Menenangkan Anak Menangis dengan Ponsel Dapat Berdampak Buruk

By Ricky Jenihansen, Selasa, 20 Desember 2022 | 07:40 WIB
Menenangkan anak dengan gawai dapat berdampak buruk jangka panjang. (Adobe stock)

Nationalgeographic.co.id—Ada banyak orang tua yang mungkin menggunakan perangkat ponsel pintar untuk menenangkan anaknya yang berusia 3-5 tahun ketika menangis. Ini bisa jadi solusi sesaat, tapi ternyata temuan baru menunjukan dampak buruk jangka panjang.

Studi baru tersebut telah diterbitkan di JAMA Pediatrics dengan judul "Longitudinal Associations Between Use of Mobile Devices for Calming and Emotional Reactivity and Executive Functioning in Children Aged 3 to 5 Years."

Temuan tersebut mengaitkan menenangkan anak dengan ponsel pintar dengan meningkatnya disregulasi emosi pada anak, terutama pada anak laki-laki.

Ini adalah pemandangan yang dialami banyak orang tua, saat mereka mencoba memasak makan malam, menerima telepon, atau menjalankan tugas, anak mereka mulai merengek.

Dan terkadang, memberikan perangkat digital kepada anak mereka yang cerewet sepertinya menawarkan solusi sesaat. Tetapi strategi menenangkan ini dapat dikaitkan dengan tantangan perilaku yang lebih buruk di kemudian hari

"Menggunakan perangkat seluler untuk menenangkan anak kecil mungkin tampak seperti alat sementara yang tidak berbahaya untuk mengurangi stres dalam rumah tangga, tetapi mungkin ada konsekuensi jangka panjangn," kata penulis utama Jenny Radesky, seorang dokter anak perilaku perkembangan di University of Michigan Health C.S. Mott Children's Hospital.

"Khususnya pada anak usia dini, perangkat dapat menggantikan peluang untuk pengembangan metode mandiri dan alternatif untuk mengatur diri sendiri."

Studi tersebut melibatkan 422 orang tua dan 422 anak berusia 3-5 tahun yang berpartisipasi antara Agustus 2018 dan Januari 2020, sebelum pandemi COVID-19 dimulai.

Para peneliti menganalisis tanggapan orang tua dan pengasuh terhadap seberapa sering mereka menggunakan perangkat sebagai alat penenang dan keterkaitannya dengan gejala reaktivitas emosional atau disregulasi selama periode enam bulan.

Tanda-tanda peningkatan disregulasi dapat mencakup perubahan cepat antara kesedihan dan kegembiraan, perubahan suasana hati atau perasaan yang tiba-tiba, dan impulsif yang meningkat.

Ilustrasi anak tantrum. (Stock Image)

Temuan menunjukkan bahwa hubungan antara penenangan perangkat dan konsekuensi emosional sangat tinggi di antara anak laki-laki dan anak-anak yang mungkin sudah mengalami hiperaktif, impulsif dan temperamen yang kuat. Anak-anak ini cenderung bereaksi secara intens terhadap perasaan seperti kemarahan, frustrasi, dan kesedihan.

"Temuan kami menunjukkan bahwa menggunakan gawai sebagai cara untuk menenangkan anak-anak yang gelisah dapat menimbulkan masalah bagi mereka yang sudah berjuang dengan keterampilan mengatasi emosi," kata Radesky.

Dia mencatat bahwa periode prasekolah hingga taman kanak-kanak adalah tahap perkembangan ketika anak-anak lebih cenderung menunjukkan perilaku yang sulit, seperti amukan, pembangkangan dan emosi yang intens. Ini mungkin membuatnya semakin tergoda untuk menggunakan perangkat sebagai strategi pengasuhan anak.

"Pengasuh mungkin merasakan kelegaan segera dari penggunaan gawai jika mereka dengan cepat dan efektif mengurangi perilaku negatif dan menantang anak-anak," kata Radesky.

Baca Juga: Saat Anak Terlalu Banyak Menonton TV, Orang Tua Akan Makin Stres

 Baca Juga: Momen Haru saat 'Anak-Anak dari Surga' Tampil di Panggung Budaya

 Baca Juga: Kesehatan Mental Anak-anak yang Merasa Lebih Miskin ketimbang Temannya

 Baca Juga: Pentingnya Screening Gangguan Kecemasan, Dimulai Sejak Anak-anak

"Ini terasa bermanfaat bagi orang tua dan anak-anak dan dapat memotivasi mereka berdua untuk menjaga siklus ini.

"Kebiasaan menggunakan gawai untuk mengatur perilaku yang sulit semakin menguat seiring dengan tuntutan media anak-anak yang semakin kuat. Semakin sering gawai digunakan, semakin sedikit latihan yang dilakukan anak-anak, dan orang tua mereka, untuk menggunakan strategi penanggulangan lainnya."

Radesky, yang juga seorang ibu dari dua anak, mengakui bahwa ada kalanya orang tua dapat secara strategis menggunakan perangkat untuk mengalihkan perhatian anak-anak. Seperti saat bepergian atau melakukan banyak tugas dengan pekerjaan.

Meskipun penggunaan media sesekali untuk menyibukkan anak boleh dan realistis, penting untuk tidak menjadi alat penenang utama atau biasa.

"Profesional kesehatan anak juga harus memulai percakapan dengan orang tua dan pengasuh tentang penggunaan perangkat dengan anak kecil dan mendorong metode alternatif untuk pengaturan emosi," katanya.