Menghitung Kembali Korban Kengerian Bom Nagasaki 9 Agustus 1945

By Galih Pranata, Selasa, 9 Agustus 2022 | 13:00 WIB
Tim proyek Manhattan dalam memperhitungkan jumlah korban jiwa akibat ledakan bom di Hiroshima dan Nagasaki. (Prisma Bildagentur/Getty Images)

Perbedaan antara hasil di Hiroshima dan Nagasaki dikaitkan dengan perbedaan ukuran populasi dan topografi. Nagasaki dianggap sebagai target yang kurang ideal dari sudut pandang seorang pembom, karena kotanya tidak terkonsentrasi seperti di Hiroshima. 

"Kota Nagasaki dipisahkan oleh punggung bukit yang sebagian melindungi kota. Selain itu, bom tidak meledak di pusat kota Nagasaki, tetapi di Lembah Urakami di barat lautnya," terus Alex.

    

Baca Juga: Nasib Anak-Anak Saat Bom Atom Menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki

Baca Juga: Tradisi Hitung Mundur Jelang Tahun Baru Berasal dari Uji Bom Atom

Baca Juga: Kisah Yoshiko Kajimoto, Penyintas Bom Atom Hiroshima, Jepang

Baca Juga: Mengapa Bom Nuklir Menyebabkan Terbentuknya Awan Jamur?

     

Menelusuri sumber berbeda, penulis menghadapi pandangan subjektif dari paradigma holistik di antara 2 sumber: sumber penghitungan oleh Amerika Serikat dan sumber penghitungan oleh Jepang.

Melalui sumber tim proyek Manhattan yang terbit sejak 1946—sebagai sumber Amerika Serikat—disebutkan korban tewas di Nagasaki, sekiranya berjumlah 40.000 jiwa. Hal ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sumber dari catatan Jepang.

Di tahun 1970-an, terbit jumlah korban tewas akibat pemboman Nagasaki oleh ilmuwan senjata anti-nuklir yang mayoritas merupakan orang Jepang. Mereka mencatat sebanyak-banyaknya 70.000 jiwa untuk menekankan penderitaan yang dialami Jepang.