Nationalgeographic.co.id—Pertarungan gladiator menjadi hiburan kesukaan orang Romawi kuno. Menjadi gladiator yang kuat dan berprestasi bisa mendatangkan ketenaran dan kekayaan. Namun bukan hal mudah untuk menjadi seorang gladitoar yang kuat dan berprestasi. Mereka harus memperhatikan apa yang dikonsumsi sampai, fokus pada latihan, hingga melakukan pemulihan setelah bertarung. Gladiator Romawi melakukan kiat-kiat khusus agar bisa menjadi petarung yang kuat dan berprestasi.
Fokus pada satu keahlian
“Di arena Romawi, ada empat kelas utama gladiator dan sejumlah subdivisi,” tulis M. Muir di laman Ranker. Empat kelas utama adalah Samnite, Thracian (atau Thraex), Myrmillo (atau Murmillo), dan Retiarius.
Seorang gladiator memilih gayanya berdasarkan kekuatannya dan begitu kelasnya dipilih, ia akan fokus di sana. Setiap gladiator yang cukup bodoh untuk mencoba menguasai lebih dari satu gaya dijamin akan memiliki karir yang sangat singkat.
Latihan keras untuk meningkatkan stamina dan teknik bertarung
Untuk menaklukkan lawan, seorang gladiator harus memiliki daya tahan tubuh yang luar biasa. Metode yang dijalankan sederhana namun terbukti efektif.
Mereka terikat pada pelatih selama minimal lima tahun di mana mereka berlatih seperti olahragawan modern.
Rezim pelatihan gladiator sangat ketat. Gladiator yang mengenakan baju besi yang lebih ringan harus mempelajari teknik yang berbeda dari mereka yang memakai baju besi yang berat.
Pada awalnya gladiator dilatih dalam berbagai gaya bertarung dan kemudian mereka akan melatih kekuatan mereka dan menyempurnakan teknik mereka.
Seiring dengan berjalannya waktu, latihan keras menghasilkan stamina yang baik pula.
Manfaatkan waktu untuk memulihkan diri
Meski seorang gladiator memiliki stamina kuat, ia juga perlu memulihkan diri. Pemulihan ini termasuk membersihkan diri dari keringat dan kotoran.
Strigil adalah alat seperti sabit yang digunakan oleh orang Yunani kuno dan Romawi untuk mengikis minyak dan kotoran. Alat ini juga sering ditemukan di pemandian umum Romawi.
Galen, seorang dokter Yunani yang menetap di Roma, menganjurkan untuk menggunakan mandi air panas dan dingin setelah pelatihan. “Cara ini ampuh untuk membantu meningkatkan pemulihan,” Muir menambahkan.
Penampilan gagah bukan yang terpenting
Jika kita menonton film berlatar Romawi kuno, gladiator ditampilkan dengan gagah dan tampan. Namun bagi gladiator yang sesungguhnya, memiliki tubuh berlemak adalah penting. Jika ingin bertahan hidup, gladiator Romawi harus memiliki lemak subkutan.
Lemak itu juga berfungsi untuk melindungi diri dari kemungkinan luka. Bayangkan jika seorang gladiator memiliki tubuh yang ramping, ia mungkin mudah terluka dan menjadi memar.
Selain itu, orang Romawi menyukai pertunjukan penuh darah. Jadi, semakin berdarah pertarungan itu, semakin mengasyikkan bagi mereka. Maka, gladiator yang penuh darah adalah hal biasa.
Diet khusus yang membawa gladiator pada kemenangan
Gladiator tidak makan banyak daging sama sekali. Preferensi diet gladiator membuat mereka dijuluki hordearii ("pria jelai"). Karena tuntutan energi, gladiator mengonsumsi jelai, kacang-kacangan, polong-polongan, dan sayuran. Sebagai penutup, gladiator menyerap ramuan kayu hangus atau abu tulang untuk kepadatan dan kekuatan tulang.
Sistem tetrad untuk menjadwalkan latihan
Sistem tetrad adalah siklus empat hari untuk pelatihan di mana setiap hari didedikasikan untuk fokus kerja atau istirahat yang berbeda. Siklus dimulai lagi setelah hari keempat dan berulang tanpa henti.
Baca Juga: Betapa Keras dan Istimewanya Gladiatrix, Gladiator Wanita Romawi Kuno
Baca Juga: Mengapa Orang-Orang Romawi Menikmati Kematian sebagai Ajang Olahraga?
Baca Juga: 'Gladiatrix' Dipandang sebagai Objek Seksual Elite Romawi Kuno
Tabib Yunani Philostratus menghabiskan beberapa waktu di istana Kekaisaran Romawi pada abad ketiga Masehi. Salah satu karyanya, Heroicus Gymnasticus, memberi kita pengetahuan tentang sistem ini.
Sederhananya, siklus dimulai dengan hari persiapan, sedangkan hari kedua atlet bekerja dengan tenaga maksimal. Hari ketiga dikhususkan untuk pemulihan sebelum hari terakhir siklus, yang menggunakan campuran pekerjaan intensitas tinggi dan sedang.
Memilih sekolah gladiator yang tepat
Di Romawi kuno, tempat terbaik untuk salah satu keterampilan bertarung sebenarnya bukan di kota Roma. Yang terbaik adalah sekolah gladiator yang dijalankan oleh Lentulus Batiatus. Ini adalah tempat di mana Spartacus dilatih, berada di dekat Capua. Bukti efektivitas sekolah itu jelas, sekelompok kecil "lulusan" memicu pemberontakan besar yang meresahkan kekaisaran.
Gladiator menjadi bisnis yang menguntungkan. Belakangan, muncul ludus (sekolah) tingkat tinggi. Untuk atlet baik kuno maupun modern, kerja keras untuk menemukan tempat yang tepat untuk pelatihan selalu sepadan.
Berkomitmen sepenuhnya
Sebelum memulai pelatihan di ludus (sekolah gladiator), rekrutan baru diwajibkan untuk mengambil sumpah berikut:
“Kami bersumpah untuk mematuhi lanista (pelatih) dan menanggung pembakaran, cambuk, dan bahkan kematian dengan pedang.”
Untungnya, untuk menjadi bugar di zaman modern tidak perlu melibatkan sumpah yang dramatis seperti para gladiator.
Melakukan kiat-kiat di atas, gladiator dapat bertahan di arena selama bertahun-tahun hingga pensiun dengan kekayaan yang luar biasa.