Nationalgeographic.co.id - Monte Testaccio adalah bukit peninggalan Romawi yang terbentuk dari sampah. Ini merupakan tengara yang tidak biasa di Roma. Mengingat banyaknya jumlah bangunan monumental di Roma, wajar jika Monte Testaccio tidak terlalu menonjol. Terutama karena bukit ini dianggap sebagai tempat pembuangan sampah kuno.
Monte Testaccio diterjemahkan sebagai 'Gunung Tembikar', testa menjadi bahasa Latin untuk 'gerabah'. Situs ini memungkinkan para arkeolog untuk mendapatkan beberapa wawasan tentang ekonomi Romawi kuno, terutama jaringan perdagangannya. Pasalnya, pecahan amfora yang banyak ditemukan di tempat pembuangan sampah kuno itu menjadi bahan penelitian. Amfora adalah sejenis wadah keramik berbentuk vas dengan dua pegangan dan bagian leher yang panjang yang lebih sempit dari bagian badannya.
Dikenal juga sebagai Monte dei Cocci (coccio berarti 'gerabah' dalam bahasa Italia), ini adalah bukit buatan di Roma. Meliputi area seluas hampir 20.500 m2, Monte Testaccio memiliki ketinggian antara 15-35 meter.
“Uniknya, seluruh bukit ini terbuat dari pecahan amfora yang rusak,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Sebagian besar pecahan yang diperiksa oleh para arkeolog sejauh ini berasal dari 140 dan 250 Masehi. Namun mereka berspekulasi bahwa pecahan amfora pertama mungkin dibuang di situs tersebut pada awal abad ke-1 Sebelum Masehi.
Sementara tidak ada yang tahu pasti jumlah Amfora yang membentuk gunung ini, diperkirakan jumlahnya mencapai 25 juta amfora. Namun, yang lain menganggap bahwa 53 juta amfora membentuk bukit unik itu.
Mengapa Monte Testaccio memiliki begitu banyak amfora?
Ada yang mengatakan amfora yang dibuang di Monte Testaccio semuanya digunakan sebagai wadah untuk mengangkut minyak zaitun. Amfora semacam itu tidak layak untuk digunakan kembali. Sebabnya sebagian minyak akan meresap ke dalam badan wadah. Sehingga amfora menjadi kotor dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Yang lain mengeklaim bahwa amfora yang dulunya berisi anggur atau garum (kecap ikan yang populer di Romawi kuno) juga dibuang di Monte Testaccio.
Akan tetapi mengapa dibuang di tempat itu? Konon, situs tersebut dipilih sebagai tempat pembuangan amfora bekas ini karena terletak dekat dengan Horrea Galbae. Horrea Galbae merupakan kompleks gudang penyimpanan barang yang dikendalikan negara. Itu termasuk minyak zaitun, yang datang dari provinsi-provinsi ke Roma melalui Sungai Tiber. “Setelah minyak dituang dari amfora ke dalam bejana yang lebih kecil, bekasnya dipecah dan dibuang,” ungkap Mingren.
Baca Juga: Singkap Petualangan dan Ekspedisi Pengiriman Uang ala Romawi
Baca Juga: Poena Cullei, Hukuman Mati dengan Karung yang Mengerikan di Era Romawi
Baca Juga: Menelisik Awal Mula Cincin Tunangan, Berasal dari Zaman Romawi Kuno
Praktik ini berlanjut sampai sekitar paruh kedua abad ke-3 Masehi. Selama waktu ini, tembok kota baru dibangun dan memotong daerah itu dari sungai. Akibatnya, pelabuhan beserta gudangnya dipindahkan ke lokasi lain.
Amfora tidak dibuang sembarangan
Dari penelitian arkeologi disimpulkan bahwa pembuangan amfora tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi dikelola dengan cara yang sangat sistematis.
Wadah itu dibelah memanjang menjadi dua sehingga bisa ditumpuk satu di atas yang lain. Salah satu efeknya adalah udara dapat bersirkulasi, sehingga mempertahankan suhu yang konstan dan mencegah terbentuknya kelembapan. Kondisi ini ideal untuk penyimpanan anggur. Jadi, beberapa orang Romawi memanfaatkan ini, membangun gudang anggur yang membentang jauh ke dasar.
Selain itu, fragmen amfora digunakan untuk mempelajari jaringan perdagangan Romawi. Sebelum dibakar, amfora dicap atau dibubuhi tanda. Setelah proses pembakaran, tituli picti akan dicat ke atasnya. Tituli picti ini adalah sejenis cap komersial.
Penandaan pada amfora ini penting karena memberikan informasi tentang produksi, administrasi, dan distribusi barang yang disimpan di dalamnya. Misalnya, berdasarkan tituli picti yang telah dipelajari, amfora di Monte Testaccio sebagian besar berasal dari Spanyol, Libia, dan Tunisia.
Monte Testaccio memiliki sejarah yang cukup berwarna setelah ditinggalkan oleh bangsa Romawi kuno. Selama Abad Pertengahan, misalnya, bukit itu digunakan untuk mewakili Gunung Kalvari selama Jalan Salib pada Jumat Agung. Kini, sebuah salib masih berdiri di puncak bukit sebagai memori asosiasi keagamaan ini.
Monte Testaccio sempat menjadi taman umum pada tahun 1931, tetapi karena masalah anggaran pemeliharaan, bukit ini ditinggalkan. Saat ini, situs unik ini dapat dikunjungi oleh publik, meskipun pintu masuknya dibatasi.