Sibandang, Jejak Sisingamangaraja dan Emilio Modigliani di Selatan Toba

By National Geographic Indonesia, Kamis, 2 Maret 2023 | 18:00 WIB
Tradisi solu atau bersampan merupakan sebuah tradisi yang pada masa lampau sangat sentral dalam peradaban Danau Toba. Jauh sebelum jalan-jalan dibuat, persebaran manusia dan desa-desanya berhutang pada aktivitas mendayung. (Sofian Alim)

Sebuah kota kecil yang tentram di bawah pemandangan tebing-tebing terjal di sisi Barat, Muara berada di sebuah teluk dan bersebelahan dengan Bakkara yang berada di kabupaten Humbang Hasundutan. Muara beserta Bakkara, Sibandang sampai Huta Ginjang tercatat sebagai Geosite atau situs yang signifikan secara Geologis dan bagian dari Geopark Caldera Toba.  

Dermaga di Muara menyediakan ferry sampai ke Samosir, namun untuk ferry ke Sibandang kami menggunakan dermaga yang lebih kecil. Meski penyebrangannya sangat singkat, pemandangan ke arah perbukitan dan tebing di sisi Barat Toba demikian menawan, melapangkan mata dan jiwa yang penat.

Diatas ferry kami juga menjumpai hal yang kemudian kami sadari sebagai unsur khas Sibandang: berkeranjang-keranjang mangga, berkulit kuning, berukuran mungil. Rupanya kami datang di saat panen raya mangga.

Hutan Sampuran yang teduh oleh pohon mangga, menjadi salah satu destinasi terbaik saat berkunjung ke Pulau Sibandang. Wisatawan akan disambut oleh pohon berusia ratusan tahun yang gagah menjulang. (Sofian Alim)

Mangga jenis tersebut memang tumbuh hampir di seluruh pesisir Danau Toba. Namun di Sibandang, karena terpisah dari daratan dan memiliki tanah yang ideal untuk buah-buahan, perkebunan mangga sangat terkonsentrasi. Hampir setiap kepala keluarga memiliki pohon mangga.

Dalam menjelajahi pulau yang berlimpah mangga ini kami di pandu oleh Anjas Rajagukguk. Marga Anjas, Rajagukguk adalah, salah satu dari rumpun Marga Aritonang yang mana terdiri dari tiga marga: Rajagukguk, Simaremare, Opu Sunggu.

Meski area adat dari tiga marga Aritonang ini mencapai sebagian Muara dan berbagai daerah di sekitarnya, khusus di pulau Sibandang hanya marga-marga Aritonang dan Siregar yang memiliki hak kepemilikan tanah adat. Kuasa tanah adat mereka terpencar dalam tiga desa: Desa Sibandang, Desa Sampuran, dan Desa Papande.

Anjas, seperti mayoritas penduduk Sibandang, mengelola dan mengolah tanah leluhurnya sebagai kebun. Juga seperti banyak penduduk Sibandang, Anjas tidak hanya menanam mangga, tapi juga kokoa, alpukat, jagung, bawang dan banyak lagi sayur dan buah.

Hanya sawah yang tidak ada di Sibandang, karena topografinya tidak memungkinkan. Selama berabad-abad penduduk Sibandang menukar buah-buahan dan sayur mereka dengan beras dari orang-orang di luar pulau.

Mangga memang tumbuh hampir di seluruh pesisir Danau Toba. Namun di Sibandang, hampir setiap kepala keluarga memiliki pohon mangga. (Sofian Alim)

Memancing ikan pernah mencadi mata pencaharian yang menyaingi perkebunan bagi Penduduk Sibandang. Namun, kondisi ekologi perairan Toba dalam dekade-dekade belakangan membuat ekosistem alami ikan hampir di seluruh Danau semakin sulit, dan pengembang biakkan ikan hanya lancar di dalam kerambah.

Maka, jikapun penduduk Sibandang mencari ikan, hasil yang mereka dapat tidak seberapa. Realitas ini kami dapati saat kami mendayung kayak mengelilingi pesisir Sibandang dengan kayak.