Nationalgeographic.co.id—Penggalian arkeologi di samping Tembok Barat Yerusalem telah mengungkap sejarah ribuan tahun kota kuno. Termasuk dalam temuan itu vila berusia 2.000 tahun, tembok ratapan hingga pemandian kuno Romawi dan saluran air yang dipasang selama periode Kesultanan Utsmaniyah.
Seperti diketahui, Tembok Barat adalah salah satu situs paling suci dalam Yudaisme dan dikunjungi oleh jutaan pemuja dan turis setiap tahun. Tetapi pengunjung biasanya harus menuruni 142 anak tangga atau membuat jalan memutar yang panjang di sekitar tembok kota untuk mencapai tempat suci.
Izin diberikan kepada perusahaan pengembangan pada tahun 2017. Mereka membangun dua elevator untuk akses penyandang cacat yang lebih baik, perusahaan membuat penurunan 85 kaki (26 meter) di samping tangga yang ada di tepi Kawasan Yahudi Kota Tua. Para arkeolog mulai menggali area kecil di 2019.
"Kami benar-benar diberi kesempatan luar biasa untuk menggali sebidang tanah yang tidak terganggu di dalam Kota Tua, yang saat ini sangat langka," kata Michal Haber, seorang arkeolog di Hebrew University of Jerusalem yang ikut serta dalam penggalian, kepada Live Science.
"Dan dengan demikian menggali semua lapisan di bawah kota yang hidup dan aktif, dalam semua kerumitan dan perjuangannya, baik masa lalu. dan sekarang."
Penggalian arkeologi berakhir beberapa bulan yang lalu, setelah penemuan struktur dan artefak dari setidaknya lima fase berbeda dari sejarah kota kuno yang luas. Persyaratan hukum, bagaimanapun, berarti bahwa elevator tidak akan mulai beroperasi di samping ujung barat daya Western Wall Plaza hingga tahun 2025.
Salah satu temuan paling atas di situs elevator adalah pipa terakota yang dipasang selama periode Kesultanan Utsmaniyah di Yerusalem. Mungkin pada abad ke-19, menurut arkeolog Hebrew University, Oren Gutfeld, yang memimpin penggalian.
Pipa-pipa air masih utuh, dan mereka melanjutkan jalur saluran air yang dibangun pada akhir periode Bait Suci Kedua. Baik periode Hasmonean atau periode Herodian.
Selanjutnya, saluran itu untuk membawa air ke kota dari mata air di perbukitan di sekitar Betlehem, lebih dari 6 mil (10 kilometer) jauhnya.
"Mereka menggunakan saluran air Hasmonean atau Herodian sebagai dasar pipa," katanya.
"Di beberapa tempat, saluran air periode Kuil Kedua tidak bertahan, tetapi sepanjang jalan mereka membangun pipa-pipa baru."
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR