Nationalgeographic.co.id—Domba biasanya dipelihara untuk diambil wolnya dan terkadang dagingnya. Namun di Senegal, domba jenis tertentu dihargai sebagai hewan peliharaan yang mahal. Konon, harga domba ini setara dengan harga sebuah mobil. Ladoum, domba termahal di dunia, bahkan bersaing dalam kontes.
Di Senegal, fotografer Sylvain Cherkaoui melihat penampakan ladoum di sebuah iklan. Iklan tersebut berbunyi demikian, “Beli mobil dan kami akan memberimu seekor domba!”
Bukan domba biasa, binatang dalam iklan ini tampak anggun dan lebih besar dari domba lain pada umumnya.
Cherkaoui pun mulai belajar lebih banyak tentang domba ladoum yang tersohor itu. Merupakan persilangan antara ras touabir Mauritania dan bali-bali Mali, ladoum menjadi bagian penting dari budaya Senegal.
“Dikenal karena kegagahannya, ladoum memiliki perawakan tinggi, moncong menonjol, dan tanduk melengkung,” ungkap Douglas Main di laman National Geographic.
Domba, yang dipelihara oleh sejumlah peternak terpilih, sangat diminati oleh orang kaya, kata Cherkaoui. Berukuran hingga 1,2 meter dan beratnya setara dengan tiga pria dewasa, domba jantan ladoum bisa mencapai hingga £70.000 (sekitar 117 juta rupiah). Sebagai perbandingan, 40% populasi Senegal hidup dengan sekitar £1,50 per hari (sekitar Rp 25.000).
“Saya sering mengatakan bahwa ladoum adalah Rolex-nya domba. Memiliki ladoum dapat meningkatkan gengsi,” ungkap Cherkaoui.
Harganya bisa bervariasi sesuai dengan ukuran dan berat domba, bentuk dan simetri tanduk, lekukan moncong, serta ukuran dan simetri testis. Domba jantan seringkali lebih dihargai daripada domba betina. Meskipun tentu saja keduanya diperlukan untuk membiakkan hewan tersebut, yang terbukti menjadi usaha yang menguntungkan.
Sebagian pemilik domba bahkan mengikutkan peliharaannya ke kontes domba. Disukai oleh penduduk Senegal, kontes itu ditayangkan setiap tahun di televisi lokal. Pemenang mendapat hadiah berupa makanan dan uang. Menjadi juara kontes menaikkan harga jual ladoum, jika si pemilik berniat menjualnya.
Penasaran dengan fenomena ladoum, Cherkaoui membuat sesi pemotretan untuk domba dan pemiliknya.
“Ketika menjelaskan proyek pameran dan bahwa saya akan menyoroti ladoum mereka, para pemilik domba itu merasa bangga dan dihargai,” katanya lagi.
Ladoum dan Tabaski (Idul Adha)
“Saat kita mengorbankan sesuatu untuk Tuhan, kita harus mengorbankan sesuatu yang kita cintai,” kata peternak Abou Kane kepada Sam Bradpiece di laman Quartz.
“Di atas segalanya di Senegal, kami menyukai binatang buas yang cantik. Ladoum itu besar dan indah. Kelangkaan jenis ini yang membuatnya sangat mahal dan menguntungkan.”
Sebagai salah satu peternak ladoum teratas di negara ini, Kane juga merupakan presiden dari sebuah organisasi bernama Aliansi untuk Alliance for the Development and Improvement of Breeds. Dia telah memenangkan lusinan hadiah dan menjadi selebritas di Senegal.
Perang, sanksi ekonomi, dan efeknya pada ladoum
Selama Tabaski, banyak keluarga Muslim yang lebih miskin berjuang bahkan untuk membeli domba biasa.
Tahun ini situasinya sangat mengerikan bagi penduduk Senegal. Perang di Ukraina menaikkan harga bahan bakar dan tanaman sereal untuk pakan domba. Padahal, di beberapa tempat tidak tersedia padang rumput. “Beberapa petani bahkan telah menambah makanan ternak mereka dengan karton,” tulis Bradpiece.
Sanksi ekonomi yang baru-baru ini dicabut yang dikenakan pada Mali — yang secara tradisional merupakan mitra dagang terpenting Senegal — juga menimbulkan risiko pasokan.
Baca Juga: Kotoran Domba Purba, Ungkap Bangsa Pertama di Kepulauan Faroe
Baca Juga: Ikan Kepala Domba 'Bergigi Manusia' Terpancing di Amerika Serikat
Baca Juga: Cikal Bakal Puding Yaitu Haggis yang Berasal dari Bagian Dalam Domba
Baca Juga: Praktik Peternakan Domba Arab Kuno Terungkap Berkat Mumi Domba
“Akan ada kekurangan pasokan yang parah,” prediksi Mady Diakhaby, sekretaris jenderal kamar dagang di Kédougou, yang terletak di perbatasan Senegal-Mali. “Sebagian besar domba kami berasal dari Mali dan sekarang perbatasan ditutup.”
Hal ini berdampak langsung pada harga domba, tidak hanya ladoum tapi domba lainnya. Bahkan domba paling kurus sekarang dijual minimal $130 (sekitar 2 juta rupiah).
Pemerintah melakukan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kenaikan biaya lebih lanjut. Tapi sejauh menyangkut Tabaski, solidaritas penduduk Senegal pun terlihat. Mereka mengupayakan agar sebanyak mungkin orang dapat merayakan Tabaski dan menikmati daging kurban. Adalah umum bagi rumah tangga yang lebih kaya untuk berbagi domba mereka dengan yang kurang mampu. Sama seperti yang terjadi saat Idul Adha di Indonesia.
“Saya ingin sekali membeli ladoum untuk anak-anak saya. Tapi saya pikir jika saya punya uang, saya akan membeli banyak domba yang lebih kecil untuk dibagikan kepada teman-teman saya,” kata Fatou Sen kepada Bradpiece.