Nationalgeographic.co.id — Pisang di zaman sekarang telah menjadi salah satu buah favorit yang dikonsumsi banyak orang. Varietas-varietas pisang terbaik bahkan telah dibudidayakan di banyak belahan dunia. Namun sebenarnya, sejak kapan manusia mulai membudidayakan pisang?
Penelitian baru yang dipimpin oleh organisasi penelitian untuk pengembangan global Bioversity International menegaskan bahwa genom varietas pisang yang dibudidayakan saat ini mengandung jejak tiga nenek moyang tambahan, yang belum diketahui.
Pisang (genus Musa) adalah tanaman yang diperbanyak secara vegetatif yang berasal dari wilayah Asia Tenggara dan atau Oseania yang luas.
Seperti diketahui, domestikasi memiliki tempat khusus dalam lintasan panjang evolusi tumbuhan yang berlangsung selama ratusan juta tahun. Domestikasi memang telah muncul dalam 12.000 tahun terakhir sebagai hasil dari interaksi ko-evolusi antara tanaman dan populasi manusia.
Sejarah evolusi baru-baru ini—berkaitan dengan kehidupan tanaman di bumi, menghasilkan perubahan fenotipik besar pada tanaman dan telah memesona para ahli biologi sejak awal awal studi evolusi.
Pisang didomestikasi dari sekelompok empat nenek moyang. Baik subspesies pisang liar Musa acuminata, atau spesies yang berbeda tetapi terkait erat, lebih dari 7.000 tahun yang lalu, kemungkinan di pulau Papua atau Nugini.
Musa acuminata tampaknya telah berevolusi di perbatasan utara antara India dan Myanmar, dan telah ada di seluruh Australasia sekitar 10 juta tahun sebelum pertama kali didomestikasi.
Komplikasi lebih lanjut adalah bahwa varietas yang didomestikasi dapat memiliki dua (diploid), tiga (triploid), atau empat (tetraploid) salinan dari setiap kromosom, dan banyak juga yang diturunkan dari spesies liar Musa balbisiana.
Studi skala kecil baru-baru ini menunjukkan bahwa bahkan skenario yang sudah rumit ini mungkin bukan keseluruhan cerita, dan nenek moyang lebih lanjut yang terkait dengan Musa acuminata mungkin terlibat dalam domestikasi.
Hasil penelitian baru ini tidak hanya mengonfirmasi bahwa memang demikian, mereka juga menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa kumpulan gen ini umum dalam genom pisang peliharaan.
"Kami menunjukkan bahwa sebagian besar pisang budi daya diploid saat ini yang berasal dari pisang liar Musa acuminata adalah hibrida antara subspesies yang berbeda," kata Julie Sardos, peneliti di Bioversity International dan CIAT.
"Setidaknya tiga 'nenek moyang misteri' varietas liar pasti telah berkontribusi pada genom campuran ini ribuan tahun yang lalu, tetapi belum diidentifikasi."
Baca Juga: Peneliti Mengungkap Sejarah Domestikasi Ganja Melalui Sekuens Genom
Baca Juga: Sering Dimanfaatkan, Sejak Kapan Manusia Mulai Beternak Ayam?
Baca Juga: Dunia Hewan: Keledai Pertama Kali Dijinakkan di Afrika pada 5000 SM
Untuk memperkirakan dan melokalisasi kontribusi berbagai subspesies Musa acuminata pada pisang budidaya, Sardos dan rekan menggunakan genome-wide single nucleotide polymorphisms (SNPs) yang dihasilkan untuk 154 kultivar pisang diploid dan 68 sampel dari sembilan sub spesies liar Musa acuminata.
Mereka mengukur tingkat kekerabatan antara kultivar dan pisang liar dan membuat pohon keluarga berdasarkan keragaman di 39.031 SNP.
Mereka menggunakan subset dari ini, tersebar merata di seluruh genom, dengan setiap pasangan membatasi blok sekitar 100.000 'DNA'—untuk menganalisis secara statistik nenek moyang setiap blok.
Untuk pertama kalinya, mereka mendeteksi jejak tiga nenek moyang lebih lanjut dalam genom semua sampel yang didomestikasi, yang belum diketahui kecocokannya dari alam.
"Nenek moyang misteri mungkin sudah lama punah. Namun keyakinan pribadi kami adalah bahwa mereka masih hidup di suatu tempat di alam liar, baik yang dijelaskan dengan buruk oleh sains atau tidak dijelaskan sama sekali, dalam hal ini mereka mungkin terancam," kata Sardos.
"Perbandingan genetik kami menunjukkan bahwa nenek moyang pertama yang misterius ini pasti berasal dari wilayah antara Teluk Thailand dan barat Laut Cina Selatan. Yang kedua, dari wilayah antara Kalimantan utara dan Filipina. Yang ketiga, dari pulau Papua atau Nugini."
Laporan penelitian mereka telah diterbitkan di Frontiers in Plant Science dengan judul "Hybridization, missing wild ancestors and the domestication of cultivated diploid bananas."