Dunia Hewan: Ornitolog Mengevaluasi Pohon Keluarga Burung Berjalan

By Ricky Jenihansen, Minggu, 5 Februari 2023 | 10:00 WIB
Burung paleognath modern yang tidak bisa terbang atau terbang buruk, dan baru-baru ini punah. (Hyunjoo Shin)

Cangkang telur paleognath, neognath, dan maniraptoran non-unggas. (Hyunjoo Shin)

Keanekaragaman spesies Palaeognathae jauh lebih rendah daripada burung lain, tetapi sangat penting untuk penelitian telur unggas.

Silsilah keluarga sebelumnya berfokus pada karakteristik fisik paleognath seperti emu, burung unta, dan rhea.

Akan tetapi informasi genetik baru yang dipasangkan dengan alat modern lainnya dapat memberikan lebih banyak informasi tentang bagaimana dan mengapa makhluk ini mengembangkan karakteristik unik mereka.

“Kami ingin mengetahui apakah tiga jenis cangkang telur yang terlihat pada paleognath diwariskan dari nenek moyang yang sama atau berevolusi secara mandiri,” kata Seung Choi, seorang peneliti pascadoktoral di Departemen Ilmu Bumi di Montana State University.

Choi dan rekannya menggunakan kristalografi sinar-X untuk menganalisis struktur mikro cangkang telur dari burung paleognath modern, termasuk burung unta, rhea, emu, kasuari, kiwi, burung gajah, dan dua jenis moa.

Mereka juga menganalisis struktur fosil kulit telur dari kelompok burung ini dan pilihan fosil telur dari dinosaurus mirip burung.

Mereka membandingkannya dengan kulit telur dari beberapa burung terbang modern, termasuk burung pegar biasa, goshawk utara, pelatuk hijau Eropa, burung puyuh Jepang, dan murre biasa.

Baca Juga: Ornamen Kulit Telur Burung Unta Singkap Jaringan Sosial Kuno di Afrika

Baca Juga: Kasuari, Burung Terbuas di Dunia Dipelihara Manusia 18.000 Tahun Lalu

Baca Juga: Empat Dinosaurus Ditemukan di Montana, Salah Satunya Mirip Burung Unta

Analisis mengungkapkan bahwa struktur mikro seperti baji yang menjadi ciri kulit telur rhea ditelusuri kembali ke nenek moyang purba burung paleognath.

Namun, struktur mikro telur burung unta dan telur tinamous yang mirip prisma kemungkinan besar berevolusi secara independen kemudian.

“Pola evolusi pada cangkang telur paleognath yang kami ungkapkan dapat membantu ahli burung menguraikan lintasan evolusi cangkang telur di antara kelompok burung yang tidak bisa terbang ini,” kata Dr. Choi.

"Analisis genetik dan mikrostruktur dari cangkang telur fosil hidup ini dapat memberikan wawasan baru tentang evolusi burung dan dinosaurus," kata Profesor David Varricchio dari Montana State University.

“Ini juga dapat membantu kita lebih memahami bagaimana manusia purba hidup dan berinteraksi dengan makhluk yang menakjubkan ini.”