Baca Juga: Poena Cullei, Hukuman Mati dengan Karung yang Mengerikan di Era Romawi
Baca Juga: Menelisik Awal Mula Cincin Tunangan, Berasal dari Zaman Romawi Kuno
Praktik ini berlanjut sampai sekitar paruh kedua abad ke-3 Masehi. Selama waktu ini, tembok kota baru dibangun dan memotong daerah itu dari sungai. Akibatnya, pelabuhan beserta gudangnya dipindahkan ke lokasi lain.
Amfora tidak dibuang sembarangan
Dari penelitian arkeologi disimpulkan bahwa pembuangan amfora tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi dikelola dengan cara yang sangat sistematis.
Wadah itu dibelah memanjang menjadi dua sehingga bisa ditumpuk satu di atas yang lain. Salah satu efeknya adalah udara dapat bersirkulasi, sehingga mempertahankan suhu yang konstan dan mencegah terbentuknya kelembapan. Kondisi ini ideal untuk penyimpanan anggur. Jadi, beberapa orang Romawi memanfaatkan ini, membangun gudang anggur yang membentang jauh ke dasar.
Selain itu, fragmen amfora digunakan untuk mempelajari jaringan perdagangan Romawi. Sebelum dibakar, amfora dicap atau dibubuhi tanda. Setelah proses pembakaran, tituli picti akan dicat ke atasnya. Tituli picti ini adalah sejenis cap komersial.
Penandaan pada amfora ini penting karena memberikan informasi tentang produksi, administrasi, dan distribusi barang yang disimpan di dalamnya. Misalnya, berdasarkan tituli picti yang telah dipelajari, amfora di Monte Testaccio sebagian besar berasal dari Spanyol, Libia, dan Tunisia.
Monte Testaccio memiliki sejarah yang cukup berwarna setelah ditinggalkan oleh bangsa Romawi kuno. Selama Abad Pertengahan, misalnya, bukit itu digunakan untuk mewakili Gunung Kalvari selama Jalan Salib pada Jumat Agung. Kini, sebuah salib masih berdiri di puncak bukit sebagai memori asosiasi keagamaan ini.
Monte Testaccio sempat menjadi taman umum pada tahun 1931, tetapi karena masalah anggaran pemeliharaan, bukit ini ditinggalkan. Saat ini, situs unik ini dapat dikunjungi oleh publik, meskipun pintu masuknya dibatasi.