Bagaimana Aleksander Agung, Raja Makedonia, Bisa Menjadi Firaun Mesir?

By Sysilia Tanhati, Senin, 12 Desember 2022 | 11:00 WIB
Aleksander Agung adalah raja Makedonia. Bagaimana ia bisa menjadi seorang firaun Mesir? (Liebieghaus museum)

Nationalgeographic.co.id—Alexander Agung adalah seorang penguasa Makedonia kuno dan salah satu pemikir militer terbesar dalam sejarah. Sebagai raja Makedonia, ia mendirikan kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia kuno. Ia adalah pemimpin yang karisma namun kejam, brilian serta haus kekuasaan. Dengan segala kelebihannya, Aleksander Agung mampu membuat para pengikutnya selalu setia dan rela mati untuknya. Ia menaklukkan banyak wilayah, termasuk Mesir. Disana ia diangkat menjadi firaun Mesir. Padahal firaun adalah gelar kehormatan bagi pemimpin Mesir. Seorang firaun menjadi wakil dewa di dunia. Bagaimana Aleksander Agung, seorang raja Makedonia, bisa menjadi seorang Firaun Mesir? 

Aleksander mempersembahkan kurban untuk dewa Mesir

Setelah mengalahkan Raja Persia Darius III pada Pertempuran Issus, Aleksander bergerak ke Mesir pada tahun 332 Sebelum Masehi. Mesir telah dikuasai oleh Kerajaan Persia selama satu dekade. Mazaces, seorang satrap (gubernur) Persia terkemuka yang memimpin Mesir kala itu.

Setelah mencapai Pelusium, Aleksander dan pasukannya menuju ke hulu menuju Memphis. Memphis adalah ibu kota tradisional bagi banyak penguasa pribumi yang pernah memerintah tanah kuno ini pada abad-abad sebelumnya.

Untuk merayakan kedatangannya, sang raja Makedonia itu mengadakan pertandingan olahraga dan pertunjukan musik.

Dalam serangan militernya, Aleksander Agung menyembah dan menghormati dewa-dewi lokal dari tempat yang ia taklukkan. Ia juga menunjukkan rasa hormat tertinggi pada para imam. (Sebastiano Conca)

Aleksander juga mempersembahkan kurban untuk berbagai dewa Yunani sebagai ungkapan syukur. Sedangkan untuk dewa Mesir, ia memberikan kurban bagi dewa tradisional Mesir: Apis, dewa banteng besar.

Kultus Banteng Apis sangat kuat di Memphis; pusat pemujaannya yang besar terletak sangat dekat, di Serapeum yang monumental di Saqqara.

Mengapa, dari semua dewa Mesir, Aleksander memutuskan untuk mempersembahkan kurban kepada Apis? Untuk mengetahui alasannya, kita harus merunut tindakan orang Persia sebelumnya di Mesir.

Penghinaan raja Persia pada dewa Apis

Kekaisaran Persia Achaemenid menginvasi Mesir beberapa kali dalam sejarahnya. Pada akhir abad ke-6 Sebelum Masehi, misalnya, raja Persia Cambyses menaklukkan Mesir. Hampir 200 tahun kemudian, Raja Artaxerxes III juga berhasil mengalahkan firaun yang berkuasa dan mengeklaim Mesir sebagai bagian dari Kekaisaran Persia.

Saat menguasai Mesir, raja-raja Persia melakukan penghinaan besar-besaran terhadap dewa Banteng Apis begitu mereka tiba di Memphis. “Kedua raja Persia itu bertindak lebih jauh dengan menyembelih banteng suci (inkarnasi Apis),” ujar Hughes. Itu adalah tanda penghinaan Persia terhadap agama Mesir. Dan Aleksander mengetahui sejarah kelam itu.

Dengan berkurban untuk Banteng Apis, Aleksander ingin menggambarkan dirinya sebagai kebalikan dari penguasa Mesir sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa ini adalah taktik yang licik.

Itulah Aleksander Agung, dalam tindakan menghormati agama Mesir ia melakukan penghinaan kepada penguasa Persia. Namun oleh bangsa Mesir, Aleksander Agung dipandang sebagai sang pembebas Mesir dari kekuasaan Persia. Dengan melakukan pengurbanan pada dewa Apis, ia dianggap menghormati dewa lokal.

Firaun Aleksander

Selama tinggal di Mesir, Aleksander diangkat sebagai firaun baru. Ia juga menerima gelar bersejarah yang terkait dengan jabatan tersebut, seperti 'Putra Ra dan Kekasih Amun'.

Tidak diketahui pasti apakah Aleksander Agung menjalani upacara penobatan sebagai firaun di Mesir. Para sejarawan kuno tidak mendokumentasikan tentang hal itu. Namun dengan upacara atau tidak, Aleksander tetap dihormati sebagai firaun di seluruh Mesir.

Aleksandria, kota kosmopolitan pertama di persimpangan dunia ini sempat tidak tertandingi di dunia kuno. Kota ini jadi pusat budaya dan ekonomi Mediterania kuno. (Johann Bernhard Fischer von Erlach)

Salah satu penggambaran Aleksander dalam busana khas Mesir bertahan hingga hari ini di dalam Kuil Luxor. Di sana, di sebuah kuil yang dibangun lebih dari satu milenium sebelum masa Aleksander, ia digambarkan bersama Amun sebagai firaun tradisional Mesir.

Pendiri Aleksandria

Aleksander tidak tinggal lama di Memphis. Dia segera meninggalkan kota dan menuju ke utara menyusuri Sungai Nil.

Di sebuah tempat bernama Rhacotis, di cabang Canopic Sungai Nil dan di sebelah Mediterania, Aleksander mendirikan kota baru. Kota itu akan menjadi permata besar Mediterania kuno, sebuah kota yang bertahan hingga hari ini: Aleksandria.

Baca Juga: Benarkah Aleksander Agung Sedang Mabuk saat Membakar Persepolis?

Baca Juga: Ketika Agama Jadi Senjata Rahasia Aleksander Agung Menaklukkan Dunia

Baca Juga: Jenazah Raja Yunani Kuno Aleksander Agung Pun Jadi Penyebab Perang

Baca Juga: Alexandria, Ibu Kota Kosmopolitan Pertama di Persimpangan Dunia 

Di usianya muda, Aleksander Agung memiliki ambisi untuk menaklukkan dunia. Ia memimpin kerajaan yang wilayahnya sekitar 4800 km. Membentang dari Yunani, Persia, Mesir, dan India. Apakah tentara yang tak terkalahkan menjadi kunci kekuatannya? Itu salah satunya. Namun ada hal lain yang tidak kalah penting.

Dalam serangan militernya, ia menyembah dan menghormati dewa-dewi lokal dari tempat yang ia taklukkan. Bukan cuma itu, sang penakluk itu pun tidak segan-segan menunjukkan rasa hormat tertinggi pada para imam. Ia mengikuti semua instruksi imam untuk menghormati dewa-dewi lokal. Hal yang sama dilakukan di Mesir.

Maka tidak heran, meski sama-sama menginvasi, Aleksander Agung dan pasukannya diterima tanpa perlawanan oleh bangsa Mesir. Itu pula yang membuat Aleksander Agung diangkat sebagai firaun Mesir.