Anjing, Sahabat Orang Mesir Kuno yang Diasosiasikan dengan Anubis

By Sysilia Tanhati, Rabu, 4 Januari 2023 | 12:00 WIB
Bahkan sejak zaman Mesir kuno, anjing sudah menjadi sahabat setia bagi manusia. (Jon Bodsworth)

Nationlgeographic.co.id—Seperti hewan peliharaan di zaman modern, anjing di Mesir kuno dianggap sebagai “sahabat manusia”. Ini tidak mengherankan. Pasalnya, anjing adalah hewan peliharaan pertama yang hidup di sisi manusia sejak 23.000 Sebelum Masehi. Orang Mesir kuno menemukan beragam peran anjing dalam kehidupan. Seperti apa kehidupan anjing sebagai sahabat manusia di zaman Mesir kuno?

Beragam peran anjing di kebudayaan Mesir kuno

Anjing yang setia digunakan sebagai penjaga, penolong selama berburu, atau sebagai peliharaan di rumah. Ikatan manusia dengan anjing bahkan berlangsung hingga di alam baka. Mumi anjing dikuburkan bersama pemiliknya atau terkadang memiliki peti matinya sendiri.

“Selain itu, anjing menduduki tempat penting dalam agama Mesir kuno,” tulis Vedran Bileta di laman The Collector. Hewan berkaki empat itu diasosiasikan dengan Anubis, dewa kematian, mumifikasi, dan akhirat. Anubis biasanya digambarkan sebagai anjing atau manusia berkepala anjing.

Anjing di zaman Mesir kuno: hewan pertama yang dijinakkan di lembah Nil

Anjing Mesir kuno memainkan peran penting dalam perkembangan peradaban di lembah Nil. Orang Mesir menjinakkan hewan seperti sapi, domba, kambing, dan babi pada Periode Pra-Dinasti (sekitar 6000 – 3150 Sebelum Masehi). Namun tampaknya anjing sudah menjadi pendamping orang Mesir kuno bahkan sebelum ada Mesir. Domestikasi anjing terjadi dengan cara yang berbeda, di lokasi yang berbeda.

Beberapa anjing datang dari Timur Tengah, tempat mereka dijinakkan sekitar 10.000 Sebelum Masehi. Yang lainnya mengikuti pemiliknya, yang datang ke lembah Nil dari Afrika Utara, mencari kondisi kehidupan yang lebih baik.

Para penggembala dan pemburu Sahara sering menggambarkan anjing di atas batu tempat mereka berlindung.

“Di Mesir kuno, anjing sudah ada sejak periode Naqada,” Bileta menambahkan lagi. Ini diketahui berdasarkan bukti fisik dari kuburan, prasasti, dan lukisan dinding.

Tulang anjing pertama telah ditemukan di Merimde, salah satu situs Mesir paling awal di West Nile Delta. Salah satu representasi paling awal dari hubungan dekat antara manusia dengan anjing berasal dari piring tembikar dari Periode Pra-Dinasti (4000 Sebelum Masehi). Lukisan itu menunjukkan pawang ditemani oleh empat anjing pemburu, masing-masing dengan tali pengikatnya sendiri.

Dua jenis anjing di Mesir kuno

Anjing digambarkan dalam banyak karya seni Mesir, mulai dari tembikar hingga lukisan dan patung makam. Namun ras anjing sulit dibedakan, tidak seperti beragam ras anjing di zaman modern.

Alih-alih memiliki nama ras khusus, anjing orang Mesir kuno dibedakan menjadi: iwiw untuk “anjing menggonggong” dan tesem untuk “anjing tanpa kulit”. “Anjing tanpa kulit ditujukan untuk kelompok anjing pemburu,” jelas Bileta.

Berdasarkan bukti visual, anjing di Mesir kuno dikelompokkan menjadi tujuh jenis: Basenji, Greyhound, Ibizan, Firaun, Saluki, Whippet, dan Molossian.

Molossian berasal dari Yunani dan terkenal sebagai anjing perang dunia kuno. Yang lainnya adalah ras Afrika Utara. Selain itu, ada “anjing paria”. Itu adalah anjing liar dan anjing yang berasal dari ras campuran.

Anubis digambarkan sebagai sosok manusia dengan kepala anjing atau serigala. Ia yang membimbing jiwa orang mati ke Osiris dan akhirat. Di Mesir kuno, anjing dianggap sebagai perantara antara manusia dan dewa. (Hunefer )

Anjing, makhluk ilahi kekasih Anubis

“Anjing paria” bepergian dalam kelompok dan mengais makanan. Mereka bahkan menggali kuburan untuk mencari tulang.

Basenji, Greyhound, Ibizan, dan serigala, mengilhami citra Anubis, pelindung kuburan dan makam. Anubis digambarkan sebagai sosok manusia dengan kepala anjing atau serigala dan merupakan salah satu dewa utama kematian. Ialah yang membimbing jiwa orang mati ke Osiris dan akhirat.

Seperti kucing, hewan populer lainnya di Mesir kuno, anjing dianggap sebagai perantara antara manusia dan dewa. Pusat pemujaan Anubis, yang disebut Cynopolis (“Kota Anjing”) dipenuhi dengan anjing-anjing yang bebas berkeliaran di kuil dan jalan-jalan.

Setelah kematiannya, anjing akan dikorbankan untuk mendapatkan bantuan dewa. Tetapi, karena tingkat kematian anjing kuil tidak mencukupi, para pendeta menciptakan semacam “pabrik” anak anjing. Tujuannya adalah membiakkan anjing untuk ritual pengorbanan kepada Anubis.

Peran anjing terus berlanjut hingga ke akhirat. Karena alasan itu, orang Mesir kuno membuat mumi anjing dan menguburkannya di peti mati khusus. Peti mati anjing bahkan dihias dengan rumit. (Metropolitan Museum of Art)

Bagi orang modern, ini mungkin tampak tidak berperasaan. Namun orang Mesir kuno percaya bahwa anjing-anjing ini akan langsung menemui Anubis. “Sehingga bisa dipastikan jika mereka pergi ke tempat yang lebih baik,” tambah Bileta.

Anjing: sahabat kesayangan orang Mesir kuno

Sementara orang Mesir kuno secara ritual mengorbankan jutaan anjing untuk menenangkan Anubis, pembunuhan anjing tanpa izin bisa mengakibatkan hukuman berat.

Jika anjing diikat dan dimiliki oleh seseorang kemudian dibunuh maka itu dianggap sebagai kejahatan besar. Pelakunya bisa dihukum mati.

Karena Anubis adalah dewa kematian, pelaku akan disiksa bahkan setelah kematiannya. Seperti dalam kasus kucing, meninggalnya seekor anjing keluarga menimbulkan kesedihan yang sama seperti manusia. Anggota keluarga akan mencukur alis mereka untuk meratapi kepergian anjing tersebut.

Anjing di Mesir kuno selalu diberi nama, nama mereka tertulis di kalung lehernya.

Baca Juga: Anubis, Dewa dengan Rupa Serigala yang Disembah di Mesir hingga Romawi

 Baca Juga: Anubis, Julukan Fosil Paus Purba Mesir yang Bisa Berjalan di Darat

 Baca Juga: Mengapa Sphinx Versi Mesir Kuno dan Yunani Kuno Sangat Berbeda?

 Baca Juga: Kisah Bencana Alam Ra Mesir Kuno, Menyelamatkan Manusia Lewat Bir

Baik rakyat jelata maupun bangsawan memuja anjing, termasuk firaun. Anjing Abuwtiyuw (atau Abutiu), yang mati pada 2280 Sebelum Masehi, adalah anjing penjaga kerajaan. Anjing itu menerima penguburan seremonial yang rumit di Nekropolis Giza atas perintah firaun yang tidak dikenal.

Peran anjing terus berlanjut hingga. Karena alasan itu, orang Mesir kuno membuat mumi anjing dan menguburkannya di peti mati khusus. Peti mati anjing bahkan dihias dengan rumit.

Memang, orang Mesir kuno menyukai anjing mereka. Banyak adegan makam menggambarkan hewan peliharaan dan anjing pemburu di samping tuannya. Mereka duduk dengan sabar di bawah kursi atau menemani tuannya berburu.

Bahkan setelah aneksasi Romawi atas Mesir, anjing mempertahankan tempat khusus mereka sebagai “sahabat terbaik manusia” di tanah Firaun.