Bak Mimpi Buruk, Begini Kemacetan Lalu Lintas di Zaman Romawi Kuno

By Sysilia Tanhati, Selasa, 4 Oktober 2022 | 13:00 WIB
Bagi sebagian besar penduduk Roma kuno, jam sibuk adalah mimpi buruk di mana mereka harus menghadapi kemacetan lalu lintas. (Capitoline Museum)

Nationalgeographic.co.id—Macet menjadi masalah bagi banyak negara, termasuk kota Roma di zaman Romawi kuno. Suara kaki kuda yang lewat, kereta yang berderit, dan teriakan para pedagang menyatu di jalan-jalan nan padat merayap di Roma kuno. Tidak ada taksi daring, motor yang mampu menyalip, atau pun mobil nyaman dengan pendingin udara. Bagi sebagian besar penduduk Roma kuno, jam sibuk adalah mimpi buruk di mana mereka harus menghadapi kemacetan lalu lintas. Seperti apa kemacetan lalu lintas di zaman Romawi kuno?

Bangsa Romawi dikenal akan prestasinya yang luar biasa dalam membangun jalan. Tanpa teknologi canggih seperti di zaman modern, mereka mampu membangun jalan sepanjang 80.000 km. Namun alat transportasi yang digunakan, seperti kereta kuda, tidak memiliki Peredam kejut. Ini membuat perjalanan sedikit tidak nyaman. Ditambah lalu lintas kota Roma yang sangat buruk jika dibandingkan dengan kota-kota lain.

Mengapa Roma memiliki lalu lintas yang lebih buruk daripada kota-kota lainnya?

Kota Roma kuno bukanlah kota yang mandiri. Dengan jumlah penduduk tinggi, Roma kuno bergantung dari kota-kota lain. Ini menyebabkan masuknya karavan dan pedagang yang konstan.

Meski Roma termasuk kota maju di masanya, kota itu memiliki jalan-jalan yang sempit. Jalur-jalur sering tidak konsisten. Banyak gerobak dan kereta bahkan tidak bisa masuk melalui gang tanpa menabrak bangunan dan pedagang.

“Juga tidak ada pejabat perencanaan kota untuk merestrukturisasi jalan untuk pertumbuhan kota yang cepat,” tutur Sean Kernan di laman Medium.

Ketika disebutkan bahwa jam sibuk Romawi itu bak mimpi buruk, itu tidak dilebih-lebihkan. Di jam-jam sibuk, kereta bisa saling menabrak. Pedagang mengamuk karena barang dagangan mereka tidak sengaja tersenggol kendaraan. Tombak dan pedang yang diacungkan dan bahkan digunakan pun menjadi pemandangan umum saat kemacetan terjadi.

“Kemacetan terjadi dari segala arah,” Kernan menambahkan. Banyak kendaraan ditarik oleh hewan-hewan besar yang kerap mendapat pukulan dari pengemudinya. Bayangkan jika kuda penarik kereta jatuh kelelahan di tengah kemacetan. Pengemudinya akan kesulitan untuk memindahkan barang-barang yang diangkutnya.

Kemacetan lalu lintas jaman dulu tidak hanya membuat orang menjadi tidak sabar. Kemacetan memiliki pengaruh besar pada masyarakat. Misalnya kisah Oedipus yang tanpa sadar membunuh ayahnya sendiri di persimpangan jalan. Kejadian itu disebabkan karena perselisihan tentang kereta siapa yang berhak jalan. Inilah sebabnya mengapa unit militer didatangkan untuk membantu mengelola kerusuhan di jalan-jalan Roma kuno.

Secara tidak langsung, Roma menjadi korban dari keberhasilannya sendiri.

Julius Caesar yang frustasi menawarkan solusi untuk mengatasi kemacetan

Akhirnya, Julius Caesar menjadi frustrasi dengan kekacauan di jalanan dan kerugian yang ditimbulkannya.