Di masa lalu, diyakini bahwa bayangan makhluk hidup adalah bagian dari jiwanya. Dalam banyak bahasa, kata bayangan juga mengandung arti roh. Dengan demikian, banyak praktik dan ritual telah dikembangkan untuk mempengaruhi makhluk melalui bayangannya.
Segala sesuatu yang terjadi pada bayangan seseorang dikatakan bisa dirasakan di tubuh fisik. Bayangan itu dilihat sebagai jiwa orang tersebut dalam manifestasinya yang hidup. Ketika bayangan tidak terlihat, jiwa itu telah mundur ke dalam tubuh untuk memasuki keadaan hibernasi sementara. Jika bayangan muncul kembali, diyakini bahwa jiwa keluar dari tubuh dan mendapatkan konsistensi.
Baca Juga: Ketakutan Membabi Buta pada Penyihir Bunuh Ribuan Orang Tak Bersalah
Baca Juga: Gambar Cadas Paleolitik: Lukisan Gua tentang Sihir dan Perdukunan
Baca Juga: Ekstrak Ganja pada Zaman Kuno Mampu Sembuhkan Penyakit Sihir
Dulu diyakini bahwa roh dapat meninggalkan tubuh untuk waktu yang terbatas tanpa menyebabkan kematian individu, tetapi pemisahan ini berbahaya. Jika seseorang campur tangan secara ajaib, orang itu bisa menangkap jiwa dan tanpa kembali ke tubuh, orang itu akan mati.
Penyihir lain dapat memilih untuk bekerja pada bayangan untuk mempengaruhi orang tertentu. Karena saran untuk melakukan tindakan tertentu datang dari dalam, bertindak berdasarkan bayangan bisa berarti bertindak atas roh di dalam dan menentukan individu untuk melakukan apa yang diinginkan oleh penyihir itu sejak awal, sambil berpikir itu adalah inisiatifnya sendiri.
Mengikuti prinsip yang sama, beberapa suku Afrika percaya bahwa seseorang dapat dibunuh dengan melemparkan tombak ke bayangannya, dan mimpi dipandang sebagai ingatan yang tidak jelas tentang perjalanan roh di malam hari.