Selain itu, bangsa Mesir juga berperang jauh dari rumah, yaitu dengan orang Asyur dan Babilonia.
Baca Juga: Telisik Penemuan Pemandian Bergaya Yunani Kuno Untuk Militer Mesir
Baca Juga: Angka 13 di Zaman Mesir Kuno: Lambang Awal yang Baru dan Kebangkitan
Baca Juga: Kisah di Balik Penamaan Amun-Ra, Dua Dewa Mesir Kuno Menjadi Satu
Baca Juga: Horemheb, Firaun Mesir Kuno Hapus Peninggalan Sejarah Akhenaten
Baca Juga: Ada Lebih dari Satu Cleopatra di Mesir Kuno, Siapa Saja Mereka?
Pada masa Ramses II, diperkirakan tentara Mesir mencapai 100.000 orang. Selain itu, mereka memiliki kompi tentara Libya, Nubia, dan Yunani. Ini sering disebut tentara bayaran, tetapi kemungkinan besar adalah tawanan perang yang memilih menjadi tentara daripada budak.
Seperti yang bisa dilihat, militer Mesir kuno mahir belajar dari kekurangannya. Di setiap era, bangsa Mesir meningkatkan teknologi dan taktiknya. Ini membuat tentara Mesir menjadi kekuatan tempur paling sengit di planet ini. Selama masa Kerajaan Baru, siapa pun yang datang untuk menantang orang Mesir akhirnya menyesalinya.
Ironisnya, kekuatan tentara pada akhirnya akan menjadi kehancurannya. Biaya tentara menjadi tidak dapat dipertahankan. Biaya untuk menerjunkan tentara bahkan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari kemenangan militer.
Lebih buruk lagi, dari kekuatan besar sering muncul kesombongan besar. Firaun menjadi semakin terlena dan melupakan pelajaran yang membuat militer begitu hebat sejak awal. Kepemimpinan menjadi semakin lemah dan mulai mengulangi kesalahan masa lalu.
Militer hanya sebesar mereka yang memimpinnya. Pada akhirnya salah satu kekuatan tempur terbesar yang pernah ada di dunia gagal karena mereka yang memimpinnya.