Sejarah Permusuhan Ratusan Tahun antara Kekaisaran Rusia dan Ottoman

By Sysilia Tanhati, Senin, 13 Februari 2023 | 14:00 WIB
Dari abad ke-16 hingga Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia dan Ottoman terus bersaing dan berada di sisi yang berseberangan. Bagaimana awal mulanya? (Alexey Popov)

Dominasi atas Krimea

Krimea memiliki sejarah panjang melecehkan tsar Rusia. Rusia dan Ottoman terus-menerus saling melecehkan atas dominasi di Ukraina melalui masing-masing pengikut lokal.

Selama abad ke-17, Rusia dan Kekaisaran Ottoman secara progresif menyerbu wilayah Polandia di Ukraina modern. Pada 1667, Moskow menaklukkan banyak kota seperti Kyiv dan Smolensk dan memperoleh posisi kunci di Sungai Dnieper. Satu dekade kemudian, Ottoman merebut Ukraina Selatan dan Tengah dari Persemakmuran Polandia-Lithuania.

Dari 1676 hingga 1681, Moskow dan Konstantinopel memainkan permainan catur berdarah di Ukraina. Pada beberapa kesempatan, ini menyebabkan konfrontasi langsung. Perang proksi itu akhirnya berakhir dengan jalan buntu di Perjanjian Bakhchisarai. Dalam perjanjian itu, Dnieper menjadi perbatasan alami antara wilayah yang dikuasai Rusia dan Ottoman. Sementara Stepa Ukraina dipertahankan sebagai wilayah netral antara kedua kekuatan tersebut.

Namun, gencatan senjata ini berakhir saat Tsar Rusia baru naik ke tampuk kekuasaan.

Rusia dan Kekaisaran Ottoman pada awal abad ke-18

Pada 1682, Peter I yang berusia 10 tahun naik ke takhta Rusia. Bocah lelaki itu akan tumbuh menjadi salah satu penguasa Rusia yang paling dihormati dan memodernisasi negara dengan kuat.

Permusuhan antara Rusia dan Ottoman berlanjut segera setelah tahun 1686. Moskow bergabung dengan Austria, Polandia, dan Venesia dalam koalisi melawan sultan.

Pada tahun-tahun berikutnya, Rusia dan Ottoman mengambil sebagian besar wilayah Persia di Kaukasus, membuka langkah baru antara dua kekuatan besar.

Pemerintahan Catherine II menjadi titik balik dalam persaingan Rusia-Ottoman

Catherine II memperjelas ambisinya begitu dia naik tahta: Rusia harus menaklukkan pantai utara Laut Hitam. Sultan Ottoman pada masa itu, Mustafa III, adalah elang perang yang tidak kalah dengan permaisuri dan memiliki ambisinya sendiri di Ukraina.

Pada 1768, Konstantinopel secara terbuka mendukung pemberontakan anti-Rusia di Persemakmuran Polandia-Lituania. Serangkaian insiden perbatasan besar antara Turki dan Saint Petersburg menyusul. Pada bulan September, Sultan secara resmi menyatakan perang terhadap Rusia dan konflik enam tahun pun terjadi.