Nationalgeographic.co.id—Pada tanggal 9 Juni 68 Masehi, Tiberius Claudius Nero Caesar—lebih dikenal sebagai Kaisar Nero—meninggal karena bunuh diri. Tindakan itu dilakukan setelah sang kaisar dinyatakan sebagai musuh kekaisaran oleh senat Romawi. Kematian memalukan itu menjadi akhir dari dinasti kekaisaran Julio-Claudians. Menurut sejarawan Romawi kuno, Suetonius, karena sangat ketakutan, Kaisar Nero meminta budak untuk membantunya bunuh diri.
Kehidupan dan pemerintahan Kaisar Nero
Lucius Domitius Ahenobarus lahir di Antium pada tanggal 15 Desember 37 Masehi, putra Gnaeus Ahenobarus dan Agrippina muda. Pernikahan sang ibu dengan Kaisar Claudius membuat Nero menjadi pewaris takhta kekaisaran.
Lucius Domitius pun menjadi Tiberius Claudius Nero Caesar. Setelah kematian Claudius, Nero muda menjadi Kaisar Nero.
Lima tahun pertama pemerintahan Nero relatif damai. Kaisar muda itu tampaknya berniat untuk menjadi Augustus kedua. Ia berpidato di depan Senat mengakui otoritas mereka serta mencetak koin dengan stempel otoritas senator.
Nero juga mendewakan pendahulunya Claudius. "Pemerintahannya penuh belas kasihan dengan menghindari hukuman mati sebanyak mungkin," tulis Natasha Sheldon di laman History Collection.
Sayangnya, masa-masa damai tidak berlangsung lama. Nero mulai menyingkirkan siapa pun yang dianggap menentangnya. Pada 55 Masehi, dia membunuh saudara angkatnya Britannicus. Ini dilakukan setelah meningkatnya ketegangan dengan Agrippina. Sang ibu mengalihkan perhatiannya ke anak kandung Claudius yang masih bocah.
Pembunuhan terus dilakukan, Agrippina dan istri pertamanya pun menjadi korban kekejaman Nero.
Kemudian pada tahun 64, Kebakaran Besar Roma terjadi. Kebakaran itu berlangsung selama sembilan hari dan menyapu bersih sebagian besar kota.
Nero memberikan bantuan darurat dan tempat berlindung bagi yang terlantar. Di sisi lain, ia juga mengambil alih sebagian besar tanah publik. Lahan itu diubah menjadi istana dan taman yang mewah Domus Aurea atau Rumah Emas.
Tindakan ini pun akhirnya menimbulkan desas-desus bahwa ialah pelaku pembakaran. Nero menanggapinya dengan mencari kambing hitam lain untuk memuaskan massa. Korbannya adalah penduduk Kristen yang dianiayanya dengan kejam.
"Reputasi Nero di kalangan elite mulai anjlok meski ia tetap populer di kalangan masyarakat," Sheldon menambahkan lagi. Pemberontakan Boudiccan yang menghancurkan dan perang dengan Parthia tidak banyak membantu meningkatkan reputasi kaisar.