Menurut Ilmuwan Australia, Genom Orang Papua Dipengaruhi DNA Denisova

By Ricky Jenihansen, Minggu, 11 Desember 2022 | 16:26 WIB
Potret Denisovan betina remaja berdasarkan profil kerangka yang direkonstruksi dari peta metilasi DNA purba. (Maayan Harel)

Nationalgeographic.co.id - Denisova adalah primata yang dianggap mendiami wilayah Asia Timur pada zaman Batu Tua atau Paleolitikum. Sebagian ilmuwan meyakini Denisova adalah nenek moyang manusia modern, meskipun mereka tidak cukup yakin siapa sebenarnya Denisova.

Denisova telah menarik perhatian banyak ilmuwan untuk mengungkapnya dan sekarang, ilmuwan dari Australia mempublikasikan analisis baru terkait hal tersebut. Menurut mereka, 5 persen genom orang Papua berasal dari Denisova.

Rincian analisis mereka telah dipublikasikan di jurnal PLoS Genetics yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah mereka dipublikasikan dengan judul "Denisovan introgression has shaped the immune system of present-day Papuans."

Dijelaskan, manusia modern diperkirakan telah bercampur dengan banyak spesies hominin purba. Orang Papua, khususnya, menurut penelitian ilmuwan Australia ini berutang hingga 5% dari genom mereka kepada Denisova.

Seperti diketahui, Denisova dianggap kelompok saudara dari Neanderthal yang jenazahnya hanya diidentifikasi di Siberia dan Tibet. Neandhertal adalah primata yang menduduki Eurasia barat dari sekitar 430.000 tahun yang lalu.

Pada orang Papua, DNA Denisova secara kuat dan konsisten memengaruhi sel-sel kekebalan dan proses-proses yang berhubungan dengan kekebalan dari potensi relevansi evolusioner, menurut analisis mereka.

Baca Juga: Temuan Gigi Geraham di Laos, Diduga Milik Manusia Purba Denisova

Baca Juga: Svante Pääbo Raih Hadiah Nobel Bidang Fisiologi atau Kedokteran 2022

Menurut sebagian ilmuwan, manusia modern mungkin telah kawin dengan Neanderthal, Denisova, dan mungkin primata kuno lainnya.

Sementara populasi Neanderthal yang serupa secara genetik diperkirakan telah berkontribusi sekitar 2% pada genom non-Afrika, introgresi Denisova telah diamati lebih bervariasi.

Secara khusus, keturunan Denisova menyumbang hingga 5% dari genom masyarakat adat Pulau Asia Tenggara dan Australia.

Selain itu, komponen-komponen ini menunjukkan perbedaan yang mendalam dari referensi genom Altai Denisova, memberikan bukti kuat untuk terjadinya beberapa peristiwa introgresi Denisova melintasi ruang dan waktu.

Untuk lebih memahami pentingnya kontribusi genetik ini, peneliti University of Melbourne Irene Gallego Romero dan rekannya mencari genom dari 56 individu Papua untuk melihat apakah mereka membawa sekuens DNA Denisova atau Neanderthal.

Neanderthal dan Denisovans diperkirakan terkait erat. (Chip Clark/Smithsonian Institution)

Mereka kemudian memprediksi bagaimana sekuens tersebut dapat memengaruhi fungsi berbagai jenis sel.

Berdasarkan lokasi urutan non-manusia, penulis menemukan bahwa pada orang Papua, DNA Denisova—tetapi bukan DNA Neanderthal—tampaknya secara kuat dan konsisten memengaruhi sel dan fungsi kekebalan.

Pengujian lebih lanjut dalam kultur sel mengonfirmasi bahwa sekuens DNA Denisova berhasil mengatur gen di dekatnya, menaikkan atau menurunkan ekspresinya dengan cara yang dapat memengaruhi cara orang merespons infeksi.

“Kami menunjukkan bahwa tidak hanya Neanderthal, tetapi juga DNA Denisova sangat mungkin berkontribusi pada ekspresi gen pada populasi manusia,” kata Davide Vespasiani, juga dari University of Melbourne.

"Validasi lebih lanjut akan mengungkapkan apakah efek ini sebagian besar spesifik tipe sel atau konsisten di seluruh sel."

Baca Juga: Fakta Unik Neanderthal, Pandai Mengubur Jenazah Hingga Jadi Pemburu

Baca Juga: Ilmuwan Temukan DNA Hominid dan Hewan Purba di Sedimen Gua Denisova

“Beberapa DNA Denisova yang bertahan pada individu Papua hingga saat ini berperan dalam mengatur gen yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh,” tambah Gallego Romero.

“Studi kami adalah yang pertama secara komprehensif menjelaskan warisan fungsional DNA Denisova dalam genom manusia saat ini.”

Temuan menunjukkan bahwa urutan DNA Denisova mengubah respons kekebalan pada manusia modern awal yang tinggal di Papua Nugini dan pulau-pulau terdekat, berpotensi membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan lokal mereka.

“Hasil kami menunjukkan bahwa alel Denisova yang terpisah dalam populasi manusia modern juga cenderung berpartisipasi aktif dalam proses pengaturan gen, terutama yang terjadi dalam sel terkait kekebalan,” kata para peneliti.

Menurut mereka, hal tersebut sesuai dengan temuan terbaru dari sebuah penelitian yang menganalisis genom orang Taiwan, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu saat ini.

“Sementara validasi eksperimental lebih lanjut dari pengamatan kami diperlukan untuk mengarakterisasi dampak luas genom dari introgresi kuno," kata mereka.