Ketika Odiseus berada dalam Perang Troya selama sepuluh tahun, Penelope mengawasi kerajaan mereka di pulau bernama Ithaca. Penelope sendirian membesarkan Telemakus, putra mereka yang lahir hanya beberapa bulan sebelum perang.
Tentu saja, ia menghadapi banyak masalah sebagai ratu tunggal. Setelah Perang Troya berakhir, Odiseus tidak pulang selama sepuluh tahun. Penduduk pulau mengira ia telah meninggal di laut. Karena alasan itu, penduduk meminta agar Penelope menikah lagi. Penelope sangat menentang ide ini karena dia berharap Odiseus akan kembali.
Lebih dari 300 pelamar tiba di pulau itu dan menetap di rumah Penelope untuk melamarnya. Selain tidak ada pria yang layak, Penelope khawatir jika pernikahannya akan menempatkan Telemakus dalam posisi berbahaya sebagai ahli waris. Seorang suami baru ingin anaknya sendiri menggantikannya dan itu berpotensi menimbulkan masalah bagi kehidupan Telemakus.
Sang ratu melakukan berbagai upaya untuk menunda pernikahan. Pertama, dia berargumen secara logis bahwa tidak ada yang tahu dengan pasti bahwa Odiseus sudah mati. Ini akan menjadi penghinaan bagi sang suami jika ia masih hidup.
Alasan itu tidak berhasil. Penelope membuat kompromi bahwa ia akan memilih suami baru setelah selesai menenun kain kafan. Sambil menenun, ia diam-diam mengurai kain kafan itu di malam hari. Ini memberi Penelope waktu tiga tahun lagi.
Baca Juga: Helene dari Troya, Putri Zeus yang Memicu Perang Karena Kecantikannya
Baca Juga: Bahkan Dewa pun Ikut Campur, Siapa yang Memenangkan Perang Troya?
Baca Juga: Konflik Legendaris, Apakah Perang Troya Itu Nyata atau Mitos Belaka?
Baca Juga: Perang Troya Berlangsung Selama 10 Tahun, Penyebabnya Gara-gara Wanita
Setelah ini, dia memberikan banyak cobaan dan tugas kepada para pelamar untuk membuktikan nilai mereka. Akhirnya, Odiseus kembali ke rumah dan Penelope dengan senang hati menyambutnya.
Terlepas dari kenyataan bahwa keenam wanita Trojan dan Yunani ini dianggap pseudo-historis atau mitos, cerita mereka mencerminkan pengalaman perang yang lebih luas tidak hanya oleh wanita Trojan dan Yunani lainnya, tetapi juga banyak wanita sepanjang sejarah.
Akibat perang, perempuan seringkali menghadapi kehilangan yang luar biasa: mereka kehilangan saudara laki-laki, suami, anak, dan teman. Para wanita dalam cerita ini menunggu suami dan anak laki-lakinya pulang, tetapi kebanyakan dari mereka tidak pernah melakukannya. Mereka diperkosa dan direduksi menjadi harta benda. Mereka diabaikan dan diperlakukan tidak adil. Sepanjang semua ini, mereka harus menghadapi kesedihan yang tak terlukiskan selain kehilangan cara hidup mereka saat kebebasan mereka dirampas.
Baik sebagai pihak yang menang atau kalah, wanita selalu tersiksa saat perang. Hecabe, Cassandra, Andromache, Penelope, Helen, dan Clytemnestra, hanya mewakili sebagian kecil dari pengalaman perempuan dalam perang.