Sejarah Permusuhan Ratusan Tahun antara Kekaisaran Rusia dan Ottoman

By Sysilia Tanhati, Senin, 13 Februari 2023 | 14:00 WIB
Dari abad ke-16 hingga Perang Dunia I, Kekaisaran Rusia dan Ottoman terus bersaing dan berada di sisi yang berseberangan. Bagaimana awal mulanya? (Alexey Popov)

Pada awal perang, gelombang tampaknya berpihak pada Ottoman. Ottoman memiliki pasukan yang lebih besar dan mendominasi lautan. Namun, Catherine memiliki pikiran diplomatis yang cerdas dan banyak perwira berbakat yang siap membantunya.

Perang ini memungkinkan Rusia mendapatkan akses ke Laut Hitam dan menguasai Krimea, yang merusak reputasi Tentara Ottoman. Beberapa tahun kemudian, koalisi Austria dan Rusia semakin melemahkan Kekaisaran Ottoman. Dan pada tahun 1791, Rusia memiliki kendali penuh atas pantai utara Laut Hitam dan Kaukasus Utara.

Persaingan Rusia-Ottoman di abad ke-19

Pada awal abad baru, Rusia dan Ottoman tampaknya mengesampingkan perbedaan mereka saat menghadapi kekuatan Tentara Napoleon Prancis.

Namun, pada awal 1806, Saint Petersburg dan Konstantinopel kembali berselisih. Saat itu, Ottoman terpaksa mengakui hegemoni Rusia atas Bessarabia.

Sepuluh tahun kemudian, Yunani bangkit melawan Ottoman. Koalisi internasional yang dipimpin oleh Inggris, Prancis, dan Rusia memaksa Ottoman untuk mengakui kemerdekaan Yunani. Sebagai buntut dari konflik ini, Rusia memperoleh akses ke pantai Laut Hitam. “Tidak hanya itu, Rusia juga menjadi pelindung umat Kristen yang tinggal di Kekaisaran Ottoman,” ujar Benabdeljalil.

Dominasi Rusia atas Timur mengakibatkan monopoli ekspor biji-bijian, yang sangat dibutuhkan di Barat. Hal ini menyebabkan Prancis dan Inggris berpihak pada Ottoman selama Perang Krimea. Selama konflik ini, Rusia diusir dari Danube dan terjebak di Krimea. Konstantinopel berhasil mendapatkan kembali sebagian wilayahnya yang hilang di Balkan dan Kaukasus.

Namun ancaman Rusia masih membayangi Kekaisaran Ottoman yang menurun. Untuk menyelamatkan kekaisaran dari kemunduran, Sultan Abdulaziz, Murad V, dan Abdulhamid II mendukung industrialisasi dan reformasi tentara. Mereka juga mengizinkan munculnya bentuk baru nasionalisme, yang menyebabkan diskriminasi yang kuat terhadap penduduk non-Turki.

Pada tahun 1870-an, Balkan memberontak. Pada tahun 1876, Rusia campur tangan di pihak pemberontak dan menghancurkan setiap pasukan Ottoman di jalurnya. Dalam hitungan bulan, pasukan tsar sudah berada di ambang pintu Konstantinopel. Hanya ancaman intervensi Inggris yang menghentikan Rusia memberikan pukulan mematikan.

Konsekuensi dari konflik ini adalah kemerdekaan Montenegro, Rumania, dan Bulgaria, dan memberikan Siprus ke Inggris Raya. Merasa dikhianati oleh London, sultan berpaling ke Jerman. Tahap terakhir dari persaingan Rusia-Ottoman telah dimulai.

Persaingan Rusia-Ottoman di awal abad ke-20

Saat ambisi Rusia di Balkan menjadi jelas, Kekaisaran Ottoman menemukan sekutu yang kuat di Jerman dan Austria-Hungaria. Konstantinopel sangat menyadari agenda Prancis dan Inggris di Afrika Utara dan Timur Tengah.