Mereka juga menggunakan propaganda untuk membesar-besarkan ukuran pasukannya. Ketika bangsa Mongol menginvasi Szechuan pada tahun 1258, sang khan menyebarkan desas-desus bahwa 40.000 pasukannya sebenarnya berjumlah 100.000. Mereka secara teratur menggunakan akal-akalan untuk membingungkan musuh. Juga dengan cepat memanfaatkan pertikaian internal di antara barisan musuh.
Perkembangan tentara Mongol
Dengan kavaleri dan perencanaan yang cermat, Kekaisaran Mongol menciptakan kerajaan yang luas.
ketika Kekaisaran Mongol berkembang, karakter militernya juga ikut terpengaruh. Genghis Khan pertama kali memulai proses transformasi militer dengan mengonsolidasikan konfederasi Mongolia yang longgar menjadi tentara. Dia mengatur pasukannya di sepanjang garis desimal sepuluh, 100, 1.000, dan 10.000.
Tentara dikerahkan dalam tiga korps fleksibel: sayap kanan, tengah, dan sayap kiri. Setelah menaklukkan suatu wilayah, Kekaisaran Mongol meninggalkan pasukan militer untuk mengamankan wilayah tersebut dan memperluas pengaruh Mongolia.
Pasukan beragam Kublai Khan membutuhkan organisasi yang jauh lebih banyak daripada pasukan pendahulunya. Orang-orang dari wilayah yang ditaklukkan diserap sebagai infanteri untuk mendukung kavaleri Mongolia. Mereka digunakan sebagai insinyur untuk meningkatkan kemampuan Mongol dalam pengepungan dan membangun jalan untuk memudahkan logistiknya.
Kekaisaran Mongol mengintegrasikan berbagai keahlian yang dimiliki oleh berbagai bangsa, memungkinkan masing-masing untuk berperang dengan cara tradisional mereka. Karena praktik ini, tentara diperluas untuk mencakup kavaleri berat, pasukan kejut, infanteri reguler, korps zeni, dan bentuk lain dari pasukan non-nomaden.
Dalam penaklukan Tiongkok, praktik ini menjadi kunci sukses bagi Kubilai Khan ketika berperang di medan yang tidak menguntungkan.
Kubilai Khan dan strategi kemenangan kepemimpinan
Sementara Kekaisaran Mongol terkenal dengan kavaleri nomadennya, kapasitas strategisnya tidak boleh diremehkan. Pasukannya sangat berkembang, disiplin, dan menggunakan struktur tradisionalnya di samping cara-cara perang yang diadopsi untuk efek yang luar biasa.
Jauh dari gerombolan perampok yang tidak terorganisir, Kekaisaran Mongol dengan cerdas merencanakan dan mengatur setiap kampanye.
Strategi Mongolia biasanya terungkap sebagai berikut: Setelah mengumpulkan intelijen dan mengorganisir pasukannya, Kekaisaran Mongol menyatakan perang. Mongol seringkali memberi musuh ultimatum dan pilihan untuk menyerah. Itu menentukan strategi kampanyenya di dewan perang.