Catatan Visa untuk Pengembara Digital: Dari Indonesia hingga Yunani

By Utomo Priyambodo, Rabu, 4 Januari 2023 | 09:00 WIB
Pengembara digital alias digital nomad. (Dean Kuchel/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Pandemi telah mengajarkan kita bahwa banyak pekerjaan bisa kita selesaikan dari dari rumah. Bahkan banyak tugas bisa kita kerjakan dari tempat mana pun, termasuk wilayah-wilayah dengan pemandangan alam indah.

Bayangkan saja misalnya Anda memulai hari kerja Anda dengan es kelapa segar yang bertengger di dekat laptop Anda. Lalu Anda mulai mengetik di lapton Anda sambil memandang ke laut atau hutan hujan tropis.

Ini adalah hal yang diimpikan banyak orang setalah menjalani rutinitas pekerjaan yang melelahkan di kantor yang sesak dan bising.

Selama Anda memiliki jenis pekerjaan yang tepat, dan pemberi kerja yang akomodatif, keinginan Anda untuk bekerja di pantai, hutan hujan, atau bahkan gletser salu bisa saja menjadi kenyataan.

Perang memperebutkan para pekerja tidak lagi hanya terja antar-perusahaan. Lebih dari 40 negara atau wilayah sekarang telah menawarkan visa "pengembara digital" atau "digital nomad" untuk menarik mereka yang dapat bekerja di satu negara sambil tinggal dan membelanjakan pendapatan mereka di sana.

Suka pantai? Sekelompok pulau eksotis, termasuk Bali di Indonesia, ada dalam daftar. Lebih suka hutan tropis? Cobalah Brasil atau Kosta Rika.

Mencari sejarah? Ada Spanyol atau Yunani. Suka mandi es ala Wim Hof? Islandia mengundang.

Libby (Elizabeth) Sander, Direktur MBA Director serta Dosen Perilaku Organisasi di Bond Business School, Bond University, mengibaratkan visa "pengembara digital" sebagai persilangan antara visa turis dan migran sementara—visa bekerja saat liburan. "Alih-alih visa memberi Anda hak untuk bekerja di negara itu, itu memungkinkan Anda untuk tinggal selama Anda bekerja dan membawa uang ke ekonomi lokal," tulis Libby di The Conversation.

"Berapa lama Anda bisa tinggal bervariasi, dari 90 hari di Aruba di Karibia hingga dua tahun di Kepulauan Cayman. Sebagian besar untuk 12 bulan, dengan opsi untuk memperbarui."

Beberapa tempat, seperti Latvia, membatasi visa untuk pemberi kerja yang terdaftar di negara OECD. Namun secara umum persyaratan utamanya adalah Anda dapat menunjukkan bahwa Anda tidak perlu mencari pekerjaan lokal dan dapat memenuhi persyaratan pendapatan minimum.

Umumnya, persyaratan visa menyederhanakan masalah perpajakan: Anda terus membayar pajak penghasilan di negara pemberi kerja Anda.

Tapi ini bervariasi. Misalnya, di Yunani (yang menawarkan visa dua tahun yang dapat diperbarui) Anda dibebaskan dari pembayaran pajak pendapatan lokal hanya untuk enam bulan pertama.

Pengembara digital atau digital nomad yang bekerja sambil berlibur di pantai lautan tropis. (Steven Zwerink/Flickr)

Menggabungkan pekerjaan dan perjalanan

Pendorong utama tren pengembara digital adalah kemampuan untuk mempertahankan karier sambil mengejar tujuan pribadi lainnya, terutama perjalanan dan kemampuan untuk merasakan cara hidup yang berbeda.

Pindah ke suatu tempat dengan biaya hidup yang lebih murah bisa menjadi motivasi lain. Namun sebelum Anda memutuskan untuk berkemas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan menjadi pengembara digital yang tepat untuk Anda.

Baca Juga: Dusun Tertua Alpen Simpan Sejarah yang Mengejutkan Penduduk Setempat

Baca Juga: Mau ke Gunung Everest? Pahami Kondisi Jalur Pendakian dan Hal Lainnya

Baca Juga: Melacak Surga Pari Manta di Rajaampat: Yef Nabi Kecil sampai Arborek 

Yang pertama adalah apakah realitas akan sesuai dengan fantasi. Sebagai pengembara digital, Anda adalah pekerja jarak jauh, dengan semua pro dan kontra yang menyertainya.

Beberapa penelitian menunjukkan pekerja jarak jauh dapat merasa terisolasi secara sosial dan profesional. Memiliki majikan atau pemberi kerja yang mendukung kepindahan Anda akan membantu.

"Tinjauan tahun 2017 terhadap studi sebelumnya tentang pekerjaan jarak jauh menemukan bahwa dukungan organisasi sangat mengurangi ketegangan psikologis dan isolasi sosial yang dirasakan oleh para pekerja jarak jauh," papar Libby.

Namun, bekerja dari rumah adalah satu hal, sedangkan bekerja sambil berada di negara lain adalah hal yang sama sekali lain. Tinggal jauh dari keluarga dan teman serta jaringan pendukung kemungkinan akan lebih menantang, tidak peduli seberapa indah lokasi Anda.

"Jika Anda menyukai struktur dan rutinitas yang dapat diprediksi, ketidakpastian dan ketidaknyamanan yang muncul mungkin berarti itu bukan untuk Anda," tegas Libby.

Dan meskipun Anda mungkin dibebaskan dari membayar pajak penghasilan daerah, Anda harus mematuhi semua undang-undang setempat lainnya. "Seperti undang-undang baru di Indonesia yang membuat seks di luar nikah berpotensi dihukum satu tahun penjara," sebut Libby.

Jika hal-hal itu tidak mengganggu Anda, berikut adalah tiga saran untuk mempermudah transisi.

Pertama, semua pertimbangan biasa tentang kerja jarak jauh jelas berlaku dan beberapa bahkan perlu diperkuat. Anda benar-benar membutuhkan internet berkecepatan tinggi yang andal, dan akses ke layanan dukungan. Tinggal di desa terpencil mungkin memikat, tetapi seberapa dekat toko komputer terdekat?

Kedua, pahami kapan Anda harus bekerja. Anda mungkin berada di zona waktu yang berbeda dengan kolega atau klien. Kebaruan pemandangan laut dapat dengan mudah menipis setelah beberapa minggu bangun di tengah malam untuk panggilan zoom.

Ketiga, Anda mungkin masih menganggap mempertahankan keseimbangan kehidupan kerja sebagai tantangan. Penelitian telah menunjukkan betapa mudahnya batasan kehidupan kerja dikaburkan dengan kerja jarak jauh. Keinginan untuk membuktikan bahwa Anda tidak bermalas-malasan dapat membuatnya semakin sulit.

Namun, jika Anda memiliki kepribadian yang tepat, dan Anda cukup beruntung memiliki pekerjaan dan bos yang tepat, menjadi pengembara digital mungkin memberi Anda opsi yang terbaik. Opsi brilian untuk bisa tetap bekerja sambil berlibur atau berperjalanan.