Ketakutan, Kaisar Romawi Nero Meminta Bantuan Budak untuk Bunuh Diri

By Sysilia Tanhati, Selasa, 29 November 2022 | 13:38 WIB
Tidak ingin dieksekusi, Kaisar Nero pun memutuskan untuk bunuh diri. Namun karena panik dan takut, ia meminta bantuan budaknya untuk memberi contoh. Akhirnya, pelayannya membantu menusukkan belati ke tenggorokannya. (Vassily Sergeyevich Smirnov)

Nationalgeographic.co.id—Pada tanggal 9 Juni 68 Masehi, Tiberius Claudius Nero Caesar—lebih dikenal sebagai Kaisar Nero—meninggal karena bunuh diri. Tindakan itu dilakukan setelah sang kaisar dinyatakan sebagai musuh kekaisaran oleh senat Romawi. Kematian memalukan itu menjadi akhir dari dinasti kekaisaran Julio-Claudians. Menurut sejarawan Romawi kuno, Suetonius, karena sangat ketakutan, Kaisar Nero meminta budak untuk membantunya bunuh diri.

Kehidupan dan pemerintahan Kaisar Nero

Lucius Domitius Ahenobarus lahir di Antium pada tanggal 15 Desember 37 Masehi, putra Gnaeus Ahenobarus dan Agrippina muda. Pernikahan sang ibu dengan Kaisar Claudius membuat Nero menjadi pewaris takhta kekaisaran.

Lucius Domitius pun menjadi Tiberius Claudius Nero Caesar. Setelah kematian Claudius, Nero muda menjadi Kaisar Nero.

Lima tahun pertama pemerintahan Nero relatif damai. Kaisar muda itu tampaknya berniat untuk menjadi Augustus kedua. Ia berpidato di depan Senat mengakui otoritas mereka serta mencetak koin dengan stempel otoritas senator.  

Nero juga mendewakan pendahulunya Claudius. "Pemerintahannya penuh belas kasihan dengan menghindari hukuman mati sebanyak mungkin," tulis Natasha Sheldon di laman History Collection.

Sayangnya, masa-masa damai tidak berlangsung lama. Nero mulai menyingkirkan siapa pun yang dianggap menentangnya. Pada 55 Masehi, dia membunuh saudara angkatnya Britannicus. Ini dilakukan setelah meningkatnya ketegangan dengan Agrippina. Sang ibu mengalihkan perhatiannya ke anak kandung Claudius yang masih bocah.

Pembunuhan terus dilakukan, Agrippina dan istri pertamanya pun menjadi korban kekejaman Nero.

Kemudian pada tahun 64, Kebakaran Besar Roma terjadi. Kebakaran itu berlangsung selama sembilan hari dan menyapu bersih sebagian besar kota.

Nero memberikan bantuan darurat dan tempat berlindung bagi yang terlantar. Di sisi lain, ia juga mengambil alih sebagian besar tanah publik. Lahan itu diubah menjadi istana dan taman yang mewah Domus Aurea atau Rumah Emas.

Tindakan ini pun akhirnya menimbulkan desas-desus bahwa ialah pelaku pembakaran. Nero menanggapinya dengan mencari kambing hitam lain untuk memuaskan massa. Korbannya adalah penduduk Kristen yang dianiayanya dengan kejam.

"Reputasi Nero di kalangan elite mulai anjlok meski ia tetap populer di kalangan masyarakat," Sheldon menambahkan lagi. Pemberontakan Boudiccan yang menghancurkan dan perang dengan Parthia tidak banyak membantu meningkatkan reputasi kaisar.

Pada tahun 65, muncul rencana untuk menggantikan Nero. Rencana ini berhasil diketahui oleh Nero dan digagalkan. Sayangnya, kudeta yang digagalkan hanya membuat Nero semakin buruk.

Eksekusi yang meluas terjadi, termasuk penyair Lucan dan guru tua kaisar, Seneca. Nero bahkan melawan teman lamanya Petronius, penulis Satyricon. Kegilaannya yang mematikan akhirnya memuncak dengan menendang istrinya yang sedang hamil, Poppaea, sampai mati.

Setelah itu, Nero meninggalkan Roma dan menghabiskan dua tahun dengan bahagia berkeliling Yunani. Ia ambil bagian dalam kontes atletik dan musik - termasuk pertandingan Olimpiade.

Pada Januari 68, liburan harus dihentikan. Helios yang menggantikan Nero saat ia tidak ada menyarankannya untuk segera kembali ke Roma. Jika tidak, ia akan kehilangan posisinya.

Nero menurut tapi sudah terlambat. Kelaparan terjadi di kota, ini disebabkan oleh pengurangan persediaan biji-bijian oleh Nero. Kontan saja hal itu membuatnya kehilangan dukungan dari penduduk. Lebih buruk lagi, Nero kehilangan dukungan dari tentara. Saat itu mereka mendukung calon kaisar baru, gubernur Spanyol, Galba.

Pada awal Juni 68, akhir jabatan Nero sudah terlihat. Senat menyatakan dia sebagai musuh publik pada 9 Juni 68. Saat mereka membuat deklarasi, Nero pun melarikan diri dari Roma untuk menyelamatkan diri dari amukan massa.

Mantan kaisar kabur dari Roma, menyelamatkan diri dari eksekusi memalukan

Sepi dan dicerca, Nero melarikan diri dari Roma dengan menyamar ke vila salah satu orang bebasnya.

Sebelum meninggalkan Roma, Nero mencoba menyuap petugas penjaga Praetorian untuk membantunya. Jawaban mereka tidak menggembirakan. "Apakah kematian itu sangat mengerikan?" salah satu konon bertanya kepada kaisar.

Menyusul penolakan ini, Nero yang putus asa mempertimbangkan pilihannya. Melarikan diri ke Parthia atau memohon belas kasihan dari Galba.

Nero bahkan memiliki gagasan untuk mengajukan petisi secara terbuka kepada orang-orang Romawi untuk Prefektur Mesir. Namun akhirnya ia menyerah dan memilih kabur.

Di pagi harinya, tanggal 9 Juni, mantan kaisar terbangun dan mendapati pengawalnya telah meninggalkannya. Ia mengumpulkan empat pelayannya yang tersisa. Salah satunya adalah seorang gladiator bernama Sporus.

Mereka semua melarikan diri dari Roma tanpa alas kaki dan menyamar ke vila Phaon, orang bebasnya. Vila ini terletak hanya 6.4 km di luar Roma. Nero kemudian melewati beberapa jam berikutnya dengan bimbang atas kematiannya.

Para pelayan yang masih setia memintanya untuk menghindari eksekusi yang memalukan dengan melakukan bunuh diri. Ia pun membuat keputusan dan memerintahkan mereka untuk menggali kuburannya.

Namun, saat mereka melakukannya, dia berkeliaran meratapi nasibnya dan bergumam, "Mati! Seorang seniman yang sangat hebat!"

Kemudian sepucuk surat datang, berisi soal Senat yang menyatakan Nero sebagai musuh publik. Senat memutuskan bahwa mantan kaisar harus ditangkap dan dibawa ke Roma untuk dieksekusi dengan "gaya kuno".

Setelah kebakaran besar Roma, Kaisar Nero membangun sebuah istana megah. Kelak, karena reputasinya yang buruk, Domus Aurea menjadi simbol kejatuhan sang kaisar bejat ini. (CY)

Ini berarti bahwa Nero harus ditelanjangi, dengan kepala diamankan di garpu kayu, lalu dicambuk sampai mati di depan umum.

"Berita itu membuat Nero panik," tambah Sheldon. Ia mengambil dua belati dan mencoba ujungnya seolah-olah akan bunuh diri. Belati itu dilemparkan sambil berujar jika waktu kematiannya belum tiba.

Nero kemudian berubah pikiran lagi dan meminta Sporus untuk meratapinya. Di tengah kepanikan, Nero memohon pada salah satu pelayannya yang tersisa untuk memberinya contoh dengan bunuh diri terlebih dahulu.

Saat berikutnya, kaisar yang semakin tidak menentu marah pada dirinya sendiri karena kepengecutannya.

Suetonius mencatat bagaimana para saksi menyatakan bahwa dia meratapi "Betapa jelek dan vulgarnya hidupku." Kemudian berbalik pada dirinya sendiri dan mengatakan "Ayo tenangkan dirimu."

Baca Juga: Kode Rahasia Kaisar Romawi Suci Terpecahkan, soal Rencana Pembunuhan

 Baca Juga: Kisah Dua Kaisar Romawi yang Tewas Mengenaskan di Pertempuran Abritus

 Baca Juga: Daftar Skandal Elagabalus, Kaisar Romawi yang Punya Lima Orang Istri

Ketika pasukan kavaleri sudah hampir sampai di vila untuk menangkap Nero, ia akhirnya membuat keputusan. Daripada menghadapi eksekusi, Nero yang terpojok memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Mantan kaisar itu membuat pelayan setianya berjanji untuk melakukan upacara pemakaman dengan hormat. Nero lalu mengambil belati. Apakah ia langsung menusuk dirinya? Tidak, lagi-lagi Nero tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk menancapkan pisau ke tubuhnya. Sang sekretaris, Epafroditus, harus membantu menusuk tenggorokan Nero.

Pasukan yang bertugas untuk menangkap Nero tiba tepat saat ia mengembuskan napas terakhirnya.

Terlepas dari statusnya sebagai musuh Roma, keinginan terakhir Nero pun dihormati. Nero dikremasi dengan jubah bersulam emas yang terakhir kali dikenakannya di Yunani. Abunya ditempatkan di antara keluarga ayahnya di Bukit Pincian.