Nationalgeographic.co.id—Ayam. Hewan yang kita jadikan makanan, menjadikannya hewan ternak, dan menjaga atau memanfaatkan telurnya. Para ahli yakin bahwa domestikasi ayam menyebar dari Asia ke barat, dan mengungkap perubahan cara memandang tentang kehidupan masyarakat.
Mereka berpendapat, domestikasi ayam berlangsung hingga 10.000 tahun silam di Tiongkok, Asia Tenggara, atau India. Kemudian, keberadaan ayam yang paling tua di negeri-negeri barat seperti Eropa baru 7.000 tahun yang lalu. Awalnya, ayam hanya dianggap sebagai peliharaan eksotis, tetapi dalam beberapa abad kemudian dijadikan sebagai sumber 'makanan'.
Namun studi terbaru mengatakan hal yang berbeda. Studi yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mengatakan bahwa domestikasi ayam terjadi sekitar 1.500 SM di semenanjung Asia Tenggara. Makalah itu dipublikasikan pada Senin 6 Juni 2022.
Domestikasi ayam muncul ketika masyarakat di sana memasuki revolusi pertanian padi. Di sana pula ayam hutan merah, nenek moyang ayam ternak berkembang, dan mulai dimanfaatkan. Pertanian padi kering sangat menarik bagi ayam hutan merah liar untuk turun dari pohonnya. Kemudian, terjadi hubungan yang lebih dekat antara manusia dan unggas hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut kebudayaan rumpun Melayu, ayam adalah hal yang sangat bernilai untuk dimiliki dan hanya orang tertentu yang memeliharanya. Tak heran, unggas ini dijadikan judul lagu Ayam den lapeh berkisah hilangnya sesuatu berharga seseorang lewat penggambaran ayam.
"Fakta bahwa ayam ada di mana-mana dan populer saat ini, namun didomestikasi relatif masih baru ini mengejutkan," kata rekan penulis studi Ophélie Lebrasseur dari Centre for Anthropobiology and Genomics of Toulouse, Prancis, dikutip dari rilis.
Para peneliti mengevaluasi kembali sisa-sisa ayam yang ditemukan. Kerangkanya ditemukan dalam lokasi pemakaman dan catatan sejarah terkait masyarakat dan budaya di mana tulang itu ditemukan. Mereka mendapati, tulang tertua dari ayam yang didomestik ditemukan di situs Neolitik Ban Non Wat, Thailand berusia 1.650 dan 1.250 SM.
Pengenalannya sebagai hewan ternak dan peliharaan menyebar melintasi Asia, lalu ke seluruh Mediterania. Penyebaran itu mengikuti jalur perdagangan, termasuk di laut, hingga tiba di Yunani, Etruscan, dan bangsa Fenisia awal.
Joris Peters dari State Collection of Palaeoanatomy Munich mengatakan, "Dengan pola makan mereka yang sangat mudah beradaptasi tetapi pada dasarnya berbasis biji-bijian, rute laut memainkan peran penting yang sangat penting dalam penyebaran ayam ke Asai, Oseania, Afrika, dan Eropa". Dia adalah penulis utama studi berjudul The biocultural origins and dispersal of domestic chickens itu.
Sebuah studi lain di jurnal Antiquity menyebutkan, ayam tiba di Eropa selama zaman besi. Masyarakat Eropa menghormatinya dan tidak dijadikan sebagai makanan. Makalah itu diterbitkan hari Selasa 7 Juni 2022.
Para peneliti dalam studi kedua menunjukkan bahwa beberapa ayam paling awal dikubur sendirian dan tidak disembelih. Bahkan, beberapa di antaranya dikubur bersama manusia yang menandakan ada arti khusus tentang ayam di masa lalu. Laki-laki sering dikubur dengan ayam jantan dan wanita dikubur dengan ayam betina.
Peralihan menjadi makanan terjadi pada masa Kekaisaran Romawi, termasuk pemanfaatan telurnya. Diketahui, di Inggris tidak ada konsumsi ayam secara teratur sampai abad ketiga Masehi, dan kebanyakan ditemukan di lokasi perkotaan dan militer.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR