Ganja Medis Makin Tidak Jelas, Tidak Ada Pedoman Klinis tentang Dosis

By Ricky Jenihansen, Minggu, 21 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Hanya ada sedikit penelitian tentang perilaku pembelian ganja. (Sean Kilpatrick)

Vape adalah produk yang paling populer dibeli (40%), diikuti oleh tincture (38%), dan tablet (22%). Dari segi potensi, sebagian besar produk ganja yang paling populer adalah produk dengan THC tinggi (zat dalam ganja yang menyebabkan kecanduan), sementara kandungan CBD (zat dalam ganja yang mengurangi rasa nyeri) rendah. 

Mengingat variasi ini, ketika pasien memilih produk yang berbeda, mereka mungkin menyukai dosis yang berbeda.

Misalnya, 41% pasien dengan nyeri kronis lebih menyukai alat penguap THC tinggi, sementara 33% pasien nyeri kronis memilih tincture, dan 25% memilih tablet. Keduanya memberikan 10 mg THC per dosis. Seperempat pasien nyeri kronis lainnya memilih produk yang mengandung 5 mg THC dan CBD.

Dokter perlu mengambil peran yang lebih aktif pada pasien yang menggunakan produk ganja medis. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa catatan medis elektronik sering kali tidak melaporkan jumlah pengguna ganja medis.

 Baca Juga: Mengulik Bagaimana Masyarakat di Dunia Kuno Memanfaatkan Ganja

 Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli

 Baca Juga: Riset Terbaru Ungkap Efek Senyawa Ganja dalam Redakan Rasa Sakit

Dikombinasikan dengan temuan dalam studi Schaeffer Center yang baru, para peneliti menyarankan untuk meningkatkan panduan medis dan pengawasan dosis.

"Kami menduga kurangnya pedoman klinis tentang dosis cannabinoids untuk kondisi medis tertentu telah membuat penyedia medis tidak nyaman berbicara dengan pasien mereka tentang penggunaan ganja medis mereka," kata Rosalie Liccardo Pacula, penulis senior di kedua studi.

"Sangat penting bahwa perubahan ini, karena interaksi obat dengan obat yang diresepkan lainnya mungkin, tetapi tidak mungkin untuk mengidentifikasi apakah penggunaan ganja medis tidak dipertimbangkan atau dicatat dalam catatan medis."

Pacula adalah rekan senior di Schaeffer Center dan Elizabeth Garrett Chair dalam Kebijakan Kesehatan, Ekonomi & Hukum di USC Price School of Public Policy.

Pacula dan Kritikos berharap penelitian mereka memberikan dasar untuk percakapan antara penyedia dan pasien tentang penggunaan ganja, termasuk tingkat dosis.

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo