Fakta Seputar Kehidupan Attila sang Hun, Musuh dan Mimpi Buruk Romawi

By Sysilia Tanhati, Jumat, 27 Januari 2023 | 15:00 WIB
Attila sang Hun dikenal secara luas sebagai mimpi buruk bangsa Romawi. Selain kekejamannya, masih banyak lagi fakta menarik seputar kehidupan Attila sang Hun. (Raphael)

Nationalgeographic.co.id—Attila sang Hun adalah salah satu dari sedikit nama dari tokoh terkenal di zaman kuno. Dia secara luas dianggap sebagai “orang barbar” yang menjadi mimpi buruk bangsa Romawi. Pada pertengahan abad ke-5 Masehi, Attila menguasai Kekaisaran Eurasia yang luas. Ketakutan yang dia tanamkan bertahan selama berabad-abad. Seniman abad pertengahan menekankan ketidakmanusiawian Attila dalam karyanya. Pemimpin suku Hun itu dilukiskan dengan janggut seperti kambing dan tanduk setan. Namun, selain kekejamannya, masih ada fakta-fakta menarik seputar kehidupan Attila sang Hun yang jarang diketahui. Fakta tersebut memberikan kita gambaran lain tentang pria yang “lahir ke dunia untuk mengguncang bangsa-bangsa”.

Awalnya, Attila sang Hun adalah sekutu Romawi

Attila diketahui sebagai musuh yang ditakuti oleh bangsa Romawi. Namun tidak banyak yang mengetahui jika ia awalnya adalah sekutu Romawi. Bagaimana keadaan bisa berubah 180 derajat?

Menyusul kematian sang paman, pada tahun 434, Attila dan Bleda saudara laki-lakinya mewarisi kendali bersama atas Kekaisaran Hun.

Pendahulunya kerap mengobarkan serangkaian perang melawan Kekaisaran Romawi. Namun, para penguasa baru merundingkan sebuah perjanjian dengan kaisar di Konstantinopel. Kaisar Theodosius II setuju untuk membayar sekitar 700 pon emas setiap tahun pada suku Hun. “Tujuannya untuk menjaga perdamaian antara orang Hun dan Romawi,” tulis Vedran Bileta di laman The Collector.

Perjanjian damai tidak berlangsung selamanya. Hanya dalam waktu beberapa tahun, Attila melanjutkan permusuhan. Ia mengeklaim bahwa Romawi telah melanggar perjanjian tersebut.

Memanfaatkan ketiadaan pasukan perbatasan Romawi yang dikirim untuk melawan Vandal, Attila menyeberangi Danube. Ia dan pasukannya maju jauh ke dalam wilayah kekaisaran. Kota Naissus (sekarang Niš), tempat kelahiran kaisar Konstantinus Agung, dihancurkan dan tetap menjadi reruntuhan selama berabad-abad sesudahnya.

Sekali lagi, Theodosius terpaksa menuntut perdamaian, membayar Attila jumlah yang mengejutkan sebesar 2.100 pon emas per tahun.

Sementara Attila mengobarkan perang melawan Konstantinopel, hubungannya dengan Kekaisaran Romawi Barat lebih bersahabat. Faktanya, selama lebih dari satu dekade, orang Hun adalah sekutu dekat jenderal Romawi Flavius ​​​​Aetius. Sempat jadi sandera orang Hun, Aetius menggunakan penunggang kuda Hun untuk menekan ancaman dari pemberontakan internal. Suku Hun juga membantu mengatasi serangan dari suku Jermanik yang bermusuhan, seperti kaum Frank, Visigoth, dan Burgundi.

Alhasil, dengan bantuan suku Hun, Aetius berhasil menstabilkan kendali Romawi atas Gaul (sekarang Prancis). Pada gilirannya, kemenangan itu memperkuat kendali Aetius atas tentara Romawi Barat, menjadikannya kaisar.

Keluarga dengan latar belakang istimewa dan berpendidikan

Attila sang Hun lahir di salah satu keluarga paling kuat di tepi utara Sungai Danube. Jauh dari stereotip orang barbar yang tidak mandi dan tidak berpendidikan.