Sejarah Permusuhan Ratusan Tahun antara Kekaisaran Rusia dan Ottoman

By Sysilia Tanhati, Senin, 13 Februari 2023 | 14:00 WIB
Dari abad ke-16 hingga Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia dan Ottoman terus bersaing dan berada di sisi yang berseberangan. Bagaimana awal mulanya? (Alexey Popov)

Nationalgeographic.co.id—Dari abad ke-16 hingga Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia dan Ottoman terus bersaing dan berada di sisi yang berseberangan. Bagaimana awal mula perselisihan antara Kekaisaran Rusia dan Ottoman yang berlangsung selama ratusan tahun itu?

Orang Turki dan Rusia telah berinteraksi selama berabad-abad, sejak awal abad pertengahan. Orang-orang Turki mengembara di padang rumput selama lebih dari satu milenium.

Orang Turki tiba di Anatolia pada abad ke-11 bersama Seljuk dan berperang melawan Kekaisaran Romawi Timur yang sekarat. Pada akhir abad ke-13, suku-suku Turki di wilayah tersebut bersatu di bawah bendera klan Ottoman. Setelah Konstantinopel direbut pada tahun 1453, peristiwa itu secara definitif mengakhiri lebih dari dua ribu tahun sejarah Romawi. Kekaisaran Ottoman berkuasa atas celah antara Laut Hitam dan Mediterania sejak saat itu.

“Bagi Rusia, ini bertepatan dengan berakhirnya kekuasaan Mongol,” tulis Ilyas Benabdeljalil di laman The Collector. Di bawah bendera Pangeran Moskow, kerajaan Rusia mengakhiri dominasi Golden Horde Mongol selama berabad-abad. Era penaklukan di segala arah terjadi untuk mendapatkan lebih banyak perbatasan alami dan akses ke laut.

Dari sinilah tercipta salah satu persaingan terbesar dalam sejarah ketika kepentingan dua kekuatan yang saling bertabrakan.

Kontak pertama antara Kekaisaran Rusia dan Ottoman di abad ke-15

Menyusul kejatuhan Konstantinopel, penguasa Kekaisaran Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah ingin memperkuat cengkeramannya di Balkan dan Laut Aegea. Tiga puluh tahun berikutnya ditandai dengan kampanye melawan kekuatan Kristen di wilayah tersebut seperti Serbia, Hngaria, dan Venesia. Setelah berhasil menguasai Laut Aegea pada 1480, sultan mengalihkan pandangan mereka ke Eropa Tengah dan Timur Tengah.

Dipimpin oleh Selim I, Ottoman mengalahkan Mesir pada tahun 1517 dan menjadi kekuatan dominan di dunia Muslim. Pada tahun 1520, Sultan Suleiman yang Agung memperluas wilayahnya ke Eropa, merebut Beograd pada tahun 1521. Maka, Kekaisaran Ottoman memerintah semua orang Kristen Ortodoks yang tinggal di Eropa Tenggara. Ottoman berkembang lebih jauh ke Utara, mendapatkan hegemoni atas Tatar Krimea dan mencapai tembok Habsburg Wina.

Saat Muslim berkembang melalui Balkan, pusat baru Ortodoksi muncul di Moskow. Para pangeran memisahkan diri dari dominasi Mongol pada tahun 1480-an.

Pada masa Ivan IV, Moskow berhasil menyatukan semua kerajaan Rusia di bawah benderanya. Kepemimpinan Ivan memungkinkan Rusia untuk memperluas di luar Pegunungan Ural ke Kazan dan Astrakhan dan menuju Baltik.

Ekspansionisme Ivan IV ditandai dengan kebrutalan tertentu terhadap siapa pun yang menghalangi jalannya. “Kekejamannya tidak pandang bulu,” tambah Benabdeljalil. Muslim, Katolik, dan bahkan sesama Kristen Ortodoks menjadi korban pembunuhan besar-besaran, deportasi, dan pembantaian.

Saat populasi Turki di Kazan dan Astrakhan meninggalkan rumah mereka, berlindung di Kaukasus dan Anatolia. Konflik pertama meletus antara tahun 1568 dan 1570, berakhir dengan kemenangan tak terduga Rusia. Ini adalah titik awal dari persaingan selama berabad-abad.