Penyebab Pecahnya Pemberontakan Taiping di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Senin, 13 Februari 2023 | 15:00 WIB
Pemberontakan Taiping pada tahun 1850 di Kekaisaran Tiongkok menjadi perang saudara paling berdarah dalam sejarah. Apa penyebabnya? (The suppression of the Taiping Rebellion)

Negara bagian ini, Kerajaan Surgawi Taiping, menjadi monarki teokratis dengan Hong sebagai Raja Surgawi. Kerajaan membangun angkatan bersenjata hingga satu juta orang. Bahkan ada sejumlah wanita yang turut bertarung di antara prajurit Taiping.

Pasukan Taiping berbaris ke utara, terus merekrut pengikut hingga mereka mencapai Nanjing. Nanjing adalah salah satu kota termegah di Tiongkok dan berada di pusat wilayah delta Yangtze yang kaya. Pasukan Taiping merebut kota itu pada Maret 1853 dan Hong menyatakannya sebagai ibu kota Kerajaan Surgawinya. Najing berganti nama menjadi Tianjin, atau “Ibukota Surgawi”.

Saat menguasai kota, Taiping berusaha membersihkannya dari “setan” Manchu. Pria dan wanita Manchu dieksekusi, dibakar, dan diusir dari kota.

Di saat yang sama, Taiping mengalami perebutan kekuasaan internal dan serangkaian kemunduran militer saat berkembang. Kepemimpinan kerajaan terpecah. Hong sering bentrok dengan salah satu letnannya, Yang Xiuqing. Pada tahun 1856, Hong menyelesaikan masalah tersebut dengan membantai Yang dan para pengikutnya.

Sementara itu, pada Mei 1853, pasukan Taiping berusaha untuk merebut ibu kota Dinasti Qing yaitu Beijing. Ekspedisi itu terhambat oleh perencanaan yang buruk, ketidaksiapan menghadapi musim dingin di Tiongkok Utara, dan perlawanan Qing yang gigih.

Pasukan Taiping sangat lemah karena mereka tidak berhasil mengepung kota-kota antara Nanjing dan Beijing. Pasukan Qing melancarkan serangan balik yang sukses pada awal tahun 1856. Ini berakhir dengan pasukan Taiping dipaksa kembali ke Nanjing.

Meskipun Ekspedisi Utara gagal, Kerajaan Taiping tetap menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Pasukan kekaisaran Qing mengepung Nanjing sejak 1853. Pada tahun 1860, Taiping mampu mengalahkan pasukan ini secara meyakinkan dalam Pertempuran Jiangnan. Kemenangan ini membuka pintu ke arah timur untuk penaklukan provinsi Jiangsu dan Zhejiang. Wilayah pesisir ini merupakan provinsi terkaya di Qing China dan membuka pintu ke Shanghai.

Pertempuran Shanghai Dan Nanking

Kemajuan di Shanghai akan menjadi titik balik dalam kisah Kerajaan Surgawi Taiping. Shanghai adalah pusat kepentingan politik dan komersial barat di Tiongkok. Melihat kepentingannya terancam, kekuatan barat kini bergabung dengan Dinasti Qing. Panggung disiapkan untuk pertempuran yang menentukan.

Taiping mengepung Shanghai pada bulan Januari 1861 dan melakukan dua upaya untuk merebutnya. Menyerang dengan 20.000 orang pada Maret 1861, mereka berhasil menduduki distrik Pudong di kota itu. Namun pasukan Taiping akhirnya didorong mundur oleh pasukan kekaisaran yang dibantu oleh perwira Inggris, Prancis, dan Amerika.

Pada bulan September 1862, Taiping melakukan serangan kedua, kali ini dengan 80.000 orang. Namun lagi-lagi Qing dan sekutu barat kembali mampu menghalau serangan ini. Pada bulan November, Taiping menyerah pada upaya lebih lanjut untuk merebut Shanghai.

Pasukan Qing ditata ulang oleh komando kekaisaran dan memulai penaklukan kembali wilayah yang diduduki oleh Taiping. Yang terpenting dalam hal ini adalah perekrutan tentara petani di provinsi Hunan. Pasukan ini, yang dikenal sebagai tentara Xiang, mengepung ibu kota Taiping Nanjing mulai Mei 1862.