Penyebab Mengapa Kekaisaran Ottoman Akhirnya Tersingkir dari Eropa

By Sysilia Tanhati, Kamis, 9 Februari 2023 | 13:00 WIB
Pada puncaknya, Kekaisaran Ottoman menguasai sebagian wilayah Eropa. Namun itu tidak bertahan selamanya. Perang Balkan Pertama membuat Ottoman tersingkir dari Eropa. (Carl Goebel)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Ottoman adalah kekuatan besar multi-etnis yang bertahan selama lebih dari enam ratus tahun. Pada puncaknya, wilayah mencakup seberang Mediterania, Laut Adriatik, dan Laut Merah dan bahkan menjangkau Teluk Persia. Namun secara perlahan, kekuatan Kekaisaran Ottoman menurun dan menyebabkan pengaruhnya melemah. Salah satunya adalah ketika Kekaisaran Ottoman tersingkir dari Eropa.

Revolusi di Ottoman membuka celah bagi negara Balkan untuk memberontak

Balkan dan wilayah Eropa tenggara telah lama diperebutkan karena populasi etnis mereka yang beragam. “Mayoritas masyarakat Kristen hidup di bawah Kekaisaran Ottoman Muslim,” tulis Turner Collins di laman The Collector.

Pertikaian makin aktif ketika di abad ke-19 kekuatan Ottoman semakin melemah. Selama berabad-abad, Kekaisaran Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah dipandang sedang mengalami kemunduran dan sering disebut sebagai “Pesakitan Eropa”.

Ottoman terjebak di antara kekuatan eksternal yang ingin lepas dan kelompok internal yang ingin menentukan nasib sendiri.

Tindakan dua kelompok, negara-negara Balkan dan, ironisnya, penduduk Kekaisaran Ottoman, akhirnya mendorong Balkan masuk ke dalam perang.

Sejumlah negara Balkan memperoleh kedaulatan penuh atau otonomi di wilayah tersebut melalui serangkaian pemberontakan yang dikenal sebagai “Krisis Timur Besar” tahun 1875-1878. Saat itu, sejumlah daerah memberontak dan, dengan bantuan Rusia, memaksa Ottoman untuk menyerah dan mengakui kemerdekaan banyak negara-negara ini.

Selain itu, ada gerakan yang meningkat di dalam Kesultanan Utsmaniyah sendiri, yang dikenal sebagai Turki Muda. Pada tahun 1876, Sultan Abdul Hamid II diyakinkan untuk mengizinkan Kesultanan Utsmaniyah bertransisi menjadi monarki konstitusional. Namun Abdul segera beralih kembali ke pemerintahan yang brutal dan otoriter.

“Gerakan Turki Muda memiliki tujuan agar pemerintahan sultan diakhiri,” kata Collins. Berkat Revolusi Turki Muda, Sultan Abdul Hamid II akhirnya disingkirkan dari kekuasaan. Segera setelah revolusi, gerakan Turki Muda terpecah menjadi dua faksi: liberal dan terdesentralisasi serta sangat nasionalis dan sayap kanan jauh.

Hal ini mengakibatkan situasi genting bagi militer Ottoman. Sebelum revolusi, Sultan melarang operasi pelatihan militer besar-besaran karena takut kudeta dari angkatan bersenjatanya. Dengan tersingkirnya penguasa otoriter, korps perwira mendapati dirinya terbagi dan dipolitisasi. Pembagian tersebut menyebabkan perwira Ottoman sering berselisih dengan sesama prajuritnya, membuat kepemimpinan tentara menjadi sulit. Revolusi ini menempatkan kekaisaran dalam situasi berbahaya dan rakyat Balkan dapat melihatnya.

Politik kekuatan besar dan jalan menuju perang

Ketika Ottoman mengalami masalah internal dan makin melemah, negara-negara Balkan dan Eropa mulai bersiap menghadapi perang. Peristiwa ini membuat beberapa kerajaan Eropa ikut campur untuk meningkatkan kekuasaan dan memperluas wilayah.

Rusia dengan cepat memengaruhi beberapa negara Balkan, terutama Serbia dan Bulgaria. Sementara Jerman diam-diam mendukung Bulgaria sebagai kekuatan regional untuk mengendalikan Rusia. Austria-Hongaria, pada bagiannya, siap berperang untuk mencegah musuh mereka, Serbia, yang dipandang sebagai boneka Rusia, mendapatkan lebih banyak wilayah.

Dengan sedikit tentangan dari luar negeri, anggota Liga Balkan yang baru dibentuk yang terdiri dari Bulgaria, Yunani, Serbia, dan Montenegro menyetujui sejumlah perjanjian. Mereka membahas tentang bagaimana wilayah Ottoman yang dianeksasi akan dibagi.

Albania melancarkan pemberontakan pada tahun 1912. Liga Balkan merasa bahwa pemberontakan itu adalah kesempatan untuk menyerang dan mengeluarkan ultimatum kepada Ottoman sebelum perang.

Perang Balkan Pertama

Ottoman sama sekali tidak siap untuk perang. Meskipun tampak jelas bahwa perang akan datang, Ottoman baru saja memulai mobilisasi.

Militer sama sekali tidak terlatih dan tidak siap untuk pergerakan pasukan skala besar. “Pasalnya, ada larangan latihan perang selama rezim otoriter sebelumnya,” Colllins menambahkan lagi. Orang Kristen di Kekaisaran dianggap tidak layak untuk wajib militer. Mempertimbangkan bahwa sebagian besar penduduk Eropa mereka adalah Kristen, ini berarti bahwa tentara harus didatangkan dari tempat lain. Situasi ini makin mempersulit kondisi Kekaisaran Ottoman yang sudah lemah.

Paku terakhir di peti mati untuk pasukan Ottoman di Eropa tampaknya adalah masalah intelijen yang buruk. Intelejen bertugas memberikan informasi tentang penempatan dan pergerakan pasukan oleh sejumlah pasukan Liga Balkan. Baik di front Yunani dan Bulgaria, informasi yang salah ini terbukti membawa malapetaka. Karena, pasukan Ottoman akan meremehkan jumlah pasukan yang tersedia.

Baca Juga: Satu Abad Terjerat Utang Asing, Kekaisaran Ottoman Tak Berdaya

Baca Juga: Satu Abad Terjerat Utang Asing, Kekaisaran Ottoman Tak Berdaya

Baca Juga: Bertahan selama Enam Abad, Ottoman Jadi Salah Satu Kekaisaran Terkuat

Baca Juga: Misterius dan Terasing, Begini Kehidupan di Harem Kekaisaran Ottoman

Seakan masih belum cukup. Masalah logistik kronis dan ketidakseimbangan besar baik dalam tenaga maupun pengalaman menipiskan harapan kekaisaran untuk memenangkan perang. Pasukan Liga maju melintasi setiap garis depan, memotong jauh ke dalam wilayah Ottoman, dengan orang-orang Bulgaria bahkan mencapai Laut Aegea. Mereka pun memblokade bala bantuan untuk Ottoman dari Asia.

Hasil dari Perang Balkan Pertama, Hilangnya Kekuasaan Ottoman di Eropa

Hasil dari Perang Balkan Pertama mengejutkan banyak orang, karena gabungan pasukan Balkan dengan cepat dan tegas mengalahkan tentara Ottoman. Mereka mengusir Ottoman dari hampir semua wilayah mereka di Eropa tenggara dalam waktu satu bulan.

Setelah penarikan pasukan Ottoman, kekuatan besar Eropa — Inggris, Prancis, Jerman, Austria-Hongaria, dan Rusia — berebut untuk menggunakan kendali atas wilayah tersebut. Mereka mengadakan kongres dengan negara-negara yang berperang di London pada Desember 1912.

Selama Perang Balkan, yang terjadi pada tahun 1912 dan 1913, Kekaisaran Ottoman kehilangan hampir semua wilayahnya di Eropa. Setahun setelahnya, Perang Dunia Pertama meletus dan memperburuk situasi di Kekaisaran Ottoman.