Nationalgeographic.co.id - Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata penyihir? Bagi kebanyakan orang, gambaran pertama yang muncul adalah penyihir yang melintasi langit malam dengan sapu terbang. Ini mungkin sering kita jumpai di film-film atau novel. Mengapa penyihir identik dengan sapu terbang dan kuali ramuan? Ternyata, ada alasan di baliknya mengapa penyihir selalu dikaitkan dengan sapu terbang.
Penyihir, kuali, dan halusinogen
Jika Anda menonton film atau membaca buku cerita anak-anak, penyihir digambarkan sedang berdiri di samping kuali yang menggelegak. Biasanya, mereka sedang menyiapkan ramuan khusus yang akan digunakan untuk menjalankan rencana tertentu.
Namun apakah penyihir benar-benar menyiapkan ramuan di dalam kuali itu?
Selama periode perburuan penyihir di Eropa, roti menjadi makanan utama masyarakat di masa itu. Roti yang dikonsumsi terutama dari gandum hitam. Nah, gandum hitam ini mudah terinfeksi penyakit yang dikenal sebagai ergot, yang disebabkan oleh jamur Claviceps purpurea. Akibatnya banyak orang tanpa sadar mengonsumsi ergot, mengira itu adalah bagian dari tanaman.
“Ergot memiliki sifat halusinogen,” tutur Mark Brophy dilansir dari laman Ancient Origins. Alih-alih menghindarinya, orang-orang justru menyukai efeknya dan mulai bereksperimen dengan tanaman lain yang memberikan efek serupa.
Namun apa hubungannya dengan penyihir? Ada beberapa efek samping yang buruk dari halusinogen ini. Ketika tertelan, tanaman tertentu menyebabkan ruam, mual, muntah atau bahkan kematian.
Meski efek sampingnya mematikan, orang dengan kreatif mencari cara untuk menikmatinya selain dengan mengonsumsi. Salah satunya adalah dengan mengoleskannya di kulit.
Cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui selaput lendir halus di bawah ketiak atau kelamin.
“Tetapi orang-orang vulgar percaya, dan para penyihir mengaku, bahwa pada malam-malam tertentu mereka mengurapi tongkat dengan salep itu. Kemudian pergi ke tempat yang ditentukan dengan menaiki tongkat itu,” jelas teolog abad ke-15 Jordanes de Bergamo.
Seorang dokter abad ke-16 Andres de Laguna juga mempelajari ramuan itu. Pada suatu kesempatan dia mengambil salah satu ramuan ini dari rumah seorang wanita yang dituduh sebagai penyihir. Ia kemudian mengujinya pada wanita lain.
Menurut de Laguna, wanita itu kemudian tertidur sangat nyenyak. Tak ayal, Laguna pun khawatir kalau-kalau wanita itu tidak akan bangun lagi. Untungnya, setelah 36 jam dia akhirnya terbangun.
Baca Juga: Sihir Bisa 'Lahirkan' Iblis, Ritual yang Terlupakan dalam Sejarah Kuno
Baca Juga: Arkeolog Singkap Ritual Pemakaman Nenek Sihir dan Bekal Kuburnya
Baca Juga: Misteri Empat Topi Emas dari Zaman Perunggu yang Mirip Topi Penyihir
Wanita itu sangat kesal karena dibangunkan. “Mengapa kamu membangunkanku, sial bagimu, pada saat yang tidak menguntungkan? Mengapa saya dikelilingi oleh semua kesenangan di dunia,” katanya.
Maka Laguna pun menarik kesimpulan, “Apa yang dikatakan dan dilakukan para penyihir jahat itu disebabkan oleh ramuan dan salep. Semua itu begitu merusak ingatan dan imajinasi mereka sehingga menciptakan kesengsaraan.”
Apakah penyihir mengendarai sapu dan seorang pecandu?
Untuk setiap wanita yang ingin menggunakannya, ada cara yang jelas dan nyaman untuk mengaplikasikan salep ini. Ambil sapu, olesi dengan salep, kemudian naiki sapu.
Menurut laporan, ketika obat-obatan mulai bekerja dengan cepat, naik sapu pun jadi lebih menyenangkan. Sebuah kutipan dari investigasi tahun 1324 terhadap tersangka penyihir Alice Kyteler mendukung teori ini. “Saat menggeledah lemari, mereka menemukan pipa salep untuk mengolesi tongkat. Ia kemudian menaiki tongkat itu."
Menurut Johann Weyer, ketika salep ini dioleskan ke area genital, itu menghasilkan "sensasi naik ke udara dan terbang."
Karena penyihir dianggap berada di bawah pengaruh Iblis, orang menyimpulkan bahwa mereka menerbangkan sapu terbang untuk melakukan ritual tertentu.
Penulis dan fotografer Jerman Gustav Schenk mencoba ramuan itu. “Saya mengalami sensasi terbang yang memabukkan,” jelas Schenk pada tahun 1966 ketika menulis tentang pengalamannya menggunakan Henbane. “Saya melayang di mana halusinasiku … sedang berputar-putar.”
Jika mendengar laporan Schenk, maka tidak mengherankan jika penyihir digambarkan dengan cara ini: menaiki sapu terbang.
Penyihir yang mengaku menaiki sapu terbang
Pada tahun 1453, Guillaume Edelin menjadi orang pertama yang mengaku menyaksikan ibunya yang sudah tua menaiki sapu terbang. Sang ibu keluar lewat cerobong asap. Namun, kesaksiannya ini patut dipertimbangkan sebab ia melakukannya di bawah siksaan.
Edelin adalah seorang pendeta yang secara terbuka mengkritik peringatan gereja tentang sihir. Tak lama setelah itu, dia ditangkap dan diadili karena sihir.
Menurut Dean Miller di Witches and Witchcraft , seorang penyihir Antoine Rose mengaku di bawah siksaan. Katanya, “Iblis, yang bernama Robinet membubuhkan tandanya pada jari kelingking tangan kiri. Ia memberi sebuah tongkat dan sepanci salep kemudian mengoleskan salep pada tongkat. Lalu meletakkannya di antara kedua kakinya dan berkata 'Pergi, atas nama Iblis, pergi!'”
Pengakuan-pengakuan tersebut tampaknya mendukung teori tentang penyihir dan salep terbang. Akan tetapi perlu diingat, semua saksi itu disiksa terlebih dahulu agar memberikan pengakuan sesuai yang diinginkan.
Meski belum tentu akurat, sampai sekarang, penyihir identik dengan sapu terbang dan kuali ramuan. Apakah mitos itu berasal dari kenyataan ataukah pikiran kreatif dan paranoid dari masyarakat religius?