Mengulik Makna Tradisi Pernikahan Hantu di Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 18 Februari 2023 | 10:29 WIB
Di Kekaisaran Tiongkok, ketika seseorang meninggal di usia muda dan belum menikah, maka pernikahan hantu akan digelar. Tradisi kuno itu masih dilakukan hingga kini oleh sebagian masyarakat. (Jason Wordie)

Nationalgeohgraphic.co.id - Di Tiongkok kuno, ketika seseorang meninggal di usia muda dan belum menikah, maka pernikahan hantu akan digelar. Tradisi ini diperkirakan berawal sejak dinasti kekaisaran pertama Tiongkok yaitu Dinasti Qin (221-206 Sebelum Masehi).

Apa tujuan dari pernikahan hantu yang umum dilakukan di Kekaisaran Tiongkok ini?

Meski diperkirakan dilakukan sejak dinasti pertama, tetapi catatan awal paling komprehensif tentang praktik ini berasal dari Dinasti Han (206 SM -220 Masehi).

Tujuan tradisi ini adalah untuk memastikan pria atau wanita meninggal di usia muda dan belum menikah dapat perjalanan ke akhirat dengan pasangannya. Sehingga, almarhum bisa melindungi nama keluarga mereka yang masih hidup. “Tradisi ini juga menjamin nasib almarhum di dunia selanjutnya,” tulis Riley Winters di laman Ancient Origins.

Pernikahan hantu: membuat orang yang sudah meninggal bahagia dan beruntung

Bentuk pernikahan hantu yang paling umum adalah menikahkan pria dan wanita yang sama-sama sudah meninggal. Tidak peduli apakah mereka sudah bertunangan atau belum saat masih hidup.

Namun, ritual tersebut lebih dari sekadar memastikan pasangan bagi pria dan wanita yang meninggal. Menurut legenda, jika seseorang meninggal dan tidak diberi pernikahan hantu yang layak, dia akan menghantui rumah keluarga. Almarhum akan berhenti mengganggu ketika mendapatkan upacara pernikahan yang layak.

Ketika keluarga dihantui, generasi muda berisiko mengalami kejatuhan nama keluarga dan kekayaannya. Jadi, pernikahan itu bukan semata-mata untuk perjalanan almarhum di akhirat tapi juga kedamaian keluarga yang masih hidup.

Pernihakah dengan salah satu pasangan yang masih hidup

Namun pernikahan antara dua orang yang sudah meninggal bukanlah satu-satunya jenis pernikahan hantu.

“Jenis yang lain adalah di mana salah satu pasangannya masih hidup,” ungkap Winters. Di Tiongkok kuno, jika pasangan laki-laki meninggal muda, tunangannya dapat memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan. Orang lain akan menggantikan almarhum selama upacara.

Meskipun pria telah meninggal, si wanita akan diberi rumah dan perlindungan oleh keluarga si pria. Jadi si wanita tidak akan menghadapi risiko untuk tidak pernah menikah. Ini merupakan hal yang sangat dipandang rendah dalam budaya Tiongkok kuno.

Namun, jika wanita meninggal muda dan belum menikah, dia tidak mendapat pemakaman yang layak atau tablet arwah. Pasalnya, itu adalah tanggung jawab keluarga suami dan tidak pernah menjadi tanggung jawab keluarga kandungnya.

Seorang pria yang masih hidup juga bisa menjalani pernikahan hantu jika mempelai wanitanya meninggal sebelum waktunya. Namun sayangnya status perkawinannya memengaruhi bagaimana ia mendapatkan pemakaman kelak.

Hanya ditemukan bukti pernikahan hantu antara pria yang masih hidup dan mempelai wanita yang telah meninggal. Itu karena pria mendapatkan perlindungan dalam kematian serta kebebasan yang lebih luas dalam hidup. “Terlepas dari apakah dia lajang atau menikah,” Winters menambahkan.

Pernikahan hantu sebagai bentuk pengabdian

Konsep pernikahan hantu tampak seperti tradisi yang aneh bagi mereka yang pertama kali mendengar tentang praktiknya. Ini menunjukkan pengabdian pasangan.

Pernikahan seperti ini masih dilakukan di Tiongkok modern. “Bahkan ada kasus penggalian makam wanita dan dijual untuk menjadi pengantin hantu dalam bentuk perdagangan ilegal,” Winters menjelaskan.

Baca Juga: Yuan, Kaisar Tiongkok Buat Kerajaannya Hancur Akibat Terlalu Baik

Baca Juga: Sejarah Panjang Tembok Besar Tiongkok, Siapa Kaisar yang Membangunnya?

Baca Juga: Kisah Penyebab Kematian Paling Aneh dari para Kaisar Tiongkok

Firstpost melaporkan, misalnya, bahwa setidaknya tiga lusin pencurian mayat wanita dari 2013-2016 terjadi di Hongtong. Diyakini mayat-mayat itu diambil sebagai pengantin untuk pria yang sudah meninggal.

Dalam ritual pernikahan hantu di zaman modern, kerangka wanita diperkuat dengan kawat baja. Keduanya mengenakan pakaian khusus sebelum dikuburkan bersama sebagai pengantin hantu.

Meskipun pemerintah melarang praktik tersebut pada 1949, orang Tionghoa, terutama yang tinggal di provinsi Shanxi, Henan, dan Shaanxi, melanjutkan ritual tersebut.

Kini, tubuh pengantin hantu umumnya diganti dengan gambar atau boneka yang terbuat dari kertas atau patung. Tetapi kepercayaan bahwa patung pengantin wanita tidak akan cukup untuk menangkal nasib buruk. Sehingga orang masih mencuri mayat wanita dan menjualnya kepada keluarga pria yang meninggal.

Mayat wanita dijual dengan harga tinggi. Misalnya, keluarga membayar 180.000 yuan (USD 27.000 atau 409 juta rupiah) untuk mempelai wanita bagi putra bujangan mereka yang telah meninggal. Bahkan ada perusahaan perjodohan yang memasangkan bujangan yang sudah mati dengan mayat wanita.

Mungkin tampak mengerikan, namun sebagian orang masih melakukan tradisi yang berusia 3.000 tahun hingga kini.