Terampilnya Masyarakat Jawa Kuno Membangun Rumah hingga Candi

By Galih Pranata, Minggu, 11 Desember 2022 | 08:00 WIB
Diorama yang menggambarkan proses pembangunan candi di Jawa pada zaman Hindu Buddha. Potret diambil di Jawa Timur Park I. (Galih Pranata/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id—Candi-candi berdiri megah bak tak dilekang zaman. Seperti halnya Candi Borobudur yang masih menyisakan beragam kisah dalam reliefnya, telah hadir ribuan tahun lalu.

Kepandaian dan keterampilan masyarakat pendukungnya menjadi alasan kuat dari kokoh dan gagahnya bangunan candi kuno itu bertahan hingga hari ini. Salah satu alasan itu dapat kita temukan dalam salah satu bagian pada relief Candi Borobudur.

Dilansir dari TWC: Indonesian Heritage Management dalam artikel berjudul "Java Construction Technology in Borobudur Relief" (2017), menyebut bahwa orang Jawa kuno memiliki spesialis yang ahli dalam teknik bangunan candi dan rumah.

Dalam relief itu digambarkan bahwa berbagai macam alat khusus digunakan untuk pertukangan, seperti halnya berbagai kapak. "Pertukangan tampaknya berkembang sangat baik di Jawa kuno," imbuh responden TWC.

Orang-orang Jawa Kuno membangun rumah mereka dari berbagai bahan, mulai dari bambu hingga kayu. Banyak jenis rumah kayu dan bangunan lainnya yang digambarkan pada pahatan relief Candi Borobudur.

"Sumber dari data tentang kemampuan orang Jawa kuno dalam teknologi bangunan hanya dapat dipelajari melalui relief pada Candi Borobudur karena (artefak) bangunannya sendiri sudah tidak eksis lagi," tambahnya.

Seperti yang ada saat ini, bambu adalah tanaman yang tumbuh subur di Jawa. Bambu juga digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan bangunan karena kayu merupakan bahan yang lebih mahal. 

Tempat diambilnya sumber bahan bambu dapat dilihat dari nama suatu daerah, seperti Desa Gunungpring (hutan bambu) di dekat Borobudur.

Menariknya, ada sebuah prasasti yang berasal dari abad ke-9 yang terhubung dengan Candi Mendut di dekat Borobudur. Prasati itu merujuk pada sebuah tempat bernama Venu Vana, berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna hutan bambu.

Ilmuwan Belanda, F.D.K Bosch menguatkan pendapat bahwa masyarakat Jawa Kuno sangat terampil dalam membangun candi-candi kuat dan megah yang masih bertahan hingga hari ini.

Dwi Budi Harto dalam jurnal Imajinasi berjudul "Tata Cara Pendirian Candi: Perspektif Negarakertagama" (2005), menyebut bahwa masyarakat Jawa Kuno telah memiliki pedoman khusus dalam membangun candi.

Baca Juga: Bagaimana Suasana Tumbuhan Zaman Kerajaan? Relief Candi Merekamnya