Sains Terbaru: Bongkar Kebohongan Mumi 'Putri Duyung' di Jepang

By Sysilia Tanhati, Jumat, 24 Februari 2023 | 08:00 WIB
Mumi putri duyung di kuil Enjuin, Jepang, dianggap suci. Namun, sekelompok peneliti berhasil membongkar kebohongan di baliknya. (Hiroshi Kinoshita)

Nationalgeographic.co.id—Mumi putri duyung berusia 300 tahun sempat menggemparkan Jepang. Penelitian dilakukan pada mumi putri duyung yang dipajang di kuil Enjuin di Jepang mengungkapkan fakta di baliknya. Apa yang disebut "mumi putri duyung" sebenarnya adalah manekin kecil, dibuat dari campuran bahan organik dan buatan manusia.

Ilmuwan dari Universitas Sains dan Seni Kurashiki menggunakan teknik penanggalan radioaktif, sinar-X dan CT scan untuk mempelajari mumi tersebut. Hasil dari tes mengungkap fakta tentang dugaan putri duyung yang telah dipajang di kuil Enjuin di kota Asakuchi, Jepang. “Mumi yang dianggap suci itu telah dipajang selama beberapa dekade,” tulis Nathan Falde di laman Ancient Origins.

“Berdasarkan analisis kami dan sejarah pembuatan mumi di Jepang, kami menyimpulkan bahwa mumi putri duyung itu mungkin buatan manusia,” kata Takafumi Kato, ahli paleontologi yang mengerjakan proyek tersebut. Pemindaian mumi putri duyung telah mengonfirmasi hipotesisnya.

Membuka Rahasia Mumi Putri Duyung di kuil Enjuin

Sinar-X tidak mengungkapkan struktur interior atau tulang, sedangkan manekin putri duyung palsu menggabungkan bagian ikan, kapas dan kain. Sementara rahang dan gigi dari kepalanya yang mirip monyet diambil dari beberapa jenis ikan. “Bagian bawah tubuhnya juga memiliki beberapa tulang ikan,” kata Falde. Lengan, bahu, leher, dan pipinya ditutupi sisik ikan, namun bagian atas tubuhnya menyerupai monyet kecil.

Mumi putri duyung berukuran 30 cm dikatakan ditangkap di perairan Pasifik pada abad ke-18. Namun demikian, uji penanggalan radioaktif mengungkapkan bahwa itu sebenarnya dibuat pada abad ke-19. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa mumi putri duyung palsu sebenarnya dibuat oleh perajin yang bekerja selama periode Edo Jepang.

Sekitar selusin mumi putri duyung telah ditemukan pada waktu yang berbeda dan di lokasi yang berbeda di Jepang. Semuanya diyakini berasal dari era ini. Periode ini sempat dilanda oleh wabah cacar dan campak. Mumi putri duyung kemungkinan dibuat sebagai berhala suci dan jimat untuk mengakhiri wabah yang mengerikan itu.

Mumi putri duyung khusus ini diawetkan dan dilindungi dengan hati-hati di kuil Enjuin. Di sana, mumi suci disembah oleh para pendeta dan banyak penduduk setempat.

Kebohongan seputar putri duyung di kuil Enjuin

Studi tentang putri duyung kuil Enjuin dilakukan atas desakan sejarawan budaya Jepang Hiroshi Kinoshita. Sebelum studi objek diluncurkan, Kinoshita mengaku kepada pers bahwa dia tidak percaya pada putri duyung. Namun demikian, dia masih merasa penelitian itu penting. Menurutnya, ini menjadi cara untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana mumi "putri duyung" diproduksi.

Menurut legenda, putri duyung ditangkap di laut lepas pantai Prefektur Kochi, Pulau Shikoku Jepang. Bagian bawah makhluk itu seperti ikan, tetapi ia memiliki kepala mirip manusia yang ditutupi rambut tipis tipis dan gigi runcing. Tubuhnya dilengkapi dengan lengan dan tangan manusia.

Wajahnya selalu menampilkan ekspresi teror, dengan giginya yang terbuka dan tangannya yang berjari panjang terangkat ke sisi wajahnya. Kedua tangannya membingkai kepalanya seolah-olah untuk menekankan rasa takutnya.

Makhluk mitologi kuno ini diperkirakan ditangkap antara tahun 1736 dan 1741. Hal ini terungkap dalam sebuah surat bertanggal 1903 yang disimpan bersama dengan sisa-sisa mumi di kuil Enjuin. Detail tentang kematian putri duyung dan proses yang menyebabkan mumifikasinya tidak jelas. Namun yang pasti, mumi putri duyung itu diperlakukan dengan hormat di kuil Enjuin.

“Putri duyung Jepang memiliki legenda keabadian,” kata Hiroshi Kinoshita. “Konon jika seseorang memakan daging putri duyung, ia tidak akan pernah mati.”

Tidak diketahui apakah ada yang benar-benar menggigit putri duyung saat dipajang di Asakuchi untuk membuktikan mitos itu. Pendeta kuil berdoa kepada putri duyung selama pandemi Covid-19, meminta pembebasan dan perlindungan.

Ketika putri duyung dianggap suci, siapa yang butuh kebenaran?

Putri duyung, yang dikenal sebagai ningyo dalam bahasa Jepang, menjadi bagian dalam mitologi Jepang. Mereka dikatakan memiliki sisik emas dan gigi ikan, tetapi dengan mulut monyet dan suara seperti seruling yang menawan.

Baca Juga: Mitos Putri Duyung Terinspirasi dari Kondisi Medis yang Langka?

Baca Juga: Siren, Makhluk Cantik Bersuara Merdu yang Memangsa Para Pria

Baca Juga: Kamikaze, Angin dari Dewa yang Menyelamatkan Jepang dari Invasi Mongol

Baca Juga: Arkeolog Palsu di Jepang Buat Kebohongan Terbesar Sepanjang Sejarah 

Meskipun putri duyung dipuja sejak lama, diyakini bahwa mereka harus tetap berada di laut dan tidak dibawa ke darat. Orang Jepang percaya jika menangkap putri duyung akan membawa badai, laut yang ganas dan bencana lainnya. Bahkan putri duyung yang terdampar di pantai menandakan bahwa perang akan pecah.

Salah satu kisah cerita rakyat Jepang, Yao-Bikuni, menceritakan bagaimana putri seorang nelayan dari Provinsi Wakasha menangkap putri duyung. Ia memberikan daging makhluk itu kepada putrinya. Wanita malang ini berhenti menua dan menjadi biksuni. Sang biksuni menghabiskan 800 tahun berikutnya dalam hidupnya mengembara di Bumi sebelum mantranya rusak dan dia akhirnya meninggal.

Selain di kuil Enjuin, ada satu lagi mumi putri duyung terkenal yang saat ini dipajang di sebuah situs keagamaan di Jepang. Putri duyung berusia 1.400 tahun ini dapat ditemukan terbungkus di balik kotak kaca di kuil Tenshou-Kyousha.

Mempertimbangkan hasil penelitian dari kuil Enjuin, pengelola kuil Tenshou-Kyousha mungkin tidak akan memberikan putri duyungnya untuk diteliti. Bisa jadi mereka akan berusaha untuk mempertahankan misteri seputar sejarah putri duyung itu selama mungkin.