Nationalgeographic.co.id - Firaun adalah salah satu posisi yang paling terkenal di dunia kuno sejak 3100 Sebelum Masehi. Ini adalah gelar yang memberikan otoritas seperti dewa kepada seseorang sekaligus sebagai penguasa Mesir kuno yang sah. Selama beberapa periode sejarah, Firaun disembah sebagai dewa yang hidup. “Tidak jarang Firaun juga diakui sebagai penguasa yang ditunjuk secara Ilahi yang disukai oleh para dewa,” tulis Grant Piper di laman Medium. Menurut sebagian besar ahli Mesir kuno, terdapat 170 Firaun yang memimpin sepanjang peradaban Mesir kuno selama 3400 tahun. Tiga milenium berlalu, peradaban ini berakhir, demikian juga dengan posisi Firaun. Terdapat perbedaan pendapat soal siapa Firaun terakhir Mesir kuno. Apakah itu Daza, Cleopatra, Caesarion, atau Bakenranef?
Firaun terakhir dari Romawi
Kaisar Galerius Valerius Maximinus atau Maximinus Daza adalah orang terakhir yang memegang gelar Firaun yang terhormat.
Mengapa orang Romawi memegang posisi penting di Mesir kuno? Bangsa Romawi mewarisi gelar Firaun setelah Kaisar Augustus merebut Mesir dan kematian Cleopatra dan putranya yang masih kecil.
Sejak Augustus dan seterusnya, setiap kaisar Romawi diberi gelar firaun sebagai status jabatannya. Kaisar Romawi bukan hanya raja-dewa orang Romawi tetapi juga raja-dewa orang Mesir.
Gelar tersebut tidak memiliki kesan yang sama seperti di era sebelumnya yaitu sebelum invasi Romawi ke Mesir. Orang Mesir kontemporer tidak menyembah kaisar Romawi sebagai dewa seperti yang mereka lakukan pada Firaun lama. Namun gelar tersebut masih ada meski Mesir diinvasi oleh Romawi. Jabatan Firaun, siapapun yang memegangnya, masih menunjukkan kekuasaan dan kekuasaan atas Mesir dan penduduknya.
Daza memperoleh gelar Firaun karena upayanya menduduki tahta Kekaisaran Romawi. Usahanya dimulai di Suriah dan Mesir, di mana ia memerintah sebagai kaisar junior di sana.
Baca Juga: Menelisik Kehidupan Sosial Mesir Kuno, Penampilan Jadi Nomor Satu
Baca Juga: Era Tutmania, Bagaimana Firaun Tutankhamun Menguasai Budaya Pop?
Baca Juga: Hasil Pemindaian Makam Raja Tut: Kamar-kamar yang Belum Terjamah
Ini adalah waktu yang membingungkan bagi kepemimpinan Romawi dan Tetrarki Romawi. Kepemimpinan di kekaisaran dibagi antara rekan-kaisar, rekan-konsul, Kaisar, Augustus, dan berbagai gelar lainnya. Pembagian kekuasaan seharusnya menghilangkan kekerasan yang melanda kekaisaran selama beberapa dekade, tetapi trik itu tidak berhasil.
Dalam perebutan kekuasaan, Daza terjebak dalam perang saudara melawan Licinius. Di bulan April 313 Masehi, Daza berhasil dikalahkan Licinius dan meninggal beberapa bulan kemudian.
Dengan kematiannya, gelar Firaun juga pun berakhir. Kekristenan dan paganisme Romawi telah lama melampaui agama-agama kuno Mesir. “Orang Mesir tidak lagi mencari Firaun,” ungkap Piper. Di sisi lain, kaisar Romawi lebih tertarik untuk menjaga kepala mereka sambil mati-matian berusaha mempertahankan kekaisaran alih-alih mengikuti ritual dan tradisi kuno.
Dengan demikian, Daza membawa gelar Firaun ke liang kubur bersamanya. Saingannya, Licinius, membunuh semua keturunan Daza sehingga pewaris terakhir gelar Firaun juga meninggal tahun yang sama.
Gelar yang bertahan selama 3400 tahun berakhir seiring dengan embusan napas terakhir seorang kaisar Romawi yang terlupakan.
Perdebatan tentang siapa yang menyandang gelar Firaun terakhir
Tidak sedikit yang berpendapat jika Cleopatra adalah Firaun terakhir. Atau mungkin putra Cleopatra yaitu Caesarion yang layak disebut Firaun sejati yang terakhir?
Lainnya akan mengatakan jika Nectanebo II adalah Firaun terakhir karena dia adalah orang Mesir asli terakhir yang memegang gelar itu.
Nectanebo II akhirnya dikalahkan oleh Kekaisaran Persia Achaemenid, yang menyerap kerajaan itu menjadi miliknya sendiri. Kekaisaran Persia Achaemenid kemudian digulingkan oleh Aleksander Agung, yang juga menguasai Mesir sebelum meninggal. Lewat Aleksander Agung, tanah kuno itu jatuh ke tangan Ptolemeus Soter.
Ptolemeus adalah serangkaian Firaun Helenistik yang pada akhirnya akan memberi jalan kepada Firaun Romawi.
Cleopatra dan Caesarion adalah yang terakhir dari firaun Helenistik sebelum Romawi merebut takhta Firaun.
Baca Juga: Kala Mesir Dipimpin Ptolemy XIII, Firaun Cilik Berumur 12 Tahun
Baca Juga: Makam Bendahara Kerajaan Firaun Mesir Ditemukan di Nekropolis Saqqara
Baca Juga: Narmer atau Menes, Firaun Pertama Yang Berhasil Menyatukan Mesir
Namun, bahkan sebelum itu, orang Kush menginvasi Mesir dan mendirikan dinasti Mesir ke-25. “Dinasti ke-25 ini dikenal sebagai Firaun Hitam karena mereka berasal dari Kushite, bukan Mesir,” Piper menambahkan.
Mungkin Firaun Bakenranef adalah Firaun pribumi sejati terakhir. Ia memerintah dari tahun 725–720 Sebelum Masehi. Dinasti ke-25 memerintah dari tahun 744 SM–656 Sebelum Masehi dan Firaun dari dinasti inilah yang membakar Bakenranef hidup-hidup pada tahun 720 Sebelum Masehi.
Mengapa Licinius atau Kaisar Konstantinus tidak mengambil gelar Firaun setelah mengalahkan Daza?
Yang cukup menarik, tidak ada non-pagan yang pernah menyandang gelar Firaun. Itu adalah gelar pagan selama ribuan tahun. Kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen adalah Konstantinus, yang terlibat dalam perang Tetrarki bersama Daza. Daza adalah pemegang resmi gelar Firaun karena kekuasaannya atas Mesir dan Suriah.
Setelah Konstantinus memenangkan perang Tetrarki bersama Licinius, ia menolak mengambil gelar Firaun karena kepercayaan Kristen yang baru dianutnya.
Maximinus Daza juga salah satu kaisar Romawi yang menganiaya orang Kristen dengan kejam. Konstantinus mengambil alih kekaisaran tak lama setelah kematian Kaisar Maximinus Daza. Ia juga menghentikan penganiayaan terhadap orang Kristen.
Gelar Firaun bertahan selama ribuan tahun dan melewati tangan berbagai budaya, tetapi semuanya orang pagan. Orang-orang Kristen dan Muslim yang menguasai Mesir kemudian tidak akan pernah lagi mengambil gelar pagan. Firaun sepenuhnya merupakan gelar pagan yang terkait dengan agama kuno di era sebelumnya.
Maka, bisa dikatakan jika Maximinus Daza merupakan orang terakhir yang memegang gelar Firaun. Sehingga ia dianggap sebagai firaun resmi terakhir di Mesir kuno.