Kenaikan Air Laut Pesisir Jawa Lebih Tinggi daripada Rata-Rata Global

By Utomo Priyambodo, Senin, 31 Oktober 2022 | 16:40 WIB
Ilustrasi gelombang laut tinggi. (Rosyid Aszhari/ kompas.com)

"Urbanisasi yang cepat di Pulau Jawa dan pertumbuhan penduduk di daerah dataran rendah, bersama-sama dengan cepat tenggelam karena ekstraksi air tanah," tulis para peneliti. Hal ini, menurut mereka, semakin meningkatkan kerentanan Pulau Jawa terhadap variabilitas dan perubahan iklim, sehingga membuat masalah kenaikan permukaan laut menjadi akut di wilayah ini.

Oleh karena itu, bagi para peneliti, Indonesia adalah tempat uji yang ideal untuk memahami peristiwa gelombang laut bertinggi ekstrem dan gelombang panas laut.

Para peneliti menggabungkan pengamatan bulanan in situ dan satelit untuk mendeteksi peristiwa gelombang laut bertinggi ekstrem dan gelombang panas laut yang didorong oleh iklim di sekitar pesisir Samudera Hindia Indonesia dalam beberapa dekade terakhir dan untuk memahami penyebabnya. Mereka terutama berfokus pada era satelit altimetri sejak 1993 ketika percepatan kenaikan permukaan laut global telah terdeteksi dan sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim antropogenik.

"Data altimeter satelit dari 1993–2018 menunjukkan kenaikan permukaan laut yang cepat di sepanjang pesisir timur Samudra Hindia tropis, dengan laju kenaikan 5,12 ± 0,17 mm/tahun di dekat lokasi pengukur pasang surut di pesisir Jawa dibandingkan dengan kenaikan rata-rata global 3,1 ± 0,3 mm/tahun," tulis para peneliti.

"Disertai dengan kenaikan permukaan laut yang cepat adalah pemanasan suhu permukaan laut (SPL) yang lemah di dekat Jawa dan pemanasan yang lebih kuat di sekitar pesisir selatan Sumatra," beber mereka.

Di atas tren kenaikan kenaikan permukaan laut ini terdapat variasi besar dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan oleh catatan pengukur pasang surut ~10 tahun di pesisir Jawa dan data altimeter satelit di lokasi terdekat. Data altimeter mendeteksi lima belas peristiwa gelombang laut bertinggi ekstrem selama periode 26 tahun (1993–2018), yang didefinisikan sebagai anomali permukaan laut rata-rata bulanan.

Data altimeter satelit memiliki rata-rata spasial, tetapi data stasiun pengukur pasang surut tidak. Meskipun demikian, konsistensi yang tinggi menunjukkan bahwa data altimeter satelit dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang-gelombang laut bertinggi ekstrem di pesisir Indonesia.

Hasil penelitian ini adalah peringatan atas pentingnya penerapan mitigasi bencana di pesisir Indonesia, terutama di pesisir Jawa. Sebab, masyarakat yang hidup di pesisir Jawa menghadapi ancaman tinggi atas kemunculan gelombang-gelombang laut ekstrem akibat perubahan iklim antropogenik yang sedang terjadi saat ini.