Dalam dokumentasi sejarah, Yao memiliki sembilan putra, tetapi menurutnya tidak ada yang cukup hebat untuk mengambil alih takhta.
Kaisar Yao mengajari putra pertamanya dalam hal militer, agar ia selalu tenang dan berhati-hati. Ia bahkan menciptakan permainan untuk meniru beberapa aktivitas militer. Namun sayang, sang putra yang diharapkan menjadi ahli waris itu ternyata tidak bisa menguasai latihan.
Oleh karena itu, Yao mulai mencari raja yang berbakat dan berkualitas yang dapat mengembangkan kekaisaran.
Baca Juga: Xuan, Dibesarkan di Penjara Hingga Jadi Kaisar Tiongkok Hebat
Baca Juga: Guang Wu, Kaisar Tiongkok Dinasti Han Punya Ilmu Magis untuk Bertempur
Baca Juga: Bagaimana Awal Mula Kaisar Tiongkok Disebut Putra Surgawi oleh Rakyat?
Baca Juga: Kisah Xian, 'Kaisar Boneka' di Masa Kemunduran Dinasti Han Tiongkok
Banyak orang merekomendasikan seorang pemuda yang rajin dan berbudi luhur bernama Shun. Setelah serangkaian pemeriksaan yang cermat, Yao memastikan bahwa Shun memenuhi syarat untuk menjadi ahli waris.
Jadi dia menyerahkan putra-putranya ke tempat-tempat terpencil. “Yao menikahkan kedua putrinya dengan Shun dan kemudian turun takhta,” kata Stefon.
Selama 28 tahun masa pensiun Yao, dia mengunjungi banyak cendekiawan dan tempat-tempat indah di Tiongkok.
Berkat Kaisar Yao, naga dipandang sebagai makhluk suci dalam budaya Tiongkok. Pasalnya, naga merah berhubungan dengan kelahiran Yao dan kontribusinya yang luar biasa di kekaisaran.