kali: “Baku-san, ayo makan mimpiku. Baku-san, ayo makan mimpiku. Baku-san, ayo makan mimpiku.”

Saat mengucapkan kata-kata tersebut, Baku diyakini memasuki kamar dan melahap mimpi buruknya. Baku pun membiarkan anak itu kembali tidur dengan tenang.

Baku juga dipanggil untuk perlindungan dari mimpi buruk sebelum tertidur di malam hari. Sampai hari ini, masih umum bagi anak-anak Jepang untuk menyimpan jimat Baku di samping tempat tidur.