Baca Juga: Ilmuwan Temukan Gen 'Umur Panjang' yang Sudah Teruji pada Tikus
Baca Juga: Ilmuwan Pelajari Anak Tikus untuk Memahami Pola Tangisan Bayi Manusia
"Kami sebelumnya menemukan bahwa protein ini memiliki efek kuat pada tidur." Tim menemukan bahwa ketika ada kekurangan SIK3 atau ketika HDAC4 dimodifikasi untuk mencegah fosforilasi, tikus akan kurang tidur.
Sebaliknya, ketika tikus memiliki versi SIK3 yang lebih aktif, yang meningkatkan fosforilasi HDAC4, mereka tidur lebih lama.
“Temuan kami menunjukkan bahwa ada jalur persinyalan di dalam sel otak dari LKB1 ke SIK3 dan kemudian ke HDAC4,” kata rekan penulis senior studi, Profesor Masashi Yanagisawa.
"Jalur ini mengarah pada fosforilasi HDAC4, yang mendorong tidur, kemungkinan besar karena hal itu memengaruhi ekspresi gen yang mendorong tidur."
Tim melakukan eksperimen lebih lanjut untuk mengidentifikasi sel-sel otak tempat jalur ini mengatur tidur. Ini termasuk mengubah jumlah SIK3 dan HDAC4 di berbagai jenis sel dan wilayah otak.
Hasilnya menunjukkan bahwa persinyalan di dalam sel-sel korteks mengatur kedalaman tidur, sedangkan persinyalan di dalam hipotalamus mengatur jumlah tidur nyenyak.
Untuk kedua daerah otak, neuron rangsang, yang dapat mengaktifkan neuron lain, diidentifikasi memainkan peran kunci.
Hasil ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana tidur diatur, yang berpotensi mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang gangguan tidur serta pengembangan pengobatan baru.