Selama mereka berkoordinasi sesuai dengan jadwal, para komandan diberi kebebasan tingkat tinggi. Karena kavaleri mereka, strategi Mongol jelas memiliki komponen sentral dalam mempertahankan dan memanfaatkan mobilitas. Karena itu, mereka sering mengadopsi invasi tiga arah. Ini memberikan peluang bagus untuk menghancurkan pasukan musuh dan benteng yang lebih kecil. Sedangkan benteng besar mendapat giliran terakhir.
Begitu pasukan lapangan dihancurkan, bangsa Mongol dapat mengepung kota-kota dengan santai. Bangsa Mongol menargetkan para pemimpin musuh. Membunuh pemimpin tidak hanya membuat pasukan berantakan tetapi juga menghilangkan kemungkinan musuh dengan mudah berkumpul kembali.
Tetapi karena kavaleri tidak efektif di daerah Tiongkok Selatan, bagaimana Kekaisaran Mongol mengalahkan Dinasti Song? Kubilai Khan dengan sederhana namun cemerlang mengatasi masalah kekurangan pasukannya dengan mengandalkan mereka yang memahami soal peperangan Tiongkok. Mereka adalah desertir Cina dan pejuang Korea.
Selain itu, Kubilai Khan memasukkan sejumlah teknologi inovatif untuk memerangi benteng-benteng Tiongkok. Kedua, bangsa Mongol membangun angkatan laut untuk dipimpin oleh pejabat Tiongkok dan Korea. Dengan armada ini, bangsa Mongol mengakali dan memblokade angkatan laut Tiongkok. Dengan dua adaptasi ini saja, bangsa Mongol menetralkan keunggulan utama Tiongkok.
Ironi Sun Tzu dalam kesuksesan Kekaisaran Mongol
Perang berlangsung puluhan tahun karena pertahanan Tiongkok yang sengit. Namun, pada akhirnya, Kekaisaran Mongol menang.
Baca Juga: Kisah Pilu Zigu, Selir di Zaman Tiongkok Kuno yang Menjadi Dewi Toilet
Baca Juga: Upaya Inggris Mematahkan Monopoli Teh oleh Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Mengapa Kaisar Tiongkok Memiliki Banyak Harem? Ini Alasannya!
Baca Juga: Han Cheng, Kaisar Tingkok Kuno Mati Akibat Overdosis Obat Kuat
Sepanjang perang yang pahit dan berlarut-larut ini, bangsa Mongol menunjukkan banyak contoh ajaran Sun Tzu dalam tindakan. Selain spionase dan penipuan, fleksibilitas dan kemauan mereka untuk beradaptasi sepenuhnya sejalan dengan Sun Tzu.
Sun Tzu menulis, "Sama seperti air yang tidak memiliki bentuk yang konstan, demikian pula dalam peperangan, tidak ada kondisi yang konstan. Seseorang yang dapat memodifikasi taktiknya dalam hubungannya dengan lawannya. Bila berhasil menang, ia dapat disebut kapten kelahiran surga."
Dengan kemauan Mongol untuk mengadopsi teknik dan taktik baru sesuai kebutuhan, membuat cara berperang mereka jauh lebih kuat. Pada akhirnya, itulah kunci keberhasilan Kubilai Khan menaklukkan seluruh Tiongkok dan menjadi penguasa asing yang pertama di Kekaisaran Tiongkok.