Nationalgeographic.co.id—Sejak dimulai pada tahun 2014, program ganja medis di New York telah berkembang menjadi 150.000 peserta, menjadikannya salah satu yang terbesar di Amerika. Namun penelitian baru menunjukan, penggunaanya makin tidak jelas, tidak ada panduan yang konsisten tentang penggunaan ganja.
Karena kurangnya data yang tersedia untuk umum, memahami produk apa yang digunakan pasien ganja medis untuk berbagai kondisi sebagian besar hanya berasal dari tanggapan survei.
Dalam studi baru ini, peneliti USC Schaeffer Center membuat gambaran yang lebih jelas. Mereka menganalisis data titik penjualan dari hampir 17.000 pasien yang melakukan lebih dari 80.000 pembelian sebagai bagian dari program ganja medis negara bagian New York.
Laporan studi lengkap mereka telah dipublikasikan di JAMA Network Open dengan judul "Characterization of Cannabis Products Purchased for Medical Use in New York State."
Para peneliti menemukan variasi yang cukup besar dalam produk yang dipilih untuk sebagian besar kondisi medis, dan variabilitas tinggi dalam dosis berlabel THC—zat di dalam ganja yang menyebabkan kecanduan.
"Meskipun pasar ganja medis bukanlah hal baru, masih ada sedikit penelitian tentang perilaku pembelian pasien," kata Alexandra Kritikos, peneliti pascadoktoral di USC Schaeffer Center dan USC Institute for Addiction Science, seperti dilansir Eurekalert.
"Sayangnya, analisis kami menunjukkan bahwa pasien mungkin tidak mendapatkan panduan yang konsisten dari dokter dan apoteker dan, di banyak area penyakit, tampaknya ada kekurangan data klinis yang jelas tentang dosis yang tepat."
Hasilnya penelitian ini berdasarkan pada pembelian yang dilakukan antara tahun 2016 dan 2019. Ketika bunga ganja dan bagian yang dapat dimakan tidak dapat dijual di pasar medis.
Pemegang kartu ganja dapat membeli catridge dan vape, kapsul dan tablet, tincture, lotion, dan supositoria. Pengguna ganja medis membeli berbagai produk dengan berbagai potensi.
Dengan menggunakan data dari sistem apotek tunggal yang terintegrasi, para peneliti menemukan bahwa tiga kondisi teratas yang dicatat pasien pada kartu medis mereka adalah nyeri kronis (52%), neuropati (22%), dan kanker (13%).
Selain kondisi yang memenuhi syarat, pasien juga membutuhkan gejala yang memenuhi syarat untuk mendaftar. Gejala kualifikasi teratas adalah sakit parah (82%), kejang otot parah (21%), dan mual parah (8%).