Nationalgeographic.co.id - Seperti disarankan dalam literatur Islam, selain berpahala, senyum adalah ibadah yang paling mudah dilakukan dan dianjurkan untuk dilakukan dalam setiap kesempatan. Sekarang, studi baru ilmuwan Australia, mengungkapkan, tidak hanya berpahala, senyuman ternyata dapat mengubah suasana dan membuat lebih bahagia.
Penelitian baru tersebut telah mereka terbitkan di jurnal terkemuka Nature Human Behaviour. Makalah tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "A multi-lab test of the facial feedback hypothesis by the Many Smiles Collaboration."
Penelitian tersebut dipimpin oleh Stanford University, dan dilakukan dengan Florida State University dan University of South Australia. Para peneliti menemukan bahwa dengan berpose, menggunakan otot-otot wajah kita dalam senyuman kita bisa merasa lebih bahagia.
Bekerja dengan tim kolaborator internasional, penelitian ini menilai apakah pengalaman subjektif emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh ekspresi wajah mereka.
Mereka mengumpulkan data dari 3.878 peserta di 19 negara, penelitian ini menemukan peningkatan kebahagiaan yang nyata dari orang-orang yang meniru foto tersenyum atau mendekatkan mulut (menarik sudut bibir) ke telinga.
Peneliti University of South Australia, Fernando Marmolejo-Ramos mengatakan ini adalah temuan yang tepat saat dunia menuju tahun keempat pandemi COVID-19.
"Tidak diragukan lagi bahwa dunia sedang berjuang di tengah pandemi saat ini. Sementara individu secara alami merespons secara berbeda terhadap situasi yang merugikan, sangat menggembirakan untuk berpikir bahwa kita dapat mengubah emosi kita hanya dengan memasang wajah bahagia," kata Marmolejo-Ramos.
"Konsep dapat mempengaruhi emosi kita hanya dengan menggerakkan otot-otot wajah kita telah lama diperdebatkan oleh para peneliti, tetapi sampai sekarang, tidak ada tes atau teori yang disepakati secara global."
Telah lama diyakini, bahwa kita memang bisa merasa sedikit lebih bahagia jika kita tersenyum. Atau kita bisa mendapatkan suasana hati yang lebih serius jika kita cemberut. Akan tetapi psikolog sebenarnya tidak setuju tentang ide ini selama lebih dari 100 tahun.

Ketidaksepakatan tersebut, menjadi lebih jelas pada tahun 2016 ketika 17 tim peneliti gagal mereplikasi eksperimen terkenal yang menunjukkan bahwa tersenyum dapat membuat merasa lebih bahagia.
Namun, para ahli tidak hanya fokus pada hasil dari satu studi itu saja. Psikolog sebenarnya telah menguji ide tersebut sejak awal 1970-an dan mereka ingin melihat semua buktinya.
Baca Juga: Mengapa Bayi Sering Tersenyum Atau Tertawa Saat Tidur?
Baca Juga: Beberapa Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Mempercepat Penuaan
Baca Juga: Senyum Berjuta Makna, Berhati-hatilah Di Mana Kita Tersenyum
Sekarang, dalam penelitian ini, katanya, mereka mengumpulkan tim skeptis dan tim percaya (disebut 'Many Smiles Collaboration') untuk menguji metodologi yang disepakati bersama. "Dan apa yang kami temukan adalah bukti yang dapat diandalkan bahwa pembentukan fisik senyuman dapat menghasilkan perasaan bahagia. Kebahagiaan," katanya.
Ia menjelaskan, studi ini menguji tiga teknik terkenal. Yang pertama, menirukan ekspresi wajah aktor yang terlihat dalam foto. Kemudian, menggerakkan sudut mulut ke pipi hanya dengan menggunakan otot wajah.
Selanjutnya, yang ketiga, menggunakan teknik 'pen-in-mouth' yang menggerakkan otot-otot wajah dalam bentuk senyuman yang disimulasikan.
"Dua dari tiga kondisi ini menghasilkan peningkatan kebahagiaan yang nyata, memberikan argumen yang meyakinkan bahwa emosi manusia terkait dengan gerakan otot," kata Marmolejo-Ramos.
Tetapi karena teknik pena-dalam-mulut tidak mencapai perubahan suasana hati yang sama, mungkin karena bentuk mulut yang disimulasikan tidak mewakili senyuman seperti yang kita duga, mereka tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa seseorang selalu menyebabkan lainnya.
"Tetap saja, buktinya kuat, dan mengetahui bahwa kita bisa agak memalsukannya 'sampai kita berhasil', jelas merupakan proposal yang meyakinkan," kata Marmolejo-Ramos.