Nationalgeographic.co.id—Pejuang pemberani, wanita tercantik yang pernah hidup, dewa dan kuda kayu raksasa menjadi bagian dari kisah epik Perang Troya. Kisah ini memesona manusia selama berabad-abad. Konflik legendaris menginspirasi banyak buku, film, dan berbagai karya seni. Namun, apakah Perang Troya benar-benar nyata atau hanya mitos belaka?
Bagi orang Yunani dan Romawi Kuno, Perang Troya itu nyata
Perang Troya, salah satu kisah dalam Iliad gubahan Homer lebih dari sekadar mitos bagi pembaca pertamanya, orang Yunani dan Romawi kuno. Bagi mereka, Perang Troya adalah momen yang menentukan zaman dari masa lalu yang lampau.
Bapak sejarah, Herodotus, menganggap Perang Troya sebagai peristiwa nyata. Menulis pada abad kelima Sebelum Masehi, Herodotus mengungkapkan bahwa konflik yang terkenal itu berlangsung 800 tahun sebelumnya.
Bangsa Romawi melangkah lebih jauh. “Mereka mengeklaim dirinya sebagai keturunan dari Troya yang masih hidup,” tulis Vidran Bileta di laman The Collector. Dalam epik Aeneid, Virgil menggambarkan Aeneas melarikan diri dari Troya yang jatuh. Ia melakukan perjalanan yang sangat panjang menuju Italia. Virgil bahkan menjadikan Aeneas sebagai panutan kaisar Romawi pertama, Augustus.
Perang Troya dijelaskan dalam epos Yunani Iliad gubahan Homer
Menurut epos Iliad, Perang Troya terjadi pada akhir Zaman Perunggu dan berlangsung selama sepuluh tahun. Itu adalah perang antara orang Yunani, dipimpin oleh Agamemnon, raja Mycenae – dan Troya, dengan rajanya adalah Priam.
Konflik dimulai ketika Paris, putra Priam, menilai Aphrodite sebagai dewi tercantik. Dewa yang senang karena pujian Paris kemudian menganugerahi Paris wanita tercantik di dunia, Helen.
Sayangnya, Helen sudah memiliki seorang suami – saudara laki-laki Agamemnon, raja Menelaus dari Sparta.
Bertekad untuk mendapatkan Helen kembali dan menghukum Troya, Agamemnon dan saudaranya berlayar ke Troya dengan pasukan perkasa.
Selama sepuluh tahun, orang-orang Yunani mengepung Troya. Para pahlawan terhebat seperti pahlawan Achilles dan Hector bertarung dalam duel ikonik mereka, dibantu oleh para dewa Olympus.
Pada akhirnya, orang Yunani menang dengan menggunakan tipu muslihat – Kuda Troya yang terkenal. “Namun Homer tidak menyebutkan soal kuda yang tersohor itu dalam eposnya,” kata Bileta.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR