Harem Kesultanan Utsmaniyah Hanya Mitos, Karangan Orientalis Barat?

By Ricky Jenihansen, Minggu, 21 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Lukisan minyak fantasi barat terhadap praktik harem di Kesultanan Utsmaniyah. (Hurriyet)

 Baca Juga: Harem Kesultanan Utsmaniyah Melayani dengan Lebih Dari Satu Cara

 Baca Juga: Bahasa Persia Menghubungkan Negeri Safawi, Mughal, hingga Ottoman

Ia menjelaskan, mereka menerbitkan buku-buku populer di mana mereka menyatakan bahwa bangunan itu adalah harem. Namun, para pengunjung ini bahkan tidak memasuki gedung dan memberikan informasi yang kontradiktif, mungkin spekulatif tentangnya.

"Fantasi atau tidak, gagasan tentang harem telah lama memikat penonton barat, yang telah menikmati kisah-kisah eksotis dari Timur ini," kata Rookhuijzen.

"Kemudian penulis hanya mengulangi informasi. Ini bahkan terjadi setelah bangunan itu runtuh dalam pemboman Venesia tahun 1687."

Penelitian saya juga memasukkan beberapa sumber Turki yang belum dipelajari. Tak satu pun dari ini menyebutkan sesuatu seperti harem di kuil Caryatids. Itu artinya, kisah harem di Kesultanan Utsmaniyah tidak memiliki dasar sejarah.

Ilustrasi praktik harem dalam Kesultanan Utsmaniyah (Ancient Origins)

Akan tetapi mereka tampaknya mengatakan bahwa itu digunakan sebagai semacam istana. Secara keseluruhan, hanya sedikit yang menunjukkan bahwa kuil itu pernah diubah menjadi tempat pertemuan erotis.

Padahal, cerita tentang harem di kuil Caryatids sudah ada pada zaman Yunani kuno, berabad-abad sebelum orang Turki tiba. Caryatids yang mencolok itu sendiri tampak seperti wanita yang ketakutan di depan gedung.

Mereka mungkin memainkan peran dalam penciptaan cerita semacam itu. Berkali-kali, pengunjung Acropolis telah memberi makna pada bangunan misterius berdasarkan patung-patung ini.

Penelitian antropologis menunjukkan bahwa patung-patung yang mengesankan seperti Caryatids dapat membangkitkan imajinasi. Patung-patung itu mendorong cerita-cerita liar yang terkadang disalahartikan sebagai sejarah "faktual". Untuk penonton biasa, Caryatid bisa berfungsi sebagai bukti harem.

"Tetapi gagasan harem sangat bermasalah karena melanjutkan stereotipe Barat yang sudah berlangsung lama tentang orang Turki sebagai orang barbar yang kejam dan asusila," katanya.

"Stereotipe ini berasal dari perang selama berabad-abad antara negara-negara Eropa Kristen dan Kekaisaran Utsmaniyah Muslim."

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo