Bagaimana Para Imigran Membuat Sepak Bola Prancis 'Jadi Lebih Baik'

By Utomo Priyambodo, Jumat, 16 Desember 2022 | 08:00 WIB
Para pemain tim nasional sepak bola Prancis di Piala Dunia 2022. (Instagram @equipedefrance / Equipe de France de Football )

Namun, setelah kalah tipis di final Piala Eropa 2016 dari Portugal, Prancis kembali menjuarai Piala Dunia 2018.

Sama seperti 20 tahun sebelumnya, skuat Prancis merupakan titik lebur dari berbagai etnis, dengan 17 dari 23 pemain dalam skuat berhak bermain untuk setidaknya satu negara lain.

Di antaranya adalah Kylian Mbappe, yang memiliki ayah dari Kamerun dan ibu dari Aljazair dan terpilih sebagai pemain muda terbaik turnamen tersebut. Pemain lain yang menonjol di turnamen itu adalah Paul Pogba, seorang Muslim dengan orang tua Guinea, yang, seperti Mbappe dan banyak pemain lain dalam tim, dibesarkan di pinggiran kota Paris.

Di media internasional, kesuksesan tim multietnis Prancis diliput secara luas dan, dalam banyak kasus, dirayakan. Komedian Afrika Selatan yang berbasis di AS, Trevor Noah, bercanda di The Daily Show setelah kemenangan Prancis bahwa "Afrika memenangkan Piala Dunia".

Komentarnya memicu tanggapan tegas dari Duta Besar Prancis Gerard Araud.

“Dengan menyebut mereka tim Afrika, tampaknya Anda menyangkal keperancisan mereka,” kata Araud, menambahkan: “Ini, bahkan secara bercanda, melegitimasi ideologi yang mengklaim kulit putih sebagai satu-satunya definisi menjadi orang Prancis.”

Baca Juga: Mengapa Pemain Kulit Putih Mendominasi Skuad Timnas Argentina?

Baca Juga: Gebrakan Tim Nasional Maroko di Jantung Dekolonisasi Sepak Bola

Baca Juga: Mengapa Banyak Pemain di Piala Dunia yang Kaus Kakinya Bolong-Bolong? 

Kini, Prancis datang ke Piala Dunia 2022 di Qatar setelah pertarungan pemilihan presiden yang diperebutkan antara sentris Emmanuel Macron dan saingan nasionalis Marine Le Pen, putri Jean-Marie Le Pen, di awal tahun.

Kampanye Le Pen sebagian besar berpusat pada proposal yang menargetkan imigrasi dan Islam, termasuk usulan larangan jilbab Muslim di depan umum.

Macron akhirnya menang, tetapi partai Reli Nasional (RN) Le Pen, sebelumnya FN, merebut 89 kursi di Majelis Nasional, menjadikannya partai oposisi terbesar di majelis itu.

Saat Prancis maju dalam Piala Dunia 2022 ini, harapannya adalah keberhasilan tim multietnisnya akan mengalihkan perhatian dari ketegangan rasial yang membara yang mendukung pemilihan presiden.

Hari ini, di Piala Dunia 2022, kebanyakan pemain di timnas Prancis masih juga merupakan keturunan dari para imigran Afrika. Hari ini pula, lima dari sembilan pemain dengan lebih dari 100 penampilan untuk Prancis adalah keturunan non-Eropa. Tak ada yang bisa merusak rasa solidaritas multietnis di tim nasional sepak bola Prancis hingga saat ini, dan semoga juga rasa solidaritas multietnis di tengah masyarakat negaranya di tahun-tahun mendatang.