Nationalgeographic.co.id - Biasanya, Permaisuri Dinasti Han tak terkalahkan, tak tersentuh, dan dilindungi hukum lebih dari siapa pun di Kekaisaran Tiongkok. Namun, dalam kasus Permaisuri Chen dari Wu, tuduhan mempraktikkan ilmu hitam menghancurkan hidupnya. Saat ini, dia dikenang sebagai penyihir Tiongkok kuno.
Siapa Permaisuri Chen?
Chen Jiao adalah permaisuri Kaisar Wu dari Han, yang memerintah antara tahun 141 dan 87 Sebelum Masehi. Pernikahan mereka diatur dan tidak didasarkan pada cinta.
“Sang permaisuri awalnya adalah pelayan suaminya ketika dia masih kecil,” tulis Natalia Climczak di laman Ancient Origins. Alih-alih bermain dan bersenang-senang seperti kebanyakan anak-anak, ia harus mengikuti aturan ketat yang ditetapkan untuk wanita Dinasti Han.
Tragedi bagi sang permaisuri
Sebagian besar fakta yang berkaitan dengan hidup Permaisuri Chen berasal dari sastra Tiongkok. Namun kisahnya disajikan tanpa banyak detail berharga bagi para sejarawan di zaman modern.
Chen Jiao hanya memiliki beberapa tujuan dalam hidupnya: selain menjadi pelayan yang baik dan mengikuti aturan kekaisaran.
Sebagai istri kaisar, dia harus melahirkan anak, terutama seorang putra. Ironisnya, dia memiliki masalah besar dengan kehamilan dan dia tidak bisa melahirkan bayi yang dibutuhkan untuk meneruskan takhta.
Itulah sebabnya mengapa dia melangkah ke sisi kehidupan terlarang: sihir. Tidak diketahui apakah dia mempraktikkan sihir sebelum masalah ini muncul. Namun tampaknya sihir menjadi cara terakhir bagi permaisuri yang putus asa itu.
Ketika kaisar kehilangan harapan bahwa sang permaisuri akan melahirkan seorang anak, dia menemukan ide baru. Ia sibuk dan mencari beragam cara dari para wanita bijak untuk mengatasi masalah kehamilan sang permaisuri.
Permaisuri melanggar hukum kekaisaran
Di saat yang sama, kaisar lebih tertarik dengan selirnya. Fakta ini merobek hati Chen Jiao yang sedang berusaha untuk memiliki keturunan.
Untuk mendapatkan kembali cinta kaisar, ia memutuskan untuk membuat langkah putus asa ke dunia yang terlarang. Permaisuri Chen percaya jika sihir atau ilmu hitam bisa membantu mengatasi masalahnya, terlepas dari hukum kekaisaran.
“Aturan waktu menyatakan penggunaan sihir sebagai pelanggaran berat,” ungkap Klimczak. Praktik ini sangat tidak bisa dimaafkan di kalangan bangsawan, termasuk keluarga kekaisaran.
Terlanjur putus asa, permaisuri menghubungi seorang wanita bernama Chu Fu, yang kemudian menjadi saksi dalam persidangan permaisuri.
Ketika pengadilan menyadari bahwa Permaisuri mempraktikkan sihir, hidupnya menjadi sangat sulit. Chu Fu mengakui bahwa Chen Jiao mempraktikkan sihir cinta menyiapkan ramuan, memaku boneka voodoo kaisar dan tindakan sihir lainnya.
Ketika Permaisuri dituduh, eksekusinya diharapkan, tetapi takdir berkata lain. Chu Fu dieksekusi bersama sekitar 300 orang lainnya yang terlibat dalam praktik sihir permaisuri. Chen Jiao digulingkan dari posisinya pada 130 Sebelum Masehi dan diasingkan dari ibu kota. Dia menghabiskan sisa hidupnya di bawah tahanan rumah di Istana Gerbang Panjang. Di sana, Chen Jiao akhirnya meninggal 20 tahun kemudian sebagai wanita yang kesepian.
Baca Juga: Yuan, Kaisar Tiongkok Buat Kerajaannya Hancur Akibat Terlalu Baik
Baca Juga: Wei Zhongxian, Kasim Tiongkok yang Memiliki Kekuatan Setara Kaisar
Baca Juga: Tersinggung karena Lelucon, Selir Zhang Nekat Bunuh Kaisarnya
Legenda mengatakan Permaisuri Chen dari Wu adalah seorang penyihir Tiongkok yang kuat. Orang-orang yang mempraktikkan ilmu sihir di Tiongkok saat ini masih menganggapnya sebagai panutan mereka.
Praktik sihirnya tetap menjadi episode terakhir dari serangkaian peristiwa yang tidak dapat dijelaskan dalam hidupnya.
Apakah dia memengaruhi kaisar dengan sihir agar tidak dieksekusi? Atau karena belas kasihan dan hati kaisar begitu besar sehingga memutuskan untuk tidak menghukum mati permaisurinya? Bagian cerita ini tidak akan pernah diketahui secara pasti. Namun ketenaran Permaisuri Chen Jiao sebagai penyihir tetap tidak perlu diragukan lagi.