Begitulah ringkasan cerita Sie Jin Kwie Cen Tang. Wayang potehi dan wayang kulit cina oleh Sanggar Budaya Rumah Cinta Wayang (Rumah Cinwa). Pertunjukan ini diprakarsai oleh BIMASENA, komunitas bisnis yang peduli dalam konservasi seni budaya Indonesia. Penampilannya diadakan hari Sabtu, 1 Oktober 2022 di Grha BIMASENA.
"Sie Jin Kwie ini kan aslinya tokoh yang dari 'kelas rendah' di istana, tapi dia punya jiwa patriotik, semangat kepahlawanan untuk negaranya di tengah kebobrokan," kata pegiat wayang potehi Rumah Cinta Wayang Dwi Woro Retno Mastuti. "Semangat inilah yang kami sampaikan lewat penampilan cerita ini."
Baca Juga: Kisah Perjuangan Penjaga Tradisi Wayang Cecak di Pulau Penyengat
Baca Juga: Naskah Cina-Jawa, Jejak Budaya yang Terlupakan dalam Sejarah
Baca Juga: Melihat Sisi Lain Sambo, Tokoh Wayang yang Jujur dan Tepercaya
Baca Juga: Wayang Orang Sriwedari di Perayaan Ulang Tahun Putri Ratu Belanda
Wayang potehi merupakan bagian dari keragaman Indonesia. Nama 'potehi' berasal dari lafal Hokkian yang berarti boneka kantong. Kemunculannya di Indonesia tidak diketahui pasti sejarahnya, tetapi yang jelas berhubungan dengan migrasinya etnis Tionghoa ke Nusantara sejak berabad-abad silam.
Wayang ini kemudian berakulturasi dengan kebudayaa Jawa. Pementasannya di masa silam sering dilakukan di klenteng bersama pembakaran dupa untuk para dewa. Sayangnya, kebudayaan ini nyaris mati suri di masa Orde Baru yang melarang unsur Tionghoa dalam kesenian dan kepercayaan.
Selain wayang potehi, pementasan ini juga menampilkan wayang kulit cina. Beberapa bagian dari kisah Sie Jin Kwie ditampilkan dengan melibatkan dua jenis wayang yang dilakukan oleh dua dalang berbeda. "Wayang kulit cina kurang dikenal banyak, kami ingin mengenalkannya kembali," terang Woro.